|2.2|Pertama Kalinya

1.7K 268 10
                                    

Jayendra demam, semenjak kejadian ia dikurung oleh sang Ayah di kamar mandi selama hampir dua puluh empat jam dengan baju yang lembab, membuat suhu badan Jayendra meningkat.

Jayendra bangkit dari tidurnya, pergi keluar kamar, untuk melihat sang Ayah sudah berada di rumah atau belum.

Jayendra melihat Ayahnya keluar dari kamar membawa koper kecil berwarna hitam.

"Ayah akan pergi keluar kota selama tiga hari, kau jaga rumah baik baik" Jayendra menatap sang Ayah.

"Tapi Ayah, aku-"

"Ck, tak usah banyak tapi-tapian, Ayah pergi" Surya keluar dari rumah besar itu.

Lagi lagi meninggalkan Jayendra sendirian.

~*~

Kepala Jayendra sakit, sungguh, rasanya dunia berputar, tetapi Jayendra juga lapar, perutnya perlu diisi makanan!

Mau tak mau, Jayendra pergi ke dapur, ia akan membuat bubur, lalu ia bisa meminum obat jika ada.

Prang

Panci yang Jayendra ambil terjatuh, Jayendra berpegangan erat ke ujung meja. Setelah merasa lebih baik, ia memungut panci itu, dan meletakkannya ke atas kompor.

Hampir setengah jam, dengan berbekal resep dari internet, akhirnya bubur itu jadi, Jayendra memakannya perlahan, ia tak tahu bagaimana pastinya rasa bubur itu, yang ia tahu, apa yang ia makan sekarang ini rasanya sangat pahit, tapi Jayendra tak peduli, yang jelas Jayendra harus makan.

Setelah makan, Jayendra menelusuri setiap inci rumahnya, untuk mencari obat, tetapi remaja itu tak menemukan apa-apa. Ia tak menemukan obat apapun.

Dengan terpaksa, akhirnya Jaemin menghubungi Rendy, meminta tolong untuk dibelikan obat. Setidaknya, Jayendra masih harus hidup untuk esok hari.

~*~

"Edan Jayendra ditinggal sendirian dirumah segede ini?" Yalsa berkomentar saat sudah masuk kedalam rumah Jayendra.

"Jarene Bapak'e ora ngerti nek ndeke loro, jadi bapaknya pergi keluar kota tadi pagi, arek e gor wong loro karo bapak'e arep kepiye meneh?" Rendy menjawab ucapan Yalsa.

Mereka berdua datang kerumah Jayendra, dan langsung masuk begitu saja, karna kata Jayendra, mereka berdua langsung masuk saja, Jayendra rasanya tak sanggup untuk naik turun tangga lagi.

Tok....tok....tok

Rendy dan Yalsa diam, tak ada sahutan sama sekali dari dalam.

"Coba sekali Ren, menowo ndeke ra krungu" Rendy mengangguk, lalu mengetuk pintu kamar Jayendra sekali lagi.

Tok...tok...tok

"Jayendra, iki aku karo Rendy, kowe turu tah?" Tetap tak ada jawaban.

"Turu mungkin? Coba buka deh pintunya" Yalsa membuka pintu itu perlahan.

"ASTAGA JAYENDRA?"

~*~

Jayendra ditemukan pingsan, Rendy segera menelfon orang tuanya, meminta pertolongan, karna bagaimana pun, Rendy masih terlalu kecil untuk mengurus ini semua.

Jayendra terbaring di salah satu ruangan dirumah sakit, suhu badannya terlalu tinggi.

Rendy memegang handpone Jayendra, handpone itu memang tidak terkunci, tetapi Rendy bingung, apa ia harus menghubungi abang Jayendra? Karna saat Rendy menghubungi Ayah Jaemin, beliau tak mengangkatnya, bahkan sambungan itu di tolak.

"Ren, kepiye? Dah mbok hubungi?" Rendy menggeleng.

"Bapak'e ora iso di telpon Ma, bingung Rendy mau nelfon siapa" mama Rendy mengangguk.

"Coba Mama lihat hp nya" Mama Rendy mengambil handpone ditangan Rendy ia melihat kontak Jayendra, hanya ada beberapa disana, mama Rendy fokus pada panggilan terakhir Jayendra, dan memilih menghubungi orang itu.

"Halo? Benar dengan abangnya Jayendra?".

Dear Abang {Na Jaemin}Where stories live. Discover now