KAHLEA : The Empty Trophy

503 73 101
                                    

Jakarta, 2019.


Orang pintar yang bahagia itu jarang ada.

Karena mereka selalu berpikir mengenai segala kemungkinan yang bisa terjadi. Mereka ingin berhenti, tapi tidak bisa karena otak mereka terus berpikir.

Dan karena terlalu pintar, sepertinya sebentar lagi aku akan gila. Namun tidak apa-apa. Bagi orangtuaku, terutama mama, nilai selalu nomer satu. Kesehatan mental dan kebahagianku itu baru nomer yang kesekian.

Walapun riset menunjukkan bahwa tingkat stress yang dirasakan remaja karena sekolah pada tahun 2013 setara dengan pasien rumah sakit jiwa pada tahun 1953, fakta itu selalu membuatku bertanya-tanya..

Seberapa gila pasien rumah sakit jiwa pada saat ini?

Namun sekali lagi, itu tidak apa-apa karena yang terpenting adalah menjadi nomer satu serta tidak terkalahkan.

Jika ada yang bisa menjawab dengan cepat tentang perbedaan materi stoikiometri dan termokimia, atau menghapal setengah isi kamus bahasa prancis--itu adalah ancaman.

Waktu mama menyisir rambutku untuk dikepang sebelum berangkat ke sekolah, ia bersenandung ria saat melihatku duduk tenang didepan cermin. Aku adalah mahakaryanya yang paling sempurna.

Dan suatu hari, ia memberitahu bahwa namaku, arti dari nama Kahlea Tierra Pradipta punya makna yaitu gadis yang paling bercahaya dibumi.

Pada saat itu aku tidak berpikir jauh. Toh, itu adalah nama. Artinya bagus dan sangat memotivasi. Namun, yang tidak kuketahui adalah, nama pemberian itu menjadi sebuah obsesi bagi mama untuk menjadikanku sebagai gadis paling bercahaya di bumi.

Menjadi nomer satu. Selalu yang paling utama dan mendapatkan segalanya.

Mama mewujudkannya dengan segala usaha. Seakan-akan ia akan mati jika suatu hari nanti cahaya milikku menghilang. Seakan-akan ia hidup hanya untuk menyalakan lentera agar tetangga tahu betapa terangnya pekarangan rumah.

Sekolah sampai pukul 4 sore, melanjutkannya dengan mengambil kursus untuk persiapan masuk universitas, lalu setelah makan malam-- aku harus duduk diruang baca dengannya. Berdiskusi tentang jurnal penelitian terbaru atau menceritakan ulang isi novel klasik yang sudah kubaca. Dan jika itu semua belum cukup, kelas bahasa Prancis dan les piano disetiap akhir pekan mungkin akan menambah panjang daftar isinya.

Mamaku, Sarasvati Gayatri adalah seorang dosen disebuah universitas ternama indonesia. Sebentar lagi akan ada pemilihan rektor untuk universitas dan mama adalah salah satu kandidat terkuatnya. Ia sudah mendedikasikan diri dan punya reputasi yang sempurna.

Kadang-kadang, menjadi orang dewasa itu menakutkan karena jika mereka menginginkan sesuatu, mereka rela membayar walau dengan harga tinggi sekalipun.

Aku tidak perlu menjelaskan lagi mengapa obsesi untuk mendapatkan anak yang sempurna disemua bidang ini sudah menjadi salah satu harga yang harus dibayar.

Mama tidak akan membiarkan sesuatu merusak reputasinya. Dan kuberitahu, punya anak yang tidak bisa menjelaskan persamaan kuadrat atau menyelesaikan soal berpangkat sama sekali bukan hal yang ingin ia lihat.

Ayahku, Hamsal Pradipta, adalah seorang pilot di salah satu maskapai penerbangan internasional. Hari ini ia berada di India dan besoknya ia bisa berada di Brazil. Pulang ke rumah hanya jika ia benar-benar harus menggunakan cuti kerjanya. Karena masalahnya adalah, ayahku sangat mencintai pekerjaannya.

Ketidakhadirannya dirumah membuat mama makin keras. Mama bilang aku harus belajar. Mama bilang aku harus menyingkirkan orang-orang yang bisa saja mengalahkanku. Mama bilang menjadi pemenang itu akan membawa kebahagiaan.

ANTARESWhere stories live. Discover now