Anin & Arka (17)

22.3K 1.7K 117
                                    

Given mengerutkan dahinya melihat kedatangan Arka di kantornya. Setahu pria tua itu ia tidak memiliki jadwal hari ini bersama Arka.

"Papa, Arka ingin tanya soal pria yang memiliki masalah dengan Anin."

Dan Given sekarang tahu alasan menantunya ada di sini. Pria itu menganggukkan kepalanya lalu meminta Arka untuk duduk lebih dulu menurutnya menantu satu ini sangat tidak sopan karna main masuk ke ruangannya tanpa permisih dan berdiri menjulang di depannya. Sungguh jika Arka bukan pria yang begitu mencintai dan di cintai putrinya, sudah dari tadi Given menghajar lalu mengusirnya.

"Soal pria itu Adit dan Bintang sudah mengurusnya. Kamu tidak usah mengotori tanganmu cuman karna pria itu."

"Tapi,"

"Tidak ada tapi, Arka. Kalau kamu langsung berhadapan dengan pria itu, Papa tahu. Kamu akan langsung membunuhnya, maka itu Papa meminta Adit dan Bintang mengurusnya sebelum kamu turun tangan. Kamu harus ingat Arka, Anin sedang hamil dan seorang ayah sepertimu tidak baik menghilangkan nyawa seseorang sementara di waktu yang akan datang istrimu harus bertaruh nyawa demi anak kembar kalian nanti."

Arka menghembuskan napasnya pelan lalu mengangguk. Arka mengerti seorang pria yang memiliki istri yang sedang hamil tidak baik menghabisi nyawan orang lain karna akan berimbas pada istri atau anaknya, jangankan menghabisi nyawa menghina orang yang memiliki kekurangan fisik saja akan mendapatkan karma dari Tuhan.

Arka menghembuskan napas pelan suasana ruangan Given menjadi hening sesaat. Arka mengeluarka  ponselnya saat mendengar dering ponselnya dan nama El-ku tertera lengkap dengan foto istrinya di layar ponselnya.

"Ya?" Ucap Arka saat mengangkat panggilan tersebut.

"Ayah... Ayah... Mama mau cari ayah baru. Kata mama, guru olahraga Naynay ganteng!" Suara Nayla terdengar. Gadis itu sedang melapor pada Arka.

Arka yang mendengar itu langsung mematikkan ponselnya lalu beranjak tanpa permisi pada Given.

"Posessive." Batinnya seraya menggelengkan kepala melihat tingkah Arka. Sekali lagi jika saja Arka bukan menantunya sudah pasti pria itu sudah ia usir karna datang dan pergi seenaknya.

Sementara itu di Sekolah Dasar di mana Nayla menuntut ilmu, Anin tampak menahan kekesalannya karna ulah Nayla yang melapor pada Arka tentang apa yang di katakan tadi. Padahal wanita itu hanya bermaksud bercanda tapi Nayla sudah menanggapinya serius  dan al hasil anak itu menghubungi ayahnya dan Anin yakin. Dalam beberapa menit lagi suaminya akan sampai di sekolah.

"Sabar.. Semoga berhasil yak." Anin menatap wanita cantik di sebelahnya. Wanita itu adalah Natal sahabatnya yang juga akan menerima hasil belajar anaknya.

Anin hanya mendengkus mendengar ucapan Natal. Maksud ucapan 'Semoga Berhasil' dari Natal artinya semoga bisa bebas dari tingkah cemburu akut seorang Arka. Arka jika sudah di selimuti rasa cemburu dan salah paham, dia tidak akan lembut seperti biasanya. Dia akan kasar karna emosinya yang tidak stabil.

"Gue pamit duluan ya " ucap Natal lalu menghampiri putrinya yang baru saja datang dari arah kantin.
Natal sudah selesai dengan urusan penerimaan rapot anaknya dan tadi anaknya haus ingin beli minum, jadilah Natal menunggunya sambil duduk di sebelah Anin yang sedang duduk di depan kelas Nayla.

Wali kelas Nayla masih ada di ruang guru makanya Anin dan beberapa orang tua kelas VA menunggu di luar kelas tapi ada juga di dalam kelas.

Anin mendesah lalu menatap Nayla yang dari tadi menatapnya penuh permusuhan karna tadi Anin memuji guru muda dan tampan yang memegang mata pelajaran olahraga di sekolah Nayla.

"Pokonya Nay, ndak mau punya Ayah baru!" Nayla melipatkan kedua tangannya di atas dada dengan kedua mata menatap Mamanya dengan sengit.

