PROLOG

17K 384 0
                                    

"Kamu? Ngapain kamu dateng ke sini?" Dia terkejut melihat orang yang selama bertahun-tahun ini telah membuatnya menunggu.

"A-aku minta maaf, aku tau ini semua kesalahanku. Maaf karena aku nggak ingat kamu, justru aku mau ngucapin terima kasih banya karena masih inget sama aku."

Cewek itu diam tanpa ada rasa ingin membalas perkataan cowok di depannya itu. Dirinya sangat kecewa, dirinya hancur. Dia memutuskan untuk mengusir cowok itu.

"Pergi!" sentak cewek itu.

"Tapi aku mau minta maaf, Ra, please."

"Pergi!"

Kedua kakinya mulai melemah, tangisnya pecah. Cowok itu bahkan tak menggerakkan kakinya sedikit pun. Tak cukupkah dia menyakiti hati seorang wanita.

"Aku nggak bakal pergi sebelum aku dapet maaf dari kamu."

"Keras kepala kamu, ya? Aku maafin kamu, sekarang pergi!"

Cowok itu memandang lekat ke wajah sang cewek. Lekuk wajahnya masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu. Bekas luka di dahinya bahkan masih samar terlihat.

Tangannya terangkat hendak mengusap bekas luka di dahinya itu, tapi dengan cepat tangannya ditepis.

"Mau apa?"

"Kamu ingat bekas luka itu? Luka yang disebabkan oleh bocah tengil yang nggak tau diri," ujarnya sambil tersenyum renyah, "dan maaf, bocah tengil itu kembali mengulang kesalahan walaupun udah dewasa. Maaf."

Cewek itu menghela napas panjang sambil menghalau air matanya yang semakin deras ketika teringat masa-masa kecil di mana mereka berdua selalu berlarian ke sana kemari.

"Mungkin aku udah punya label orang bodoh di mata kamu. It's okey, aku bakalan pergi, tapi aku nggak menyerah buat dapetin kamu lagi."

Cowok itu melenggang pergi meninggalkan jejak luka dan teka-teki dalam hidup sang cewek. Mau berbuat apa lagi, biarkan dia bertindak apapun asalkan tidak ada yang membahayakan keselamatan sang cewek.

17-12-2019

Senior Kampus [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang