Prolog

439 63 89
                                    

🌷행복한 독서🌷

"Keturunanku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Keturunanku ... jangan ada yang menikahi taman. Itu akan membawa aib dan kemalangan bagi keluarga."

Shim On (1375-1419). Politisi Joseon.
Pesan terakhir sebelum eksekusi mati

.

.

.

📍Istana Changdeok, Hanyang. 1718

Bias cahaya rembulan terpantul di permukaan kolam lewat celah-celah terbuka di antara jajaran daun teratai. Angin malam yang berembus tenang menyingkap dedaunan pohon murbei yang melingkupi Changdeokgung Huwon, menciptakan dersik yang mengiringi derap langkah dua insan di atas jembatan batu.

Di bawah naungan sinar purnama, Pangeran Yun dan putri Shim berjalan beriringan tanpa suara. Komunikasi di antara mereka sebatas bertukar sapa lewat senyum dan tatapan mata. Di pembatas jembatan, kasim Song dan para gungnyeo bergeming, menyaksikan putra-putri mahkota Hanyang mengitari taman di malam pernikahan mereka.

Tatapan putri Shim yang semula terpaku pada geumbak bercorak naga di pundak pangeran Yun beralih pada sesosok bayangan gelap di balik pohon. Menyadari hal tersebut, Pangeran Yun menghentikan langkah dan berbalik. Kedua sudut bibirnya tertarik begitu mendapati sang putri mahkota memandang ke arah yang sama. Keluarga Shim memang terkenal dengan kewaskitaan yang turun temurun. Pantas saja putra pertama mereka berhasil mendapatkan penghargaan sebagai satu dari tiga prajurit terbaik istana tahun ini.

Siapa di sana? Putri Shim membatin. Kerut di dahinya yang belum terbentuk sempurna memudar tiba-tiba ketika pangkal hidungnya menubruk pundak pangeran Yun.

"Jeosonghamnida, Jeoha." Putri Shim berujar santun. "Gwaenchanaseumnikka?"

"Nan gwaenchana." Pangeran Yun tersenyum simpul. "Aku lebih mengkhawatirkan hidungmu."

Putri Shim menahan napas ketika pangeran Yun mengulurkan sapu tangan dari balik saku dan mengusap hidungnya. Menurut berita yang beredar, putra raja Sukjong tersebut memiliki fisik yang lemah dan mengalami masalah seksual sehingga tidak senang berada di dekat perempuan. Beberapa menteri istana bahkan sangsi bila putra mahkota kerajaan bisa memiliki penerus tahta. Akan tetapi, senyum pangeran Yun di hadapannya sekarang terlihat sangat ramah, jauh dari kesan terpaksa seperti yang diceritakan orang-orang.

"Gomapseumnida."

"Bukan apa-apa." Pangeran Yun bergumam kecil kemudian berjalan menuju tepi jembatan. Pandangannya dibawa mengangkasa selama beberapa saat. Menurut ramalan, malam ini adalah malam yang tepat bagi putra mahkota dan istrinya untuk tidur bersama.

Moon's Letter : Joseon WitchdoctorWhere stories live. Discover now