Part 1 : Bunuh Diri

100 13 7
                                    

"Jadi, apa kau pernah punya orang yang berharga selain keluargamu?"

"Ada. Tapi dulu, sekarang tidak."

"Kenapa?"

"Sudah sejak lama, sangat lama hingga aku tak bisa mengingatnya."

Ya, terasa begitu menyakitkan hingga aku menganggapnya tak pernah terjadi.

****

"Nenek ... gajinya lumayan, bisa disimpan untuk tabungan kuliahku nanti."

"San! Apa Nenek pernah mengeluh soal ekonomi kepadamu? Kau pikir kenapa ayah ibumu ke kota dan menitipkan kau kepada Nenek?"

"Mereka tak pernah mengirim uang pada Nenek, Nenek pikir aku tidak tahu? Alasan kenapa mereka menitipkanku pada Nenek karena mereka tidak bisa membiayai hidupku!"

Choi San, pemuda itu melengus pergi dengan seragam SMA yang masih menempel di badannya. Tas yang semula dipundak ia seret dengan kasar.

Neneknya memanggul kembali bawang-bawang yang baru ia panen. Kembali menelan kenyataan pahit dari sang cucu.

"Boleh?" tanya seorang pemuda yang juga memakai seragam. Sepertinya mereka teman sekelas.

"Kau tahu jawabannya."

Pemuda itu memukul setir sepedanya kasar, "Ya Choi San! Kalau tahu begitu aku tidak menunggumu. Kalo sampai aku kehabisan slot, aku akan menghajarmu besok!"

"Mianhae, Jangjun."

Pemuda itu mengayuh sepedanya kasar, tak nampak ketakutan di wajah San walau ia baru saja diancam.

San melangkah gontai menuju rumah.

"San? Kau mau pulang? Kau tak mau membantu nenekmu dulu di ladang?" Seorang Pak Tua menyapa San yang terus tertunduk tak menyahut.

Choi San!
Choi San!

"Choi San! Kamu tidur? Bangun!"

San, pemuda itu terlonjak. Kaget dan terkejut lalu mengusap wajahnya yang begitu mengantuk. Ia lihat seluruh kelas kini telah menatapnya, bersiap ingin menyuraki dan tertawa.

"Kamu tidak tidur semalam?" tanya sang guru.

"Anu ... Ssaem, Choi San setelah pulang sekolah bekerja paruh waktu dan pulang malam," jelas seorang murid perempuan yang duduk 2 kursi lebih jauh dari San.

"Apa benar itu, San?" tanya sang Guru.

Choi San mengangguk menunduk. Wajahnya yang tampan ia sembunyikan. Sang Guru menghela napas dan kembali maju ke depan.

"Membantu orangtua kita memang hal yang bagus. Tapi, jangan sampai mempengaruhi pembelajaran kita di sekolah. Kalo kalian benar-benar sayang terhadap orangtua kalian, rajinlah belajar dan sekolah yang benar. Di masa depan, kalian bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus," jelas Guru itu panjang.

"Mengerti?" tanya nya lagi.

"Iya, Park Sin Hye-Ssaem ..." jawab semua murid.

"San, pergi ke kamar mandi dan cuci muka! Sekarang!"

Tanpa menyahut San bangkit dari kursinya dan segera keluar kelas. Di beberapa film, dengan dramatis pasti keadaan San sekarang sudah mendapat ejekan. Tapi semua teman sekelas tau, apa yang sebenarnya dialami San.

Sekolah ini tidak begitu besar tapi mempunyai fasilitas lengkap.

Brak!

San menoleh, ia baru saja melewati toilet murid perempuan dan mendengar suara gebrakan keras dari dalam.

M I A N H A E  ||  Choi San X OC [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang