Chapter O2

7.5K 929 63
                                    

Matchmaking
Chapter O2

Mark Lee
X
Lee Jeno

3 Desember 2019

"APA!?!?!?" Minhyung dan Jeno menyelak secara bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"APA!?!?!?" Minhyung dan Jeno menyelak secara bersamaan.

Keduanya mendelik kearah dua perempuan yang duduk disamping mereka. Sementara Minhyung yang menatap kearah sang Ibunda dengan pandangan membunuh andalannya, Jeno yang berada didepannya sudah mengerucutkan bibirnya dan menggoyangkan lengan Chaeryeong yang berada disampingnya.

"Bundaaa, apa-apaan sih! Jeno gamau dijodohin sama Kakak ini!" kata Jeno masih dengan bibir yang dikerucutkan, pemuda itu bahkan sudah membombardir sang ibunda dengan aegyo dan mata kucingnya yang bisa kapan saja menumpahkan air mata.

"Ga mau ya pokoknya Jeno enggak setuju! Apa-apaaan sih, Jeno udah gede!"

Pemuda kelahiran dua ribu itu kembali merengek. Sang Ibunda di sebelahnya hanya bisa menghela nafas dan mengelus kepala putranya, sesekali perempuan paruh baya itu juga memberikan tepukan ringan di atas surai kecoklatan milik Jeno yang bergerak mengikuti pergerakan tubuh lelaki itu.

Lain Jeno, lain Minyung. Pemuda itu sedari tadi hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat, alis camarnya menukik tajam, memperliatkan emosinya yang mulai memuncak karena kelakuan sang Ibunda yang selalu sukses membuatnya sakit kepala.

"Minhyung, kau tidak akan menolak lagi, bukan? Ibu tahu ini yang terbaik untukmu," bisik Eunbi. Perempuan itu meraih buku-buku jemari Minhyung yang terkepal erat, mengelusnya perlahan, berusaha membuat anak sulungnya itu untuk merilekskan tubuh miliknya.

"Ibu melakukan ini untuk kebaikanmu, Minhyung. Ibu berjanji, jika kali ini tidak berhasil juga, kau benar-benar bebas. Ibu tidak akan mengganggumu lagi setelahnya," lanjut Eunbi, sementara sang pemuda masih saja mengunci rapat-rapat kedua belah bibirnya.

Mendengar perkataan sang Ibunda, mau tidak mau membuat Minhyung kembali berfikir. Keningnya berkerut samar, sementara sepasang netranya memandang kearah depan, lebih tepatnya kearah pemuda yang sedang sibuk merengek dengan wajah yang sialnya sangat manis itu. Minhyung kemudian menghela nafasnya, lagi, pada kenyataannya, pemuda itu tidaklah bisa melawan serta menolak permintaan sang Ibunda, walaupun terkadang permintaannya sangat tidak masuk akal.

"Baiklah. Saya akan menerima perjodohan aneh ini." Final Minyung. Pemuda itu menatap satu persatu tiga manusia ang sekarang menatapnya dengan berbagaimacam pandangan.

"TAPI-" Belum selesai Jeno mengajukan protesnya, Chaeryeong sudah menutup mulut Jeno menggunakan telapak tangannya, mengisyaratkan sang putra untuk membungkam mulut manisnya itu.

"Dengan beberapa syarat, pertama, jika setelah satu bulan perjodohan ini berjalan dan kami tidak cocok dengan satu sama lain, kita batalkan. Yang kedua, saya tidak ingin perjodohan ini terendus oleh pihak luar, dan yang terakhir, jangan mengganggu waktu kerja saya."

Minhyung berkata dengan nada dingin andalannya sebelum bangkit dari duduknya dan pergi menjauhi meja mereka, tentu setelah pamit kepada setiap kepala yang menatapnya dengan pandangan yang berbeda-beda.

"Ya! Lee Minhyung! Mau kemana kau? teriak sang Bunda."

"Kantor." Balasnya singkat sebelum benar-benar menghilang dari pandangan.

"Aku. . . tidak menyukai kakak itu. Kenapa ada orang sedingin dia, sih? Apa dia enggak punya hati?" Batin Jeno setelah melihat kelakuan Minhyung yang sangat dingin itu.

"Dan apa katanya tadi? Tidak cocok? Dasar Kakek tua tidak punya hati! Lihat saja, akan ku buat kau menjadi tergila-gila padaku, Lee-jelek-Minhyung!"

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Setelah Minhyung pergi dari restoran itu, meninggalkan Jeno dengan dua perempuan paruh baya yang sekarang menatapnya dengan mata mreka yang memancarkan keingintahuan yang besar. Melihatnya, Jeno hanya mengedipkan sepasang netranya dengan polos dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"B-baiklah, aku menerimanya," cicit Jeno, pasrah akan keadaan.

Mendengarnya, Eunbi pun mengembangkan senyuman manisnya dan mengusak surai kecoklatan milik Jeno.

"Terimakasih banyak, Jeno. Aku harap kau bisa tahan dengan sikap Minhung dan dapat meluluhkan hatinya yang sekeras es itu ya, aku bergantung padamu, Jeno."

Haaah, apa yang harus ia lakukan sekarang?

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

NOTULEN ;

HAI KEMBALI LAGI BERSAMA TAKOYAKI! Gimana nih Chap 2 nya? Udah mulai kebayang belum gimana kelanjutan kisah mereka?


Terakhir, jangan lupa vote dan commentnya ya!

Terakhir, jangan lupa vote dan commentnya ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
matchmaking ㅡ marknoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang