D U A P U L U H E N A M

819 73 4
                                    

Una memutuskan buat pulang ke rumah orangtua nya. Dengan berderai air mata, memasuki rumah dan menemukan sang Mama dan Umi mertua sedang bercengkrama.

"Mamaa.." Pekik Una dan langsung menghambur memeluk sang Mama.

Tentu saja hal itu membuat keduanya panik sekaligus bingung. Mama Una menatap khawatir pada putrinya.

"Sayang, kenapa nangis kayak gini?" Tanya Mama khawatir.

"Huhu, mas Jeka, huhu..." kata Una dengan segukan.

"Jeka kenapa, Na?!" Tanya Umi sedikit ngengas. Dalam fikirannya, mungkin saja sang anak kenapa-kenapa.

"Mas Jeka selingkuh, huaaa..."

Mama Una sama Umi saling pandang dan mengerjapkan mata bingung. "S-selingkuh? Jeka selingku, Na?" Tanya Mama tak percaya.

"Hiks, iya. Mas Jeka jahat.." ujar Una masih dengan memeluk Mama. Mama jadi sedih, dan milih buat ngelus kerudung Una.

"Kamu yakin, Na? Umi kenal anak umi bagaimana. Nggak mungkin Jeka kayak gitu. Salah paham kali.." sanggah umi membela Jeka

Una lepasin pelukannya dan natap Umi sendu, "Jadi Umi bilang, Una yang bohong gitu?" Tanya Una sedih dan matanya udah mau nangis lagi.

Umi sontak menggeleng cepat, "Nggak, nggak, sayang. Tapi, Umi yakin kalian hanya salah paham."

"Iya, Na. Mama juga yakin Jeka nggak kayak gitu. Mana mungkin Jeka selingkuh.." ucap Mama mendukung perkataan Umi.

Perkataan Mamanya malah buat Una terluka. Dia bangkit dan natap marah keduanya. "Kalian masih aja belaiin mas Jeka. Una sendiri yang lihat mas Jeka selingkuh! Kalian nggak tau! Dasar, kalian sama aja jahatnya dengan mas Jeka!" Marah Una tapi setelah itu ia menjatuhkan diri disofa dan memilih menutup muka lanjut menangis.

Mama dan Umi diam melihat Una kayak gitu. Sampai saatnya, Umi dapat pesan dan balas cepat si pengirim itu. Umi natap Mama sambil ngulum senyum.

"Na.." panggil Umi dan Una hanya diam aja. "Jangan nangis kayak gitu, dong. Kamu udah nanya Jeka emang, kalau dia beneran selingkuh? Atau nanya sama ceweknya?"

Una dongkak natap Umi cemberut, dia berusaha ngehapus air mata yang ngalir. "Udah, Umi. Mas Jeka nggak bisa jelasinnya. Kalau nanya sama ceweknya, yah nggak mungkin dong, Umi. Bisa aja mereka udah kongkalikong sebelumnya." Perkataan Una itu makin membuat Umi ngulum senyum dan Mama nutup mulutnya .

"Kamu emangnya kenal siapa ceweknya?" Tanya Mama.

Una menggeleng pelan, "Una hanya tau nama dia Rose. Udah punya anak lagi, perempuan." Ujarnya setelah itu mengirup napas karena hidungnya mampet.

"Rose? Roseanna?" Tanya Umi tak percaya, dan Una ngangguk membenarkan. "Rose itu teman SMA nya Jeka dulu, Na. Ayah sempat mau jodohin mereka 7 tahun yang lalu, pas mereka tamat SMA kalau nggak salah. Yah, karena orangtua nya Rose itu teman karibnya Ayah. Satu tahun habis itu, Rose tiba-tiba aja nggak mau lanjutin perjodohannya. Milih buat ninggalin Indonesia ke Australia." Cerita Umi menggenang.

Una terdiam denger cerita Umi. Matanya mengerjap merasakan sesuatu yang ganjel. Kalau Rose sama Jeka pernah dijodohin 7 tahun yang lalu, dan Rose mutusin hubungan satu tahun kemudian. Bisa jadi, Selena itu anaknya Jeka. Bisa aja, mereka punya hubungan yang terlalu jauh, dan akhirnya Rose hamil. Itu yang ngebuat Rose pindah ke Australia.

Uan melotot mendengar suara pikirannya itu. Lalu natap Umi horor, "Jangan bilang, Selena anaknya mas Jeka, Umi!"

