Ammara mengumpulkan segenap kekuatannya untuk berguling ke samping secepat mungkin, saat ujung tombak yang runcing menancap dalam tepat di tempat gadis itu terduduk sebelumnya. Nyaris saja, Ammara akan berakhir seperti itu.
Ammara terengah-engah. Dadanya turun-naik, tak beraturan, sementara pelipisnya basah dibanjiri keringat dingin sebesar biji jagung.
Monster pohon itu meraung marah karena targetnya meleset. Ia sibuk menarik ujung tombaknya yang tertancap cukup dalam di tanah.
Melihat adanya kesempatan untuk melarikan diri, Ammara segera bangkit dan berlari menjauhi si monster. Beberapa kali langkahnya tersandung batu atau akar-akar pohon besar yang tak terlihat karena tertutup kabut, tetapi ia tetap bangkit dan melanjutkan larinya.
Sementara Monster Pohon Oak, terus mengamatinya dengan mata memicing. Begitu ujung tombaknya tercabut, si monster segera berlari memburu Ammara. Langkah besarnya yang berdebum saat beradu dengan tanah, seketika dapat menyusul Ammara. Makhluk itu mengayunkan tongkat sabitnya sekali lagi sambil berteriak nyaring.
Ammara terkesiap. Dengan cepat, gadis itu akhirnya berhasil menghindar. Namun, kali ini ia menginjak tanah yang tidak rata sehingga tubuh kecilnya seketika terjengkang dan jatuh menggelinding.
Monster Pohon Oak itu menyeringai menampakkan gigi-geliginya yang runcing dan penuh liur. Monster itu terus merangsek maju. "Kali ini kau tidak akan bisa lolos lagi, manusia!" raung Monster Pohon Oak saat berada tepat di hadapan Ammara yang belum bangkit dari jatuhnya. Si monster kembali mengayunkan tongkat sabitnya ke arah gadis itu.
Ammara mendongak panik. Refleks, satu tangannya terangkat ke atas, menangkis mata tombak runcing yang akan menghantam kepalanya. Darah segar mulai mengalir di lengannya disertai rasa perih dan panas di telapak tangan saat mata tombak menggores permukaan telapak tangannya. Gadis itu sungguh tak kuat untuk bertahan lebih lama lagi.
Tiba-tiba suara gulungan angin berbunyi nyaring hingga membuyarkan konsentrasi Monster Pohon Oak. Makhluk itu menarik tongkatnya untuk melihat makhluk-makhluk yang mendatanginya.
Tiga gulungan angin berwarna hitam berputar cepat dari arah Hutan Larangan yang kini tak memiliki segel. Tiga makhluk kegelapan itu mengelilingi Monster Pohon Oak dan Ammara. Sepasang mata merah bercahaya terlihat di balik gulungan-gulungan angin tersebut.
Monster Pohon Oak dengan cepat mengayunkan tombak sabitnya ke arah gulungan-gulungan angin yang mencoba menyerang. Namun berkali-kali meleset.
Salah satu gulungan angin akhirnya berhasil memukul mundur tubuh raksasa itu. Bunyi berdebam yang sangat nyaring disertai sedikit guncangan terasa saat monster pohon itu roboh menghantam tanah.
Ammara dapat mendengar raungan kesakitan si monster. Tanpa membuang waktu lagi, gadis itu segera beringsut pergi dari tempatnya seraya mengikat sobekan gaun pada telapak tangannya yang terluka.
Dengan langkah terseok, Ammara menjauh. Tiba-tiba ekor matanya menangkap sesosok peri perempuan yang terlihat sedang kewalahan melawan menghadapi tiga gulungan angin hitam yang tadi menyerang monster pohon dan sesosok Orc.
Ammara menghentikan langkah dan mencari sesuatu yang bisa dijadikan senjata di sekitarnya. Netranya menangkap sebilah kayu dengan ujung runcing yang sepertinya bisa ia gunakan untuk membela diri.
Ammara meraih kayu itu dan mendekati peri perempuan yang nyaris terdesak dengan lawan yang tidak imbang. "Putri Tatianna?!" jerit Ammara.
Netra perak Tatianna sesaat beradu dengan netra hijau milik Ammara. Tak ada kata yang terucap di antara mereka. Masing-masing menyimpan tanya yang tak sempat terungkap karena keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairyverse: a Fairy Tale
FantasyFantasy - Kingdom - Minor Romance Chiara Wyatt, seorang gadis biasa secara tidak sengaja masuk ke Fairyverse (dunia peri). Chiara melewati gerbang dunia peri yang tiba-tiba terbuka saat bulan purnama merah menggantung di langit. Di Fairyverse, takd...