Who Is Choi Beomgyu?

624 69 12
                                    

Jawabannya adalah kutu beranak.

Ya, kutu.

Kalian tahu kutu, 'kan?

Yang suka membuat kulit terasa gatal-gatal itu namanya kutu!

Dan pertanyaannya apa hubungan antara kutu dan manusia itu? Kenapa aku menyebut Choi Beomgyu adalah kutu beranak--ah lebih tepatnya, kenapa aku harus menyebut Cheo Beomgyu sebagai kutu beranak?

"Dia membuatku gatal-gatal setiap kali aku melihatnya," geramku sambil menggigiti pantat pensil. Melihat Beomgyu beserta antek-anteknya tengah berjalan dengan gaya sok gaul di lorong sekolah tiba-tiba membuatku lapar dan ingin memangsa sesuatu. Percayalah, kutu beranak itu bisa menyedot energi dalam tubuh manusia, padahal jelas-jelas aku sudah makan  dua bungkus ramen di kantin.

Bulu kudukku meremang saat melihat laki-laki itu menyibak poni ke belakang dengan salah satu tangan, lalu beberapa adik kelas sepuluh yang konon katanya sudah membuat akun fansclub di instagram dengan username @beombeomoppamylove menjerit nyaring sampai kupingku nyaris copot. Dan anehnya kenapa mataku bisa menangkap gerakan slow motion menyibak rambut ala si kutu beranak itu. Menyebalkan. Ingin kucolok mataku sendiri dengan pensil.

"Iya sih," gumam Yeji menyetujui pernyataanku sambil manyun. Kemudian tak selang lama. gadis itu memekik dengan suara normal tapi ajaibnya mampu membuatku terperanjat, "Ah!"

"Apa?" aku menatapnya tanpa curiga sama sekali. Sekarang gadis bermata kucing itu terlihat lebih mirip kucing buta saat menyipitkan mata seperti itu padaku. "Apa?" tanyaku sekali lagi, kali ini penekanannya lebih terasa seperti kenapa sih melihatku seperti itu?

"Kau bilang kau suka gatal-gatal bukan kalau melihat Choi Beomgyu?"

Aku mengangguk tanpa berpikir.

"Emmm," Yeji mengembungkan pipi dengan dahi berkerut, "tapi... kenapa kali ini kau tidak menggaruk kulitmu seperti biasa?"

"Tidak, aku--" ucapanku terhenti.

Eh?

Aku menatap ke bawah, ke arah kulit tanganku yang biasanya memerah saat melihat si kutu beranak itu, tapi kali ini... oh iya ya. Kemudian pandanganku beralih pada pensil di tangan kananku yang ujung pantatnya hampir tak berbentuk.

Kenapa aku malah menggigitinya?

"Jadi," Yeji menggantungkan kalimatnya, "Apa kali ini gigimu yang terasa gatal saat melihatnya?"

"Tidak, aku lapar--ah tidak maksudku..." aku menggelengkan kepala, masih terpaku menatap pensil yang ku genggam.

Kenapa aku tidak merasa gatal, ya? Bukankah biasanya kalau aku melihat sosok laki-laki itu, tiba-tiba kulit tubuhku suka memerah tidak jelas dan aku tidak tahan untuk tidak menggaruknya? Pernah sekali waktu aku memergokinya tersenyum ke arahku dan keesokan harinya aku tidak masuk karena ruam di kulitku nyaris terlihat seperti borok. Entahlah, dalam diri manusia itu semacam terdapat virus gatal yang suka sekali menempel pada kulitku, sehingga acap kali eksistensinya selalu membuatku yah... gatal.

Jelas seharusnya ini terasa gatal, tapi kenapa...

Yeji menyikut pinggangku pelan. Gadis itu mendekatkan wajah dengan senyum jahil di mukanya. "Jadi kau sudah tidak membencinya?"

"Kata siapa?! Aku benci padanya!"

Responku bagaikan kereta MRT. Nyaring, cepat, dan tidak terkendali. Oh salah, maaf, kereta MRT tentu saja terkendali. Berarti responku sangat parah sampai-sampai Yeji harus melotot sambil mengkomat-kamitkan mulutnya dengan gerakan cepat yang aku yakin adalah kalimat-kalimat umpatan.

"Membenci siapa?"

DEG

Membenci pemilik suara ini.

Seseorang yang berdiri di dekatku, aku bisa merasakan kehadirannya. Aku bisa tahu siapa orang itu. Bayangan yang tercetak jelas pada lantai, serta ekspresi Yeji yang mirip seperti orang bertemu penampakan hantu sudah menjelaskan semuanya.

Jantungku nyaris meledak.

Perlahan, aku mengalihkan pandangan ke arahnya.

Dia tersenyum. Laki-laki itu tersenyum lebar kearahku. Matanya menatap manik mataku dalam.

Deg deg deg deg deg.

"Selamat siang, Shin Ryujin!"

Hanya itu, beserta lambaian tangan, sebelum punggungnya pergi berjalan menjauh beserta teman-temannya yang mengekor di belakang bagaikan anak ayam.

Si kutu beranak.

Choi Beomgyu.

Choi Beomgyu.

Choi Beomgyu?

Choi... Beomgyu?

Choi...

Beomgyu...

Deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg deg...

Oh tidak, sepertinya aku terkena serangan jantung.

Gara-gara Choi Beomgyu

Choi Beomgyu aku membencimu!

Aku benar-benar membencimu!!

Aku bersumpah selamanya akan membencimu!!!

Crack!

"Kyaaaa Shin Ryujin jangan dimakan pensilnya!"

Teriakan Yeji tetap tak mampu menghentikan aksiku mengunyah pensil yang tanpa kusadari sudah kucabik-cabik semenjak kepergiannya, si Choi Beomgyu.

I Hate You, Choi Beomgyu! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang