Prolog.

4.8K 263 4
                                    









"Zurayudin, kau akan menyesali semua kebodohan mu."

"Tidak akan."

"Ku peringati sekali lagi—

"Persetan dengan nasihat mu!, cepat lanjutkan permainannya!"

Sosok tampan yang duduk berhadapan dengan pria paruh baya itu menyunggingkan senyuman penuh arti. Tangannya bergerak mengundi dadu untuk melanjutkan permainan judi yang sempat terhenti.

Tak.

Dua buah dadu tergeletak diatas meja menunjukkan mata dadu ganjil. Suasanya semakin tegang, sekarang giliran pria paruh baya itu yang mengundi.

"SIAL"



******




Pemuda yang baru saja pulang dari tempat kerjanya, kebingungan setelah disambut oleh sosok ayahnya yang berdiri diruang tamu memegang dua tas besar yang tidak diketahui apa isi didalam nya.

"Kita harus pergi meninggalkan rumah ini!" Sang Ayah segera menarik lengan putranya, namun pemuda itu menahan dan meminta untuk dijelaskan mengapa mereka harus pergi.

"Kita tidak punya banyak waktu!"

"Aku tidak mau meninggalkan rumah ini, ayah"

"Tidak bisakah kau menuruti perintah ayahmu ini hah?!"

"Ini rumah kita! apa yang sebenarnya terjadi? mengapa kita harus pergi???"

"TIDAK ADA WAKTU UNTUK MENJELASKAN SEMUANYA!"

Pria paruh baya itu sudah tidak dapat lagi menahan amarah, perasaan gelisah dan takut bercampur aduk membuatnya tak dapat berpikir jernih.

"Ayah...bermain judi lagi?" Putranya bertanya dengan raut wajah yang sangat berharap mendengar kata 'tidak' sebagai jawaban akan pertanyaanya barusan.

Pria itu terdiam seribu bahasa, melihat ayahnya yang tak kunjung menjawab pemuda itu mengerti.

Perlahan air matanya jatuh membasahi pipi tirusnya, menatap sang ayah dengan raut penuh kekecewaan. Bahkan isakan tangisnya terasa begitu sakit didengar.

Ayahnya pun tak kuasa menahan kesedihan dan rasa penyesalan, dipeluknya tubuh putra semata wayangnya. Menepuk-nepuk punggung si anak guna menguatkan.

"Tidak seharusnya kau hidup menderita seperti ini" Bisik ayahnya.

"Kau berhak mendapatkan kehidupan yang lebih layak..."

"Semuanya akan membaik, maafkan takdir yang membuat mu harus menjadi anakku..."

Pemuda itu semakin terisak mendengar semua kata-kata yang diucapkan oleh sang ayah, tentu saja dia tidak sepenuhnya memahami makna dari kalimat-kalimat itu.

"Momen yang sangat mengharukan" Suara Bariton menginterupsi sosok ayah dan anak itu.

Pelukan terlepas dengan sang ayah yang langsung memasang badan untuk melindungi putranya dari sekelompok pria berjas hitam dengan badan kekar.

"Aku datang untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milikku"


******



"Daripada aku harus membayar kepada orang licik sepertimu, LEBIH BAIK AKU MATI!"

DOR


"AYAH!!!!!"




******



"Berhentilah melakukan penjualan gelap seperti ini, Jarganoes."

"Dan kau berhenti ikut campur dalam kehidupanku."



******



"Kau mencintainya kan? maka keluarlah dari kehidupan seperti ini! apa kau tidak takut kejadian itu akan terulang lagi?!"

"Jangan membahas masa laluku!"





******


"Aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkanmu, tidak peduli bagaimana orientasi sexual mu. Kita lihat saja bagaimana kau akan memohon untuk menikah denganku."











Semuanya akan membawa penderitaan jika kau berada di dekatku, maka pergilah, aku tidak butuh seseorang untuk menemani kutukan ini.

JUSTICE [NOREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang