Part 2 : Identitas

50 10 2
                                    

Seluruh sekolah geger. Kejadian gendong menggendong seorang murid yang mencoba bunuh diri serta mobil Ambulan yang berhenti di depan kelas menarik atensi seluruh sekolah.

Beberapa suster pria turun dan lekas mendorong kasur jalan berisi murid malang itu.

Tak diam, San ikut berlari dan hendak ikut masuk ke dalam Ambulan.

"Heh, heh, heh, kamu mau ngapain?" sargah salah satu oknum guru laki-laki memegangi tangan San.

"Ya mau ikut ke rumah sakitlah, Pak." jawab San.

"Eh, gausah. Udah sana kamu masuk kelas!" Sang Guru mendorong San ke belakang.

"Tapi, Pak ... Pak ..." San memohon.

"Kenapa lagi??" tanya guru itu gemas.

"Gak ada apa-apa, Pak. Permisi." Jangjun menyeret San dan segera membawanya menjauh dari kerumunan.

"Jun, apasi Jun?"

"Diem! Diem! Lu kenapa sih? Katanya gak kenal. Lu kemakan omongan nya si Yeosang tadi? Gosah dipikirin kali!" omel Jangjun, ia melihat Yeosang yang tampak berbincang dengan guru baru.

"Bukan gitu, Jun."

"Udah-udah, ayo ke kelas aja. Yeosang emang udah kaya gitu dari orok, stress kalo lu baperan." Jangjun menggandeng San, membawanya ke kelas.

Ninu ninu ninu ....

Ambulan berangkat beserta 1 guru dan 1 perwakilan osis.

San hanya pasrah dan berjalan menuju kelasnya.

Daripada omongan Yeosang, San memang ingin menolong anak itu.

"Gila gak sih?"

"Ngeri ya ampun."

"Gini deh, sekolah kita tuh udah terkenal gak pernah ada perundungan. Trus tiba-tiba ada kabar percobaan bunuh diri coba."

Beberapa omongan para murid perempuan yang San dengar membuatnya semakin penasaran. Sekolah ini benar-benar bersih sejak didirikan, itu juga mengapa neneknya ingin San sekolah disini. Jadi apa sebenarnya yang dialami anak itu?

"Wah, daebak. Choi San. Kau menyelamatkan nyawa orang ya?" sambut beberapa temannya saat ia masuk kelas.

"Wow lihat itu, seragamnya sudah penuh darah," ujar seorang anak yang mencoba mengambil foto San.

San segera memasukkan seragamnya ke dalam tas, "Gausah macem-macem!" tukasnya.

"Hei, hei, hei, dengar ini. Kata pacarku yang sekelas dengan anak itu, dia adalah anak pindahan. Dan baru pindah 2 hari lalu," ucap seorang murid laki-laki dengan hebohnya.

"Woh, ya kan? Dia pasti sudah membawa masalah dari sekolah sebelumnya. Dan malah dia lakukan saat masuk kesini!" nyinyir murid perempuan yang dengan santainya duduk diatas meja.

"Aku penasaran apa judul berita nya besok," timpal yang lain.

San? Jangan tanya. Ia benar-benar kepikiran. Entah kenapa, mungkin hanya rasa kasihan.

"Hei sudah. Kalian bahkan tidak tahu siapa namanya. Jangan membuat opini negatif dan menghakimi dia. Kalo kalian ingin reputasi sekolah ini kembali baik, tolong dukung dan semangati dia saat dia kembali kesini." Ya, setidaknya hanya itu yang bisa San ucapkan sebagai pembelaan.

"San, aku benar-benar ingin punya anak sepertimu di masa depan!" salah satu teman San merangkulnya.

"Aku takkan mau jadi anak dari berandalan sepertimu," cerca San.

"Ngajak ribut?"

"Anak-anak ... duduk semua ayo tenang." Suara yang sangat tidak asing mengentikan kegiatan ghibah di kelas itu.

M I A N H A E  ||  Choi San X OC [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang