11

469 63 23
                                    

Seharusnya Indyra tidak boleh berpikir terlalu jauh tentang ciuman tiba-tiba Gasa di kening saat makan siang tadi. Harusnya Indyra tidak berharap lebih akan hal itu. Karena apapun perlakuan baik serta manis yang dilakukan Gasa pada Indyra, adalah hanya semata-mata karena Gasa melihat Indyra sebagai adik dari orang terkasihnya.

Harusnya Indyra tanamkan pemikiran itu di benaknya baik-baik. Gasa kekasih kakaknya, bahkan calon suami kakaknya dulu.

Tetapi, mengapa dia selalu saja berdebar tiap kali Gasa memperlakukannya dengan manis?

Sadarlah indyra, kamu siapa!

"Oh astaga!"

Karena terlalu asyik dengan lamunannya, Indyra sampai tidak ingat kalau sedang memanaskan soup ayam kentang dikompor.
Dia segera mematikan api kompor lalu membuka tutup panci soup memeriksa isinya, beruntung masih bisa diselamatkan.

"Apa yang kamu pikirkan sampai membuatmu lupa sedang memanaskan sesuatu dikompor?"

Suara itu, siapa lagi penghuni rumah selain Indyra, kalau bukan Gasa? 

Indyra untuk kedua kalinya panik melihat Gasa sudah duduk dimeja makan dengan pakaian rumah serta rambut yang basah, sehabis mandi.

"s-sejak kapan Mas keluar kamar?"

"kurang lebih 15 menit yang lalu sejak kau menatap kosong panci itu" Gasa menunjuk dengan malas panci soup dikompor.

Indyra merutuki kebodohannya, entah apa bisa disebut kebodohan hanya karena melamunkan suaminya sendiri, yang jelas Indyra malu sekali rasanya seperti ditangkap sedang mencuri saja.

"jangan melamun lagi. bawa panci itu, kita makan malam"

Indyra dengan gerakan kikuk membawa panci soup itu ditengah meja makan. Lalu ikut duduk diseberang Gasa. Tidak lupa menyendokkan Nasi ke piring gasa dan juga ke piringnya lalu mereka memulai makan malam seperti biasanya.

"Apa ada masalah di butik?" pertanyaan lolos dari mulut Gasa setelah menelan suapan kedua makanannya.

"tidak ada. Semuanya baik-baik saja Mas"

"Lalu mengapa kau banyak melamun tadi?" tanya Gasa lagi, sepertinya didesak oleh rasa penasarannya.

"i-itu.. Ah tidak ada Mas. Cuma.."

"Ibu menelpon lagi? Atau Ayah?"

"ah bukan itu Mas. bukan. Aku baik-baik saja. Aku hanya sedikit kecapean" dusta Indyra. Mana mungkin dia jujur kalau masalah yang sedang dilamunkannya tadi itu hanya soal perkara cium kening yang pelakunya sendiri adalah orang yang sedang bertanya.

Untung Gasa hanya mengangguk mengerti, "Istirahatlah kalau begitu"

"Iya Mas"

Lalu acara makan malam berlangsung hikmad seperti malam-malam sebelumnya. Indyra yang terlebih dahulu beranjak dari kursinya, membereskan meja makan selagi Gasa masih duduk disana.

"Mas masih belum selesai?"

Karena merasa heran Gasa belum juga beranjak masuk ke kamarnya seperti biasa, Indyra mengira Gasa masih belum puas dengan makan malam kali ini.

"Sudah"

"lalu?"

"apa aku dilarang melihat istriku membereskan dapur?" tanya Gasa merasa heran. Padahal yang harus merasa heran disini adalah Indyra. Indyra sampai hampir melepas piring kotor yang tadi akan dia bawa ke wastafel untuk dicuci.

Indyra tidak salah dengar. Telinga Indyra masih berfungsi dengan bagus kok, jadi tidak mungkin dia salah mendengar ucapan Gasa barusan.

"t-tidak. maksud aku, biasanya Mas langsung masuk kamar. Tapi kalau Mas masih mau disini juga tidak apa-apa" Indyra segera membalikkan badannya sehingga membelakangi Gasa. Tiba-tiba wajahnya memanas minta ampun, entah bagaimana kelihatannya pasti merah sekali sekarang.

"Ra, Aku bantu?"

"tidak perlu, Mas. Ini hampir selesai"

"oh okey"

Lalu diam lagi. Tapi Gasa masih duduk memperhatikan punggung Indyra yang sibuk membersihkan piring kotor. Gasa sebenarnya tahu kegiatan itu hanya membutuhkan waktu 5-10 menit untuk menyelesaikannya, namun ternyata Indyra lama sekali berkutat dengan piring-piring itu, jadi Gasa mencoba menawarkan bantuan.

*

Indyra kembali membalikkan badannya setelah sengaja melambatkan kegiatannya tadi dengan tujuan Gasa merasa bosan lalu memutuskan masuk ke kamarnya, namun nyatanya Gasa masih diposisinya.

Indyra menghampiri, barangkali ada yang ingin dibicarakan dengan serius.

"Mas, ada yang
mau diomongin? Atau perlu sesuatu sama aku?"

Gasa tidak langsung menjawab tetapi memperhatikan dengan seksama dahulu wajah berminyak Indira yang tetap saja kelihatan cantik. Rambutnya yang malam itu dicepol tinggi dengan asal memperlihatkan sejumput rambut yang jatuh berantakan namun masih terlihat cantik-cantik saja.

"malam ini tidur dikamarku, ya?"

Sepertinya Indyra salah mengira kalau pendengarannya masih bagus, nyatanya kali ini dia merasa salah menangkap ucapan Gasa. Betul-betul pikirannya sedang tidak karuan makanya salah menangkap begini.

"maaf, Mas. Tidur? Dimana?"

"iya. Tidur Dikamarku."

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Idih digantung. Kasian.

Gausah nunggu ya, aku gamau janji apa2.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 02, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GuiltyWhere stories live. Discover now