PINDAH

1.3K 41 1
                                    

Radit terus saja mencari Naura dengan bantuan para bodyguard nya. Radit telah melacak ponsel Dastin dan menemukannya berada di rumah tua yang sudah tidak berpenghuni.

Radit dan para bodyguard nya pun langsung melesat ke rumah tersebut. Radit membawa seluruh bodyguard nya untuk berjaga jaga jika anak buah Dastin menyerang.

Sesampainya disana, suasana rumah tersebut sangat sunyi. Seperti tidak ada kehidupan di dalam nya. Radit menyusuri setiap titik rumah tersebut dengan sangat hati hati.

Tepat di ruangan belakang rumah, terdapat dua orang penjaga yang menjaga pintu masuk dengan sangat ketat. Radit pastikan Naura disekap di dalam ruangan tersebut.

"Kalian, tolong bagaimanapun caranya kepung ruangan tersebut dan aku akan masuk ke dalam. Sementara kalian urusin anak buah Dastin yang menyerang." Ucap Radit setengah berbisik kepada para bodyguard nya.

"Baik boss."

Pertama para bodyguard pergi mengepung ruangan tersebut dan saling melawan anak buah Dastin. Radit pun menyelinap untuk masuk ke dalam menghindari perkelahian tersebut.

Di dalam sudah ada Naura yang diikat di kursi sedangkan Dastin sedang duduk memandang Naura yang sedang meronta untuk dilepaskan.

"Dastin!!"

"Ohhh akhirnya lo datang, gue kira lo nggak akan datang karena lo itu penakut."

"Gue nggak takut sama lo!!"

"Owh lo nggak takut sama gue?"

Bugh!

Radit memukul perut Dastin dengan sangat keras. Sampai sampai Dastin limbung ke belakang.

"Beraninya lo mukul gue!!"

Mereka berdua akhirnya saling memukul. Sementara di luar, para bodyguard Radit sudah melumpuhkan anak buah Dastin.

Bodyguard Radit pun menghubungi polisi untuk datang ke tempat tersebut. Sementara yang lain masuk ke dalam untuk membantu Radit dan melepaskan Naura.

"Lo nggak pantes buat dapetin Naura!!" Ucap Dastin di sela sela pertengkarannya.

"Lo lebih nggak pantes!" Bugh! Radit kembali memukul Dastin.

Dastin sudah benar benar tidak bisa menahan serangan dari Radit. Ditambah lagi bantuan dari bodyguard Radit itu membuat tenaga Dastin terkuras habis hingga terkapar di lantai.

"Berani berani nya lo culik istri gue hah!! Mau cari mati?!" Radit sangat marah terhadap Dastin.

"Udah pah nggak usah diladenin pulang aja yuk." Ucap Naura dalam pelukan Radit.

"Iya, kamu pulang dulu sama bodyguard ya Titan udah nungguin di rumah." Radit mencium kening istrinya itu.

"Kamu?"

"Ada urusan bentar."

Naura pun hanya menuruti apa yang Radit ucapkan. Naura pulang bersama bodyguard Radit untuk menjaga nya, dan yang sebagian masih bersama Radit untuk membantunya.

Tak lama polisi pun datang, dan langsung membawa anak buah Dastin sekaligus Dastin yang menjadi otak dibalik penculikan tersebut.

"Inget aja lo berani panggil polisi keluarga lo nggak bakal tenang!" Ancam Dastin sebelum pergi.

"Bawa dia pak." Ucap Radit kepada polisi

"Siap!"

Setelah semua urusan selesai, Radit pun melesat pulang ke apartemen nya. Sesampainya di apartemen, Radit langsung memeluk istri dan anaknya yang sedang tidur di sofa.

"Maafin aku ya, aku nggak bisa jagain kamu." Mata Radit berkaca kaca.

"Gapapa nggak usah sedih, aku baik baik aja kok."

Radit membalas senyuman dan kembali memeluk istrinya itu. Dan kini Radit menatap Titan.

"Maafin papah juga ya sayang, papah nggak bisa jagain kamu juga." Ucap Radit mencium kening Titan lama.

Titan yang seolah mengerti akan kejadian tadi pun ikut tersenyum bahagia.

"Pah, aku udah nggak betah tinggal di sini aku pengen pindah rumah." Pinta Naura.

"Baiklah, demi keselamatan keluarga kita lebih baik kita pindah aja ke luar negeri. Biar nanti aku urus data datanya, secepatnya kita akan pindah."

"Makasih yaa."

Radit tersenyum kemudian menatap Naura lekat.

Kamu itu cantik, tapi sayang gara gara kamu cantik banyak orang yang menginginkan kamu menjadi miliknya. Batin Radit kembali mengingat Dastin.

***

Dua hari kemudian, semua berkas berkas keberangkatan mereka ke luar negeri sudah siap. Mereka pun akan berangkat pada hari itu juga. Sebelumnya mereka sudah berpamitan kepada orang tua mereka.

Awalnya orang tua mereka tidak menyetujui. Akan tetapi setelah mendengar kebenaran bahwa Dastin kembali, mereka pun akhirnya menyetujui kepergian mereka.

"Pah, semua udah siap kan?"

"Iya udah, pesawat kita akan berangkat jam 15.30 jadi kita harus menuju bandara sekarang."

"Iya pah kalo gitu ayok berangkat."

Mereka pun pergi ke bandara untuk menaiki pesawat ke London. Sebenarnya Naura ingin berada di Indonesia saja, tetapi keselamatan keluarga lebih penting.

Naura menatap keluar kaca mobil mengingat setiap titik jalan yang dia lewati. Disini lah Naura dibesarkan dan mengenal berbagai keunikan dunia.

"Naura, kita udah sampai."

"Hmm, iya kalian turun duluan aja."

"Kamu kenapa?"

"Gapapa kok."

"Nggak usah sedih, suatu saat kita balik lagi ke Indonesia kalo ada waktu." Ucap Radit sambil tersenyum.

Naura pun mengangguk dan menyeka air matanya. Lalu mereka turun dari mobil untuk masuk ke dalam bandara. Tak lupa mereka bercanda ria bersama Titan.

Tbc

♡♡♡

Senior Kampus [ COMPLETED ]Where stories live. Discover now