sihir

25 3 0
                                    


Untungnya dia mengambil cookies dari sudut buta kamera cctv, kalau tidak maka penampakan akan terekam. 

Mungkin kalian lebih mengenal mereka dengan sebutan makhluk astral.

Sebut saja begitu, sebab ayahku secara umum tak berbeda dengan kaum itu. Mungkin perbedaannya adalah dia cukup tampan dan berderajat dibanding yang lain. Secara katanya dia keturunan tanah bule. 

Ibuku hanya wanita biasa penyakitan yang telah cerai dengan kemampuan melihat makhluk tak kasat mata, lalu kebetulan bertemu serta jatuh cinta dengan salah satu makhluk itu.

Pernah dengar fertilisasi manusia dengan 'penguasa ular' yang anaknya ular? Mirip lah.

Tapi tubuhku manusia, turunan ibuku. Kemampuan jiwa jelas dari ayahku, melihat makhluk yang jadi teman sepermainan ayah, melakukan sihir ala-ala luar negeri, dan lainnya. 

Sihir itu sendiri hanya sebutanku, simpelnya yang kulakukan hanya menggunakan kemampuan bawaan jiwa turunan ayahku. Namun jika kupraktekkan, kemungkinan besar orang-orang menyebutnya sihir, jadi ya sudah, mungkin memang begitu. 

Tapi tubuh manusia ini rapuh sekali, kulakukan sihir sekali saja pusing dan lemah after effect nya bisa membuatku bedrest seharian. 

"Kayaknya ini ngambil umurmu deh, Ko" kata ayahku sambil mengamati. "Sihir mengambil atau menghapus yang berkaitan dengan manusia." 

"Oh." 

"....."

"..apa yang kau lakukan?" 

"Meneliti keturunanmu" katanya. "Tenang saja, anakmu cuma bisa melihat dan ga bisa gunakan sihir, Koko." lanjutnya bangga. "Dan cucumu adalah manusia normal." 

Memangnya hereditas? 

"Serah."

.

"Ditolak, kan?" 

"He em" Kevin menjawab dengan nada ngambek.

"Ya sudahlah, lagian kita bisa lanjutin tanpa kemampuan begitu" Damar menepuk-nepuk punggung kawannya. "Penyelidikan normal." 

"Hft.." Kevin masih merengut. 

Beberapa waktu lalu, di museum ketika mengerjakan tugas sekolah 


'Lihat, Koko! Warnanya keren, kayanya maknanya dalem deh' ujar Raina menganalisa lukisan di hadapannya. 'Aku suka banget!'

'Aah..oh.' Koko hendak berbicara, tapi sedikit ragu. 'Ya, puaskan dulu sebelum ngga bisa lihat lagi'

'Eh?' Raina agak loading dengan maksud perkataan Koko.

'..maksudku kita ngga sering ke museum kan' Koko melengkapi.

'Betul!' Kevin nongol. 'Kalau kalian tanya pendapatku, aku suka yang lukisan arsitektur kota kuno itu!' 

'Ngga, gada yang nanya.' sahut Raina ketus. 'Udah yuk, Koko! Kita ke bagian lain' ajaknya sambil menyeret tangan Koko.

'Udahan liatnya?' Koko berkata sedikit khawatir.

'Yep!' 

30 menit kemudian, Museum ditutup. Besok paginya, tertera di surat kabar bahwa salah satu lukisan -yang dikagumi Raina- dicuri.


Kembali ke masa kini.

"Tau nggak, padahal aku ada disana!" Kevin kesal. "Dan 'dia' berhasil kabur!!"

Koko.Where stories live. Discover now