Mama nepuk paha Una keras, "Jangan ngawur kamu. Jeka itu laki-laki baik-baik."

Una cemberut, "Mam, apa mama nggak ngerasa aneh. Kenapa Rose milih pergi dan mutusin perjodohan mereka. Itu karena Rose hamil, dan Una yakin, mas Jeka pelakunya. Sekarang aja umur mas Jeka 27, kalau 8 tahun yang lalu, berarti umurnya 18 tahun. Waktu kepergian Rose, umurnya 19 tahun.  Dan, Selena umurnya sekarang 6 tahun. Jadi, cocok mama!" Ngotot Una.

"Astagfirullah, Unaa..." ujar Mama gemas. "Ambil air wudhu sana, terus sholat. Biar adem pikiran kamu!" Perintah Mama.

Una hanya cemberut sambil ngusap siaa air matanya. "Pokoknya, Ma, kalau bener mas Jeka selingkuh. Una bakalan lempar dia dengan pot bunga kesayangan Mama." Ucap Una sinis dan berlalu meninggalkan kedua orangtua itu.

"Ya Allah, dia nggak berubah-berubah..." keluh Mama memijat pangkal hidungnya.

--

"Na, bangun, nak.." seruan dan ketukan pintu itu menganggu tidur nyenyak Una.

Waktu kekamar tadi, Una langsung aja mandi sekalian berendam. Habis itu dia sholat, didalam sholatnya tadi dia juga nangis segukan. Karena lelah, Una mutusin aja buat tidur beberapa jam. Eh, kayaknya kebanyakan deh tidurnya. Buktinya aja, langit udah gelap sekarang.

Dengan malas Una menyibak selimut dan ngambil hijab yang dipakainya tadi. Setelah selesai makai, Una jalan buat bukaiin pintu dan nemuin Mamanya yang make baju bagus gitu.

"Mama mau kemana?" Tanya Una parau, maklum masih baru bangun.

"Mau ngajak kamu makan malam sama Papa." Jawab Mama ceria, "Kamu baru bangun tidur? Astagfirullah, udah sholat belum? Waktu sholat mau habis itu.."

Una lihat jam dinding dikamarnya dan melotot. "Aduh, Ya Allah... Yaudah, aku mau sholat dulu, Ma." Ujarnya bergegas menuju kamar mandi.

"Eh, habis itu siap-siap, yah. Kita makan diluar.." ujar Mama memberitahu.

"Iyaa.." seru Una dalam kamar mandi.

--

"Tumben-tumbenan Mama ngajakin makan malam diluar." Kata Una membuka obrolan didalam mobil.

Sekarang, mobil mereka lagi melaju kesalah satu restoran besar. Dengan Papa yang mengemudi dan Mama disampingnya.

"Terserah, Mama, dong.." ujar Mama cuek sambil main ponsel.

Una mencebik kesal mendengar hal itu dan memilih buat main ponsel juga. Tapi, malah makin kesal saat tidak ada satupun pesan ataupun panggilan dari Jeka.

Awas aja, mas Jeka.

"Ma, mas Jeka ada nge-chat Mama nggak?" Tanya Una pelan.

"Nggak ada tuh.." lagi, Mama menjawab cuek. Papa yang ada disebelahnya cuman ketawa kecil.

"Ishhh.."

Akhirnya, Una memilih diam sambil main games buat bunuh waktu untuk menuju ke restoran.

--

Una mengerjapkan matanya bingung saat masuk kedalam restoran semuanya gelap. Dia sendiri, tadi disuruh masuk duluan oleh Mama karena Papa mau ambil uang dulu di ATM.

Agak takut, Una bingung harus jalan kedepan atau balik lagi kepintu keluar. Memutuskan jalan pelan-pelan sambil tangannya meraba kedepan gitu. Sampai, tangannya nyentuh sesuatu yang nggak terlalu keras, tapi kekar gitu.

"Eh, ini apaan?" Tanyanya bingung.

Tanganya kembali menjulur keatas buat megang bagian yang lain. Sampai akhirnya, dia ngerasa lagi megang dagu seseorang. Naik keatas, dan ngerasa megang pipi seseorang.

"SELAMAT MILAD, ALUNA..." Teriakan itu bertepatan dengan hidupnya lampu dan semua orang yang mengeliling Una.

+_+_+

Tbc➡

1 part lagi tamat, habis itu aku kasih epilog.

See you💜

JJK - JEB (TIGA) ✔Where stories live. Discover now