Tinggal hitungan menit matahari akan tenggelam sementara acara kelulusan sudah selesai sejak tadi siang, tetapi Arga masih berkelana di jalanan mengendarai motor bebek jadul kesayangannya.
Arga merasa cukup kecewa dengan ketidakadilan ayahnya hari ini. Untuk itu Arga ingin menjernihkan pikiran dari hiruk pikuk yang mungkin akan terjadi di rumah nanti.
Tiba-tiba lampu sein kiri motor Arga berkedip. Arga mampir ke suatu tempat yang selalu ia kunjungi ketika pulang sekolah. Tempat ini juga lah yang menjadi pelarian baginya dari setiap tuntutan hidup yang berjalan tidak sesuai dengan keinginannya.
"Arga!"
Baru juga memasuki ruangan seorang laki-laki yang mengenakan kemeja biru garis-garis memanggil dari atas panggung.
"Gimana bro lancar acara wisudanya?" tanyanya ketika Arga mendekat, ia langsung merangkul Arga layaknya adik sendiri.
"Aman bang." Arga pun duduk di kursi dan segera memangku gitar yang sudah disiapkan pihak kafe sementara barang bawaannya diletakkan di kursi lain.
"Dari siapa tuh? Pacar lo?" ledek teman Arga.
Arga tersenyum tipis sambil melihat buket kecil yang sudah ia satukan ke dalam paper bag cookies. "Bukan, dari teman gue."
"Yang bener cuma temen?"
"Emang ada ketentuan yang boleh kasih buket cuma pacar doang?"
Teman Arga itu tertawa sampai menciptakan kerutan di kedua sudut matanya. "Kaga ada sih. Lagian kurang percaya juga gue orang kayak lo udah punya cewek."
"Sue." Arga hendak menendang tulang kering temannya itu, namun belum berhasil.
"Woi Bang Ren gue mau sumbang satu lagu!" pinta Arga sedikit berteriak karena temannya itu sudah lari duluan ke belakang.
Bang Ren adalah sebutan yang ditujukan Arga kepada temannya yang bernama Rendy. Rendy itu teman nongkrong Arga sekaligus pemilik kafe ini. Umur Rendy dua tahun lebih tua dari Arga. Mereka sudah saling mengenal sejak awal tahun 2019 ketika pertama kali Arga mulai tertarik ke dalam dunia musik. Lebih tepatnya penampilan Rendy saat itu memotivasi dirinya untuk belajar lebih banyak tentang musik.
Kepala Rendy kemudian muncul dari balik tembok. "Bebas Ga, lo mau sumbang sepuluh lagu juga silahkan ga akan ada yang larang. Kayak gak biasa aja."
"Thanks bang."
Arga memang sering melakukan live music di kafe temannya ini. Jadi ini bukanlah perform pertamanya Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Admiration Crush (Revisi)
Teen FictionNada harus berjuang melawan penyakit mentalnya akibat peristiwa di masa lalu. Ia sempat ingin menyerah sebelum akhirnya menemukan penyemangat hidup lewat musik-musik yang di cover oleh seseorang membuatnya tenang ketika mendengarnya. Seolah suara di...