"Siapa juga mau cari ayah baru?"

"Tadi Mama bilang ke tante Natal, 'Gurunya cakep-cakep ya, gue pengen dapat berondong nih, buat jadi ayah baru anak-anak.' Itu Mama bilang." Ucap Nayla sedikit meniru gaya bicara Mamanya.

Anin hanya bercanda mengatakan hal tersebut. Itu hanya sebagai ucapan saja tidak dengan perbuatan. Anin tidak akan mungkin mencari pria lain.

Anin mengusap perutnya.

"El..." Dan benar tebakkan Anin tadi. Beberapa menit lagi Arka akan datang menghampirinya.

Anin menghembuskan napas pelan lalu menatap ke arah Arka sembari memberikan senyum manisnya. Berharap sifat cemburu dan posesifenya tidak kumat untuk saat ini.

"Kamu jangan macam-macam, ya." Dan Anin hanya bisa menarik senyum paksanya bertingkah sok manis agar Arka tidak aneh-aneh.

Sungguh saat ini Anin sangat malu karna beberapa Ibu-ibu yang ada menatap ke arahnya dan Arka. Lagi-lagi Anin harus menjadi pusat perhatian untuk kedua kalinya yang pertama karna Nayla dan yang kedua karna suaminya.

"Rapotnya belum?"

"Belum. Gurunya masih di ruangannya, mungkin?" ucap Anin sedikit tidak yakin. Sudah dua jam menunggu wali kelas Nayla tapi Wali kelas itu belum juga muncul.

"Maaf, untuk keterlamabatan saya." Suara seseorang membuat semua termasuk Anin dan Arka menatap ke asal suara tersebut.

Seorang wanita dengan perut buncitnya tersenyum seraya menunduk sedikit karna merasa bersalah. Wanita itu wali kelas Nayla.

"Tidak apa, Bu."

Dan beberapa orangtua yang ada di luar langsung masuk ke dalam kelas, tak terkecuali Arka dan Anin.

Pengambilan Rapot di ambil sesuai abjad. Jadi Anin dan Arka harus bersabar menunggu.

"Mau kemana?" tanya Anin saat toba-tiba Arka berdiri dari dudujnya seraya memegang ponsel.

"Ayah," Arka memperlihatkan nama yang tertera di layar ponselnya.

Anin hanya mengangguk dan membiarkan Arka keluar dari dalam kelas.

Selang beberaa menit, nama Nayla di panggil. Anin langsung maju ke depan dan duduk di kursi depan meja guru. Tidak lupa ia mengisi absen di kertas yang ada di atas meja lalu mendengar beberapa kata dari guru tentang perkembangan belajar Nayla. Setelah itu Anin mengucapkan kata terima kasih setelah itu beranjak di ikuti Nayla.

"Sudah?" tanya Arka dan langsung mendapatkan anggukkan kepala dari Anin.

"Ayo, kita ke rumah Ayah dulu," ucap Arka.

"Ada apa?" tanya Anin. Jujur saja wajah Arka terlihat sedih dan matanya terlihat memerah saat ini namun, pria itu hanya menampilkan senyum kecil menganggapi pertanyaan Anin.

"Ayo," ajak Arka menarik pelan tangan Anin di ikuti Nayla.

"Al, pelan-pelan."

Arka hanya diam tetap menarik tangan Anin dengan pelan namun tidak dengan langkahnya.

Saat sudah di dalam mobil Arka lansung menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

Anin tampak bingung dengan perubahaan Arla.secara tiba-tiba. Arka tidak pernah menariknya seraya melangkah besar dan Arka selalu membawa  keceatan mobilnya di bawa rata-rata saat ada Anin di mobil atau tidak anak-anak.

Kebingungan Anin makin bertambah saat melihat gerbang tinggi yang ada di kediaman Athala-Baskara terbuka lebar dan ada begitu banyak mobil terparkir di halaman.

"Ini ada apa?" Heran Anin.

Anin keluar dari dalam mobil saat mobil Arka di parkir tepat di depan teras rumah. Ada bendera kuning yang terhias di depan rumah.

Anin melangkah mengikuti Arka yang sudah masuk ke dalam rumah. Suara tangis dan histeris Nafiza terdengar begitu kuat.

"ANAKKU TIDAK MUNGKIN MENINGGAL!"

Anin terdiam di tempat saat mendengar teriakkan Nafiza.

☆☆☆☆

Bersambung

Semoga suka. 😆

Senin, 30.Desember.2019

Arka & Anin 2 (✔)Where stories live. Discover now