Hot Spicy Ramen - junshunya

211 24 2
                                    

Perasaanku masih kalut dan seabu-abu asap yang mengepul dari cerobong. Pakaianku tak serasi karena aku mengambilnya acak di lemari.

Gusar. Sekali-sekali mengacak rambutku yang sudah tak karuan tatanannya. Wajahku menelungkup pada meja, tak peduli apa itu bersih atau tidak.

Bosan. Menunggu si lambat yang kutunggu dari setengah jam lalu. Beruntung aku masih punya kesabaran padahal perutku sudah protes.

Suara ketukan keras berulang ku dengar tepat di kedua belah telingaku. Keterlaluan, siapa sih?

"Sudah kubilang jangan sampai frustasi." Ucapnya sesantai relaksasi di pantai. Tidak tau apa aku sudah menjadi kalong sejak seminggu yang lalu??

"Enak aja mulutmu. Memangnya tidak sedih apa gagal debut?" Tanyaku sinis dan menohok.

Ia menyesap kopi hangat di tangan kanannya, sebelahnya sok sibuk menggulir layar handphone. Tak mengidahkan seorang pria yang mengoceh di depannya.

"Mengeluh dan frustasi tidak menyelesaikan masalah, Shunya. Cobalah bahagia agar calon janggutmu tidak tumbuh makin lebat."

Ya Tuhan, untuk seluruh hidupku, aku deklarasikan untuk mengutuk seorang Uehara Jun. Sangat menyebalkan!

Aku menghela napas, panjang sekali, rasanya lubang hidungku menampung seluruh udara.

"Bagaimana bisa kau sesantai itu? Ini kedua kalinya bagimu. Apa tidak kasian pada dirimu sendiri?"

Jun tersedak, bukan karena kalimatku yang menusuknya tapi justru tergelak.

"Jadi kamu perhatian sekali padaku? Aaa~ ternyata aku punya seseorang yang memperhatikanku~" ujarnya malah balik meledekku.

"Maumu apa sih?? Sini, kusiram wajahmu itu dengan kopi!" Aku mengambil gelasnya namun kecepatan tangannya berhasil menahanku.

Ia masih tertawa, lalu mereda.

"Tidak apa-apa, anggap saja aku sudah dua kali masuk TV, di Korea dan Jepang. Sebuah kehormatan bisa berada di sana. Semua ini kenangan dan latihan keras menuju jalan terbaik. Tidak perlu bersedih." Jun dengan kalimat bijaknya, perlu diakui kedewasaannya jauh di atasku. Tapi tetap saja menyebalkan.

"Jun, aku masih tidak bisa menerima ini. Jujur saja, aku tak menyalahkan siapapun selain diriku sendiri.
Aku senang Ren-kun dan lainnya bisa debut. Mereka pantas mendapatkannya dan semuanya sudah berusaha, akupun begitu. Tapi tetap saja rasanya.. menyedihkan." Aku terus mengeluh dan mengeluh dihadapannya. Semakin melantur karena rasa laparku semakin memuncak.

"Wow, kamu bisa bijak juga."

"Jun!"

"Eh, tidak, tidak, hahaha. Kamu punya hati yang lapang, Shunya. Tapi aku yakin kamu belum mengisi apapun untuk perutmu. Cepat pesan makanan, apa saja, biar aku yang bayar."

Sumpah, kenapa Jun jadi baik sekali?? Apa perlu aku puji supaya Ia membolehkanku memesan lagi untuk dibawa pulang?

"Serius? Jangan bodohi aku lagi atau kau akan" aku melewatkan jempolku dileher, megisyaratkan dia akan berakhir di tanganku. Bukan secara harfiah.

Jun memanggil pelayan, dari tadi mereka sudah menunggu dan sekarang berebut mana yang duluan mendatangi meja kami. Sepertinya kami cukup populer sekarang.

Seorang pelayan datang menyodorkan menu serta bersiap dengan catatan pesanan.

"Aku pesan—"

"Hot spicy ramen 2 porsi." Selaku secepat kilat.

Jun lekas menoleh, "Kamu rakus atau apa? 2 porsi untuk sendiri??"

Aku menggeleng, "Satu porsinya untukmu, kau harus coba pilihanku." Jun mengangguk pasrah, mungkin untuk menyenangkan hatiku jadi dia tidak ingin berdebat panjang.

