PROLOG

54 8 3
                                    


PROLOG

" YAUDAH, KITA CERAI!!!"

Ucapan itu begitu menyakiti hatinya. Hati seorang gadis yang kala itu tengah asyik mendengarkan musik sembari menulis sebuah puisi di laptopnya. Matanya membelalak saat mendengar kalimat itu, kalimat yang sebenarnya paling ia benci.bagaimana tidak? Berpisah adalah hal yang paling menakutkan baginya, disamping ia akan di tinggal, ia juga akan merasa kesepian karena tanpa adanya sebuah keluarga yang lengkap

" OKE, KITA CERAI!! DAN SAYA KELUAR DARI RUMAH INI!!"

Ini diluar dugaannya, ia kira ini hanya ebuah drama atau april mop, dan ia kira juga merka tak benar-benar mengatakan itu. Tapi, nyatanya? Semua begitu jelas, tak ada settingan apapun. Ini benar-benar semakn menyakirtklan. Buru-buru ia pun beranjak dari kamarnya untuk menemui orangtuanya yang semoga saja ucapan itu akan di batalkan. Namun, sepertinya ini adalah pukulan telak baginya, harapan yang masih ia pegang itu luluh lantak, tak tersisa sedikitpun.

Harapan musnah, kebahagiaan punah, dan sang penopang pergi. Ibunya pergi!. Ibunya tak ada disini lagi, matanya mendadak merah, dan ia biarkan itu. Ia tahu jika dirinya saat ini akan mengeluarkan pedih itu dengan deraian air mata.

" Pah, Mamah mana?" Suaranya parau, ia tahu ini sulit di ucapkan

" Mamah udah pergi" Matanya terbelalak lagi, kali ini dengan deraian air mata yang semakin cepat ditambah dengan sebuah isakan sedih

"Pergi, kenapa?"

"Kita memang udah gak bisa bersama lagi sayang, mungkin dengan berpisah adalah cara terbaik"

" Berpisah, semudah itu?" Wajar, jika dirinya bertanya seperti ini. Apakah semua lelaki seperti itu? Menganggap mudah sebuah perpisahan juga menganggapnya sebagai jal;an terbaik pada sebuah permasalahan. Padahal, masih ada banyak jalan untuk menyelesaikan masalah.

" Sayang-" Ucapan itu terpotong saat ia mengintrupsi ayahnya untuk berhenti bicara

"Ternyata aku salah yah Pah?" Ia sengaja menjeda ucapanya, emosinya sedang trak terkontrol, jadi Ia ingin mengontrol emosinya dulu

" Aku pikir, sosok Ayah yang aku banggain adalah dia yang mampu menjaga sebuah hubungan keluarga, tapi ternyata aku salah. Papah ternyata gak lebih dari seorang bajingan yang cuma mau dapet kenikmatan tapi gak mau dapet kesedihan!

Tak ada yang bisa diharapkan! Semuanya tak dapat di percaya. Ia benci ayahnya dan perpisahan ini, spekulasinya mengenai ayahnya pun sudah hancur lebur dalam jurang kesedihannya yang paling dalam.ayahnya tidak mungkin mengejar ibunya, karena jelas-jelas yang menceraikan ibunya tadi. Maka, jika seperti ini, ialah yang akan menyusul ibunya.dengan sekuat tenaga ia beralri keluar rumahnya, meski guyuran hujan menerpa ia tak perduli, tujuannya sekarang hanya satu, ibunya!

Meski harapan jika ibunya akan kembali pada ayahnya adalah nol besar, maka sekarang ia hanya berharap dapat menemui ibunya untuk mengatakan bahwa ia jangan pergi. Jika ibunya benar-benar pergi ini berarti adalah sebuah kehancuran berat baginya

" MAMAH!!!"

Dalam guyuran hujan deras itu, Ia menangis sedih, tak perduli jika nanti ada orang lewat lalu menganggapnya gila. Karena kehancurannya sudah sangat parah, ia bahkan sampai lupa bagaimana caranya bhidup, atau bangkit sekalipun.

Kenapa ada derita bila bahagia tercipta

Kenapa ada sang hitam bila putih menyenangkan

GoneWhere stories live. Discover now