pt. 12

2K 197 3
                                    

"Ah, iya selam--

SUNWOO?!? "

Bagaimana Jeongin tidak berteriak. Didepannya saat ini adalah Sunwoo. Adik kelas yang sedang gencar mendekatinya belakang hari ini. Bagaimana ia bisa berada disini?. Ini kan tempat Hyunjin.

"Bagaimana kau bisa ad-- " Baru saja Jeongin ingin bertanya kepada Sunwoo. Mungkin sedikit mengintorgasinya tentang apa yang terjadi kemarin. Karena setahu Jeongin, kemarin ia bersama Sunwoo terakhir. Ya, sebelum kesadarannya hilang.

"Sunwoo. " Panggil seseorang dari bawah sana saat Jeongin baru ingin bertanya. "Permisi, Nyonya. " Sunwoo pergi begitu saja.

Kenapa Sunwoo ada disini?

Apa dia telah ketahuan oleh Hyunjin?

Semua pertanyaan demi pertanyaan muncul di pikiran Jeongin. Terlintas begitu saja. Pertanyaan untuk Sunwoo maupun Hyunjin. Ia harus bertanya lebih lanjut.

Masalahnya adalah ia tidak pernah mengelilingi rumah ini. Walaupun ia pernah kesini untuk satu kali. Itupun ia hanya berada di kamarnya. Hyunjin melarangnya untuk keluar. Jeongin harus bertanya. Ah, ada seseorang. Pas sekali. Sepertinya ia juga sedang sibuk membersihkan debu yang menempel pada vas bunga antik.

"Permisi. " Ucap Jeongin. "Ah, Nyonya. Selamat pagi, Nyonya. Ada yang bisa saya bantu? " Ujarnya ramah. Kenapa semua orang dirumah ini memanggilnya dengan sebutan 'Nyonya'. Ia lelaki tolong.

"Apa Hyunjin ada dirumah? " Tanya Jeongin.

"Ah, Tuan sedang berada di ruang kerjanya. Nyonya sudah ditunggu Tuan diruang kerjanya. Mari saya antarkan. " Jawabnya formal yang membuat Jeongin geram. Lebih baik ia segera bertemu lelaki sialan itu.

Jarak antara kamar Hyunjin dan ruang kerjanya tidak begitu jauh. Ruang kerja Hyunjin berada dipojok lantai ini.

"Ini dia ruang kerja Tuan. Silakan, Nyonya. " Ucapnya sambil membukakan pintu untuk Jeongin setelah ia mengetuk pintu tersebut dan mendapat persetujuan.  "Terimakasih. " Ujar Jeongin sambil tersenyum.

Jeongin segera menapaki lantai diruangan ini. Jujur, ruangan ini didominasi oleh warna putih gading dan berbagai ornamen disetiap furniture-nya.

Melihat siapa yang datang, Hyunjin segera mengalihkan fokusnya dan tersenyum menatap Jeongin seakan-akan menyambutnya. "Kau sudah bangun, Foxie. "

"Kak Hyunjin. Aku kan sudah bilang aku tidak ingin kita berhubungan lagi. Aku sudah lelah. Aku tidak mau menyakiti hati Mama. Cukup Papa saja yang tahu. Kak Hyunjin harus sadar. Lalu, bagaimana dengan Mama dan Papa. Apa mereka mengetahuinya?. Pasti mereka kecewa. Dan bagaimana Sunwoo bisa berada disini? " Ujar Jeongin yang tidak sengaja menaikkan volumenya menjadi terkesan membentak. Padahal Jeongin tak bermaksud seperti itu. Ia tidak sengaja.

Sedangkan Hyunjin, segera mengubah ekspresinya kesal. "Kau sudah semakin berani dalam hal membentakku. Bukan begitu, Baby Fox? " Tanya Hyunjin sambil menunjukkan seringai andalannya yang membuat aura dominan Hyunjin menguasai ruangan ini. Termasuk membuat nyali Jeongin menjadi ciut.

"Kau ingin aku menjawab pertanyaanmu? " Tanya Hyunjin yang habya dijawab sebuah dengusan oleh Jeongin. Tentu saja ia mau. "Seperti biasa. Satu pertanyaan, satu ronde. Aku juga sepertinya ingin menghukummu karena kau sudah menjadi anak yang nakal. "

"Sudi sekali aku melayani nafsu bejatmu. " Kata-kata itu mengalir begitu saja dari mulut Jeongin. Hyunjin yang tak menyangka akan jawaban dari Jeongin, hanya mengatakan "Keputusan ada pada dirimu. Iya atau tidak sama sekali. "

Seperti biasa, Hyunjin dengan segala ancaman dan tawaran tak masuk akalnya. Jeongin seharusnya sudah biasa. Kenapa ia bisa-bisanya langsung bertanya pada Hyunjin?. Ia punya segenap karyawan yang bisa Jeongin tanyakan dengan detail.

THE SIN ¦ HyunJeongWhere stories live. Discover now