Jun kembali sibuk dengan ponselnya. Sementara aku melihat-lihat sekitar dan benar saja, banyak yang memperhatikan kami. Beberapa gadis terlihat ingin menyapa kami namun enggan karena mereka tau kami butuh ruang sekarang.

Aku dan leaki bermata besar ini duduk berlawanan, yakin saat ini banyak yang membicarakan di SNS kalau kami sedang berkencan atau apalah itu. Mereka menyukai aku dan Jun. Tuhan, kenapa harus dipasangkan dengan manusia satu ini??

"Kita kembali jadi citizen.." keluhku.

Jun tiba-tiba menyodorkan ponselnya padaku. "Kalau kamu tidak ingin jadi citizen, cobalah mendaftar di beberapa agensi. Kalau kamu mengeluh berkepanjangan mereka tak akan tau kalo kamu perlu debut. Cobalah berinisiatif, atau setidaknya jangan memberatkan pikiranmu."

Dia benar, aku terlalu banyak memikirkan hal yang tidak perlu. Otakku sudah full dengan kesedihan dan aku perlu penyegaran, sangat membutuhkannya.

Menunggu ramen tak sebosan menunggu lelaki lambat di seberangku. Dua mangkuk itu datang secepat yang kuharapkan, dilengkapi beberapa pelengkap dan juga dua gelas air gratis.

"Kamu suka pedas?"

Aku menggeleng sembari meniup ramen yang kusumpit. "Tidak terlalu, aku sedang ingin menghilangkan stress seperti yang kau bilang."

Ia mengangguk juga meniup ramennya, "Kuharap begitu, semoga saja perutmu bisa bernegosiasi dan tidak membuatmu kembali stress di rumah."

Menyebalkan!!

Perutku sudah protes karena jam makan siangku sudah selarut ini. Kalau bukan karena dia mungkin aku sudah rebahan lagi di kasur empukku dengan perut yang kenyang. Segera kutiupi ramen itu, tapi terlalu kencang dan hembusannya sampai ke wajah Jun.

"Ya ampun, tidak bisa kalem sedikit apa? Kuahnya mengenai mataku tau."

Kali ini dia berhasil membuatku tertawa, salah sendiri dari tadi menyebalkan.

"Rasakan itu, kau terlalu menyebalkan dan kau pantas mendapatkannya."

"Memangnya tidak ada cara lain untuk membalas kekesalanmu padaku? Mataku jadi perih sekarang." Keluhnya, kedua tangannya sibuk mengucek mata bergantian.

Aku tidak memikirkannya, "Kau mau apa?"

"Kiss"

"Jun, sekali lagi kamu menggodaku, akan ku siram kuah ramen ini tepat di wajah tampanmu, aku tidak peduli lagi!"

Jun buru-buru menepuk bahuku, "Ya ampun begitu saja marah, nanti kamu cepat menua dan tidak tampan lagi~"

"Ya ampun, cringe sekali! Apa kau tidak merasakannya??"

"Aku merasakannya tapi aku tidak mempedulikannya selama itu kulakukan padamu~"

Wajahku memanas, aku tak pikir langsung melahap ramen dengan suapan besar. Bodohnya, aku lupa meniupnya, lidahku terbakar.

Jun tertawa sambil merekamku dengan handphonenya. "Ini terulang lagi! PR Video ahahaha!"

"Hoi, Jun! Cepat hapus itu!" Seruku dan Ia tak peduli dan terus merekam.

"Memangnya kalau aku hapus aku dapat apa? Sebuah kiss??"

Aku menggapai tangannya dan merebut ponselnya,

Sangat tidak beruntung, aku malah menekan send dan video itu langsung dilihat oleh followersnya Jun. Ucapan selamat untuk Shunya si ceroboh.

"Bibirku bengkak karena ramen dan kau mengatakan itu, orang-orang bisa salah paham sekarang. Bagus Jun."

Dia panik sebab aku marah sekali.

"Coba liat, sudah aku hapus, sudah jangan marah ya."

Bodoh, kenapa aku jadi merajuk??

"Jun, kau tau arti semangkuk ramen ini sekarang?"

"Tidak, apa itu?"

"Menyebalkan tapi aku tetap rela memakannya."


--fin-
Drop some comments and love <3
Selanjutnya siapa yaa?

note : arti kalimat terakhir Shunya itu maksudnya Jun sangat menyebalkan tapi Shunya masih rela menemui dan menanggapinya. (///▽///)

Yellow Caramel Pudding - PD101JP short fictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang