42. Kembalinya Sang Pangeran

31 4 1
                                    

Mereka bersorak merayakan kemenangan mereka. Moza, Filecia, dan Leana saling tos. Hyxone dan Hunna saling berjabat tangan dengan sikap resmi. Felix sekeluarga dipanggil, mereka bergembira ria di pulau kecil itu.

"Pulau ini aku namai Pulau Vighlab! Pulau Kemenangan!" seru Moza.

"Wah bagus juga tuh!" balas Filecia.

"Aku akan pasang tanda dengan sihir, supaya kita bisa menemukan pulau ini lagi," kata Leana.

"Sip!"

"Kapten, kita kembali ke kerajaan kapan?" tanya Hyxone.

"Tidak usah buru-buru. Besok saja. Sudah mau sore. Biarkan kerajaan tenang dulu," kata Moza santai.

"Tapi nanti keburu berita ini bocor, Yang Mulia! Anda tahu akibatnya? Singgasana kosong, Anda jauh di sini, Amoera mati, Anda pikir musuh Anda cuma Amoera? Aku yakin tidak! Pasti nanti ada gangguan kalau kita tidak segera kembali! Anda tidak ingin, tentunya, ketika Anda kembali malah disambut sebatalion Angkatan Darat yang siap membantai Anda di pelabuhan?" desak Hunna logis. Panggilannya kembali formal, 'Yang Mulia,' karena Moza bisa dipastikan sudah kembali mendapat takhtanya.

"Betul juga," ekspresi senang Moza hilang. "Kumpulkan pecahan hantu-hantu itu, kurung di suatu tempat. Kalau sudah bangkit lagi, aku akan membunuh mereka. Kita pulang?" katanya memastikan.

"Yup, aku tidak sabar tidur di kasur bagus lagi," jawab Hyxone. "Umurku dua seperempat abad dan kau harap kasur setipis ini tidak menyakiti punggungku?" katanya bersungut-sungut. Mereka tertawa.

"Ngomong-ngomong, dimana mahkota raja?" tanya Moza.

Mereka semua terdiam. "Amoera tidak memakainya," gumam Moza tercekat.

"Aku akan coba menelusurinya dengan sihir," kata Leana. Dia mencabut tongkatnya, lalu menggerak-gerakkannya sambil menggumamkan banyak kata.

"Tenggelam bersama kapalnya tadi, sekarang masih ada di dasar laut dekat sini. Boleh kuambil, Yang Mulia?" kata Leana akhirnya.

Ekspresi tegang Moza hilang. "Ambillah, kita berangkaaat!"

Hyxone membesarkan kapal mereka lagi, lalu segera setelah Felix sekeluarga kembali, mahkota raja diambil, mereka membereskan barang mereka di pulau, lalu berlayar kembali.

***

"Moza, tidakkah menurutmu terlalu mudah?" tanya Filecia heran.

"Tidak ah, kita saja yang menguat," kata Moza sambil memainkan mahkota raja di tangannya. Dia masih memakai mahkota pangeran, karena dia akan melantik dirinya dulu di Lembah Inscha, segera setelah kembali.

"Beneran deh, dia melemah. Apakah hantu akan semakin lemah? Dulu dia bisa keluar masuk istana dengan mudah padahal ada gelembung sihirnya. Sekarang kok jadi begitu lemah?" cecar Filecia, penasaran betul dia.

"Aku tidak tahu," gumam Moza. "Males amat mikirin dia. Mendingan mikirin tugasku pas kembali. Aku harus membentuk kabinet menteri baru, lalu memastikan pencarian planet oleh Kemenristek berjalan lancar, dan lain-lain. Belum lagi aku harus mencari Menristek baru yang bisa menyamai Joanne. Harus diakui, meskipun Joanne itu brengs*k, dia sangat jenius dan berguna sebelum dia mengkhianatiku dan membantu Amoera. Hahh, kau pikir jadi raja itu asyik?" gerutu Moza.

Filecia tergelak. "Kan ada aku!" katanya. Filecia memikirkan ucapannya lagi, dan menjadi malu sekali. "E-eh, maksudnya kalau kau kerepotan aku bisa membantu, begitu!" ralatnya gelagapan.

Catez Prince [Bersambung Ke Buku 2]Kde žijí příběhy. Začni objevovat