Danke, Barista!

91.6K 1.6K 44
                                    

Happy Reading

Aku duduk di sudut cafe bergaya klasik ditemani secangkir coklat hangat, ku lihat diluar sana sedang rintik padahal waktu masih menunjukkan pukul 1 siang. Di cafe ini, menu andalannya adalah kopi. Ya begitulah, ku alihkan pandangku pada sang barista yang dengan gerakan seksi meracik kopinya.

Lamat-lamat ku pandangi wajahnya,Matanya yang tajam bak elang, hidung yang mancung dibingkai dengan rahang yang tegas. Ditambah kulit yang putih, tinggi dan tubuh yang atletis. Aku yakin Tuhan sedang bahagia saat menciptakannya.

Ini merupakan kegiatan rutin yang kulakukan setiap 2 kali dalam seminggu, pada hari kamis dan hari minggu. Dan tebak ini hari apa? Ini adalah hari minggu karena itulah aku berada di cafe ini.

Lama aku memandangnya, ia menyerahkan kopi hasil racikannya pada pelayannya lalu tatapannya teralih padaku manik mata kami bertemu, ia tersenyum menenangkan.

Oh senyumannya sungguh memabukkan. Sudah lama aku menyukai barista ini, namun tampaknya ia tak pernah peduli padaku. Pernah sekali aku agresif padanya mengatakan bahwa aku adalah pacarnya kepada teman dekat wanitanya namun ia menepisnya dengan kata bahwa aku adalah adik sepupunya.

Oh! Sungguh beruntung sekali yang mendapatkannya. Tidak hanya tampan, ia berkarisma dan juga mandiri. Sebenarnya usaha ini yang membiayai ayahnya.

Ku alihkan tatapanku pada band lokal di depan sana, setiap hari minggu akan ada band lokal yang manggung di cafe ini.  Tiba-tiba seorang lelaki datang langsung duduk di hadapanku

"Hai, Keyra!" Ucapnya dengan senyuman

Aku mendengus kenapa harus lelaki ini yang duduk dihadapanku, kenapa tidak dia saja? Ah itu tidak mungkin.

"Kembalilah pada teman-temanmu, Sen" acuhku

Aku tahu pria ini memiliki perasaan padaku, ia juga tahu bahwa aku akan ke cafe ini setiap minggunya.

"Aku tidak bersama temanku" jawabnya sambil mengedarkan pandangan "Aku kesini hanya untuk menemuimu"

"Baiklah, lakukan semaumu tapi jangan berisik" ketusku

Ku alihkan tatapanku pada barista tadi tapi ku lihat ia sudah tidak ada. Ah kemana dia?

"Apa kau tidak lelah, Key" ucap Arsen

"Maksudmu?"

"Aku tahu kau menyukai barista itukan? Tapi bahkan ia tidak pernah peduli padamu"

Benar, ucapan Arsen menohok sekali. Aku sudah menyukainya sejak lama dan sudah 3 bulan lamanya aku mencoba mengejarnya, jangankan untuk diacuhkan, ia bahkan saat itu pernah menyuruhku pulang. Atas dasar itu, aku hanya berani memandanginya dibalik meja sudut ini.

Semua rasa itu berawal dari aku pertama kali masuk universitas, dia adalah Mahasiswa tingkat akhir yang sedang bimbingan kala itu. Aku yang dulu adalah gadis cupu, dia membantuku membebaskanku dari bahan bully. Dan lagi ia yang membantuku berubah menjadi gadis seperti ini, gadis yang bergaya modern juga percaya diri. Hanya sebulan memang, waktu yang cukup singkat namun mau bagaimana jika perasaan itu tumbuh.

Awalnya aku memang tidak berani, jangankan untuk berbicara banyak,memandang wajahnya saja aku tidak berani karena jantung ini seperti mau terbang. Dan Lambat laun aku mulai berani untuk mengejar cintanya karena saat itu, tepatnya 3 bulan yang lalu ia putus dengan pacarnya. Aku terus mengejarnya karena seperti ucapan pepatah jawa yang mengatakan bahwa Witing Tresno Jalaran Suko Kulino.

"Key, aku bisa membantumu" lanjut Arsen menarikku dari pusaran khayalan.

Aku manaikkan alisku tanda bertanya "Apa maksudnya?"

ONE SHOOT STORIESWhere stories live. Discover now