2% | Promise

6.8K 717 70
                                    

Ia telah membuka pintu, mengizinkan orang asing masuk memenuhi hatinya dengan jaminan "Ia akan melindunginya dari bahaya apapun"

.
.
.

Jaerin tertunduk lesu.

Jemarinya ia mainkan di atas pangkuan saat eksistensi kedua pria di depannya muncul bagaikan sebuah bencana, terlebih saat sang Ayah memperkenalkan pria berjas rapih dengan tatanan rambut tak kalah apik, pria itu bilang ia adalah CEO di perusahaannya, dan yang lebih membuat Jaerin jengkel adalah pria itu menyebut bahwa si adam berperawakan tinggi itu adalah calon suami Jaerin.

Jaerin rasanya ingin tertawa terbahak-bahak.

Calon suami?

Usia Jaerin masih terlalu dini untuk menyandang gelar sebagai istri, bukan? Ia baru berusia 19 tahun ya meskipun 2 bulan lagi ia akan genap berusia 20 tahun, tapi ... Ayolah~~ Jaerin masih memiliki beberapa hal yang belum sempat ia wujudkan.

"Aku tidak bisa, Appa." Akhirnya gadis itu membuka suara, mengundang debaran jantung tak karuan dari Tuan Lee Jiwon, sementara pria Jeon itu masih duduk santai seolah tak terkejut dengan jawaban yang keluar dari gadis mungil di depannya.

"Sayang, dengarkan Appa. Kau tau? Appa memang sudah berniat mengenalkanmu pada Tuan Jeon, beliau mencintaimu." Jawaban Ayahnya malah membuat Jaerin menegakkan kepalanya, menatap presensi si pria yang nampak arogan itu dengan senyuman terbit di salah satu sudut bibirnya.

"Cih! Aku bahkan tidak mengenalnya, Appa!" tegas Jaerin lantas bangkit, dengan penuh emosi, menunjuk tepat pada wajah pria tampan itu, "Apa yang sudah kau janjikan pada Appa sampai dia mau menyerahkanku kepadamu?! Asal kau tau saja, sampai kapanpun ... Aku! Tidak akan pernah menikah denganmu, Tuan!" Setelah itu Jaerin berlari menaiki anak tangga, memasuki kamar dan membanting pintu dengan keras.

Jungkook menghela nafas pelan lantas berdiri, merapikan jasnya yang sedikit berantakan, "Kuberi waktu sampai nanti malam, Tuan Lee. Selebihnya, kau tau apa yang akan kau dapat jika aku tidak bisa menikahi putrimu," ujarnya lantas berlalu pergi, meninggalkan rumah mewah itu dengan senyum penuh kemenangan.

•••

Dalam ruangan gelap itu, Jaerin terisak sambil memeluk kedua lututnya, tak cukupkah luka yang Ibunya tinggalkan karena pergi untuk selamanya sampai Ayahnya harus memaksanya untuk menikahi seorang pria yang bahkan Jaerin sendiri tak tau seperti apa seluk beluknya. Ia menangis lantas memanggil nama Ibunya, mengadu pada langit kosong, ia harus menikah? Di usia semuda ini? Dan dengan pria yang sama sekali tak ia cintai? Cih! Yang benar saja. Jaerin masih terus menangis di bawah ranjang, bersandar pada tempat tidurnya yang terasa semakin dingin setiap malamnya sampai suara pintu terbuka berhasil membuat atensi Jaerin tersedot.

Ia tatapi presensi sang Ayah sesaat, membiarkan pria paruh baya itu mengambil tempat di sampingnya, "Mau mendengarkan Appa sebentar?" Jaerin menatap Ayahnya ragu lantas mengusap air matanya kasar.

"Jangan paksa aku, Appa," pinta Jaerin lirih lantas sang Ayah tersenyum lembut.

Ia merangsek maju mendekati putrinya, merengkuh tubuh mungil itu dan mengelus punggungnya lembut, membiarkan putrinya menangis keras di pelukannya. Sebelumnya ia tau, bahwa sang putri tak pernah menangis sekeras ini termasuk saat ia tau bahwa lelaki yang selama ini ia panggil Ayah bukanlah Ayah kandungnya.

"Nak, dengarkan Appa. Appa tau kau sudah mengetahui semuanya, masa lalu Ibumu, siapa aku, dan juga seperti apa anggapan orang-orang di luar sana. Tapi coba kau ingat, hal apa yang tak pernah kuberikan padamu?" Pria itu menjeda, memberi waktu pada putrinya untuk berpikir sebab ia tau bahwa putrinya tak akan bisa menjawab.

Enigmatic HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang