0.8

5K 477 6
                                    

Jam menunjukkan pukul 13.30 itu artinya sudah waktunya untuk Eksan dan teman-teman nya pulang ke rumah setelah menghabiskan waktu yang lama disekolah. Setelah dari ruang musik tadi mereka putuskan untuk langsung ke kelas.

"San mau bareng kita?"

"Engga bang tadi berangkat sama bang Iksan jadi pulangnya sama dia juga, bang Handy berduaan aja sama bang Bagas, gak mau jadi obat nyamuk Eksan tuh"

"Bibir mu san"

"Hehehehe, yaudah abang-abang Eksan duluan"

Setelah itu Eksan langsung berlari menuju parkiran, ia takut Iksan akan menunggunya lama.

Setibanya di parkiran ia melihat Iksan yang sudah menunggu di samping mobilnya.

"Bang nunggu lama? Maaf ya tadi jam terakhir ada ulangan dadakan"

"Hmm, udah cepet pengen pulang gue, kunci lo yang bawa kan?"

"Iya"

Setelah itu mereka menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumah.

"Berhenti ke toko buku bentar"

"Iya bang"

Tak lama mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di depan toko buku yang cukup besar.

"Mau gue temenin gak bang?"

"Serah"

Setelah itu mereka berdua berjalan memasuki toko buku, Iksan di kumpulan buku-buku sains dan Eksan di kumpulan komik-komik.

"Lo mau pulang apa nginep disini?"

"Eh, udah bang?"

Tanpa menjawab pertanyaan Eksan, Iksan langsung berjalan menuju kasir dan membayar buku yang telah ia beli, setelah itu mereka kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah.

Dijalan mereka hanya diam, tidak ada yang memulai pembicaraan, sampai Iksan mengumpat karena macet.

"Sialan anjing pake mancet"

"Astaga, bang lo kalo mau ngagetin ngomong dong, untung jantung gue gak pindah ke kaki"

"Lo mati bego"

"Makanya gak usah ngagetin"

"Siapa yang ngagetin lo sih?"

"Tadi apa?"

"Bodo njing"

"Dih pms"

Setelah itu tak ada lagi yang bersuara, hanya bunyi klakson yang saling bersautan. Karena bosan Eksan memilih menyalakan lagu.

••Broken home- 5SOS••

"I'm here alone inside with this broken home"

Ia bergumam pelan menyayikan lirik dari lagu itu. Iksan hanya diam, ia tau apa yang Eksan rasakan, ia sadar betul bahwa sebenarnya Eksan terluka, karena keluarganya dan karena dia. Namun ia memilih diam, ia juga ikut ambil alih dalam luka Eksan, sejujurnya ia sangat menyayangi adek kembarnya itu. Tapi karena kejadian itu rasa sayangnya entah menghilang kemana, hanya rasa benci yang ia rasakan. Eksan mengganggap keluarganya rusak, namun tidak dengan Iksan, semua baik-baik saja menurutnya.

"Bang lo gak punya cemilan gitu di sini?"

"Gak"

"Gue laper padahal"

Memang tadi sekolah ia tak sempat untuk makan siang karena jam istirahat ia gunakan untuk mengerjakan tugas dari gurunya, sekarang perutnya sudah perih, ia memang mempunyai penyakit maag.

Melihat ekspresi kesakitan yang mencoba Eksan sembunyikan, Iksan mengambil roti yang ada di tasnya.

"Nih, gue gak mau mati karena kecelakaan"

"Makasih"

Setelah menerima roti itu Eksan memakannya pelan, mobil yang mereka tumpangi belum berjalan sedikitpun. Sudah ia pastikan ia akan pulang malam karena terjebak mancet.

"Eh bang lo kenal Irene gak?"

"Kelas IPA 2 bukan?"

"Iya, kemaren nanyain lo, dia minta nomer hp lo ke gue"

"Lo kasih?"

"Enggalah"

"Oh"

"Banyak banget fans lo bang, cape gue ngadepin satu-satu"

Memang Iksan ini termasuk jejeran murid populer di sekolahnya, parasnya yang sempurna, disertai tatapan dingin yang ia miliki, banyak kamu hawa yang mengidolakannya, tapi Eksan juga mempunyai banyak fans, muka imut disertai senyum manis yang membuat siapa saja akan meleleh saat melihatnya. Tanpa Eksan ketahui banyak yang bertanya kepada Iksan tentang Eksan, sama seperti yang Eksan alami, bedanya Iksan akan menghiraukan pertanyaan itu.

Tepat pukul 17.00 mobil yang mereka tumpangi sudah tiba di halaman rumah. Iksan dan Eksan bergegas untuk keluar dan merebahkan tubuh mereka pada kasur empuk di kamar mereka.

Setibanya di kamar, seperti biasa Eksan menyalakan musik dan merebahkan tubuhnya pada kasur.

••Just Be Star-JBJ••

"Jangan lupakan bintang ini"

Gumanya menyayikan sedikit dari lirik lagu itu yang telah ia rubah menjadi lirik dengan bahasa Indonesia.

Tak lama ia alam mimpi menjemputnya.

Dek lain ruangan Iksan juga melakukan hal yang sama, merebahkan tubuhnya sembari memejamkan matanya, mengingat bagaimana harinya dengan Eksan, perasaan bahagia memenuhi hatinya. Jika boleh jujur Iksan sangat merindukan kembarannya itu, namun ego menahannya, membiarkan ia luka dan melukai tanpa sadar.

'

Ekshan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang