Chapter 29

22.4K 916 37
                                    

"She did it" ucap Christian dengan sangat pelan, tapi aku dan Acacia tetap mendengarnya dan mengalihkan pandangan ke arahnya. Dengan jelas aku melihat pundaknya kaku dan tubuhnya menegang, nafasnya pun lebih tidak teratur dari sebelumnya.

"He wants to meet you too, Christian" aku melihat Acacia yang sedang menggigit bibirnya menunggu reaksi Christian dengan penuh antisipasi. Aku masih tidak mengerti dengan jelas kenapa Christian tidak senang dengan kabar ini, tapi yang jelas dia menerima kabar ini seakan kabar ini adalah kabar buruk.

"I- I have to go" dan tiba-tiba dia membalikkan badan dan pergi begitu saja. Aku dan Acacia menatap satu sama lain dengan bingung sambil mengira-ngira kemana dia pergi.

"Kau ingin bertemu dengannya sekarang?" tanya Acacia padaku setelah beberapa menit kami diam. Aku menatapnya dan mengangkat bahuku bingung karena aku tidak tau. Aku berpikir sebaiknya aku menunggu Christian dan menemui Nikolas bersama-sama, tapi sekarang Christian pergi begitu saja dan aku tidak tau kapan dia akan memunculkan dirinya lagi. Di sisi lain aku ingin menemui Nikolas sekarang karena banyak pertanyaan yang harus kutanyakan padanya.

"Menurutku lebih baik kau menunggunya. Dia mungkin membutuhkanmu"

"Baiklah" aku mengangguk pelan sebelum mengikuti Acacia menuju kamarku.

Di kamar aku sudah melihat sebuah nampan berisi gelas dan obat di meja dekat tempat tidur. Pasti Christian meminta Irene untuk mengantarkannya begitu kami sampai di sini. Aku meminum obat itu sebelum mengganti pakaianku dengan pakaian yang lebih nyaman dan beristirahat.

Rencanaku aku ingin mengambil beberapa jam untuk mengistirahatkan diri, tapi justru pikiranku pergi ke tempat lain dan memikirkan Christian. Aku tidak tau di mana dia sekarang tapi aku yakin dia ada di sekitar kastil. Aku tidak tau apa yang sedang dipikirkannya sekarang dan aku berharap dia baik-baik saja. Reaksinya tadi membuatku khawatir. Dia terlihat panik dan seperti tidak tau apa yang harus dia lakukan. Terlebih lagi dia meninggalkanku bersama Acacia tanpa memberitahuku kemana dia mau pergi, itu tidak seperti biasanya.

"Kee" aku tersentak pelan keluar dari kesibukan pikiranku begitu aku mendengar seseorang memanggil namaku.

"Hunter, come in"

"How are you feeling?" tanyanya begitu dia sudah duduk di sampingku.

"Better. Christian mengajakku pergi ke suatu tempat dan aku baru saja beristirahat" Hunter hanya menganggukkan kepalanya untuk menanggapi jawabanku. Aku menatapnya heran karena dia terlihat aneh. Tapi semuanya terpecahkan begitu dia mengusap punuknya pelan. Itu menandakan dia mempunyai suatu hal untuk diucapkan.

"Ada apa? Katakan saja" Hunter tersenyum berterima kasih padaku karena aku bisa mengertinya sebelum dia menghela nafas.

"Ini tentang Irene"

"Hm?" aku tersenyum melihat Hunter yang terlihat salah tingkah. Bertahun-tahun aku tinggal bersamanya, berkali-kali aku melihatnya bersama pacarnya, dan sering kali dia menceritakan tentang gadis yang dia suka padaku. Tapi, baru kali ini aku melihatnya bertingkah seperti ini.

"Aku sudah menjelaskan semuanya padanya, y'know mengenai lamaran itu," aku mengangguk pelan dan memintanya melanjutkan, "dia mengerti dan dia juga menjelaskan tentang sikapnya saat itu. Dia bilang dia hanya terkejut dan tidak tau harus berbuat apa"

"Lalu, apa yang kau pikirkan?"

"Dia tidak menolak lamaranku, Kee, apa itu berarti dia akan menerima lamaranku kalau aku melamarnya lagi?"

Ah, jadi disitu letak kegelisahannya. Dia masih memikirkan keputusan Irene. Kupikir kakakku sedikit bodoh karena bisa-bisanya dia berpikir Irene akan menolak lamarannya. Tapi, mungkin memang itu yang dirasakan semua pria saat mereka ingin melontarkan pertanyaan itu.

Love WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang