10. Date in the Cafe (Dae Won's POV)

53K 211 2
                                    

Aku dan Daveeka baru saja tiba, di salah satu cafe yang letaknya lumayan jauh, dari perusahaan tempat kami berkerja. Segera kumatikan mesin mobilku, dan membuka sabuk pengaman dari tubuhku.

"Kau ingin sekalian makan siang?" tanyaku, sambil menoleh ke arahnya, yang sedang membuka sabuk pengaman juga.

Ia pun menoleh ke arahku, dan menaikkan satu alisnya, "Memangnya sekarang jam berapa?" tanyanya, yang berbalik tanya padaku.

Segera aku melirik ke jarum jam, yang melingkar di pergelangan tanganku, "Baru jam 11" jawabku, yang kemudian beralih menatapnya.

Namun ia malah menghela nafasnya, dan memalingkan pandangannya ke depan, "Aku kira sudah jam 12. Kalau begitu, tidak usah sekalian makan. Aku ingin menikmati secangkir latte saja, lagipula aku sedang tidak ingin makan" tuturnya.

"Baiklah, ayo kita keluar" ajakku, sambil membuka pintu mobilku.

Tapi ia tak berkata apa-apa, dan hanya menggangguk saja. Lalu kami segera keluar dari dalam mobilku, dan segera berjalan memasuki cafe.

Setelah berada di dalam cafe, kami pun berjalan menuju salah satu spot, yang berada di dekat jendela. Lalu kami menarik dua buah kursi, dan mendudukinya. Dan tak lama, seorang pelayan pun datang, dan menghampiri kami.

"Selamat siang, apa ada yang bisa saya bantu?" sapa pelayan itu dengan ramah, sambil memegang list menu pada tangannya.

"Tentu saja ada, kami ingin memesan sesuatu. Boleh lihat list menunya?" ujarku, pada pelayan wanita tersebut.

Sebuah senyuman pun terukir di wajahnya pelayan itu, lalu ia memberikan dua list menu, dan berkata, "Boleh tuan, ini listnya, silahkan" ucapnya.

Segera kuambil kedua list menu itu, dan mengganggukkan kepalaku. Lalu aku memberikan salah satunya, pada kekasihku, "Ini list menunya, sayang" ucapku, sambil menyunggingkan senyuman.

"Terima kasih, sayang" jawab Daveeka, sambil mengambil list menu itu dari tanganku.

Tapi aku tak berkata apa-apa lagi, dan hanya tersenyum saja. Lalu aku segera melihat list menu yang satunya, dan memandangi berbagai macam, daftar makanan, dan juga minuman, yang berada di list tersebut.

"Aku pesan latte saja" ujar Daveeka, sehingga membuatku langsung mengangkat kepalaku, dan menatapnya.

"Hanya Latte?" tanyaku, dengan satu alisku yang terangkat.

"Huum, latte saja" jawabnya.

Kuhela nafasku dan mengganggukkan kepala, "Baiklah, saya pesan latte juga, dan. . ." ucapku, yang sengaja memotong ucapanku, dan kembali menatap list menu, "Ice cream cake" sambungku, yang beralih menatap pelayan tersebut.

Pelayan itu pun segera mencatat pesananku, pada note kecil yang ia pegang. Lalu ia menghentikan aktifitas mencatatnya, dan menatapku, "Baik tuan, jadi 2 latte, dan 1 ice cream cake ya, benar?" ucapnya, dan hanya kujawab dengan anggukkan saja, "Kalau begitu, mohon tunggu sebentar, pesanan anda akan segera kami buatkan" sambungnya, sambil mengambil kedua list menu, di atas meja. Dan kemudian, ia segera beranjak pergi.

Aku pun tersenyum, dan segera beralih menatap kekasihku, yang kini duduk di depanku.

"Kau memesan dessert? Kenapa tak sekalian, makan siang saja?" tanyanya, dengan dahinya yang mengerut.

Namun aku malah terkekeh, dan meraih kedua tangannya, "Aku belum lapar, sayang. Dan lagipula, tidak asyik bukan? Jika aku makan siang sendirian, sedangkan kekasihku, hanya memperhatikannya saja" ucapku, yang kemudian mengecup kedua tangannya.

Sebuah senyuman pun, langsung terukir di wajahnya, saat mendengar apa yang baru saja kukatakan, "Tapi jika kau sudah lapar, maka makan saja" katanya.

My Partner in BedWhere stories live. Discover now