part sepuluh

85 9 0
                                    


Subuh telah datang perlahan membawa terang meninggalkan kelam, hawa sejuk kian terasa, Zila menutup kaca jendela mobil yang sedikit terbuka, mereka tengah menempuh perjalanan untuk kembali kerumah, Zila mulai menyusun kata-kata yang akan dirangkai menjadi kalimat indah untuk bundanya, ia sudah bisa membayangkan betapa heboh Bunda Ami nanti  jika tahu apa yang sudah dilalui oleh anaknya Azila Amiranisya Fatimah, dan mungkin saja Bunda Ami sekarang sedang heboh mencari Zila yang tiba-tiba hilang ditengah malam.

Fix, tepat seperti pikiran Zila, bundanya saat ini tampak tengah mondar mandir dengan handpone ditangannya. Mobil minibus yang dikendarai Andre masuk kedalam area rumah Zila.

"Assalamualaikum bunda" sapa Zila dengan rasa gugup luar biasa, Bunda Ami langsung memeluk gadis tercintanya itu dengan tangis yang pecah seketika.

☆☆☆

Diruang tamu yang tak seberapa luas itu, anak-anak korban penyekapan Parman duduk diam sambil menunduk, sedangkan Andre telah pamit pulang dari tadi, Zila menceritakan semua kronologis  tanpa ada yang terlewat sedikitpun.

"Kenapa nggak bilang sama bunda sih nak?"

"Maaf bun" hanya itu yang  mampu Zila ucapkan, Bunda Ami menghela napas berat, disampingnya ada Keke yang terlihat menahan kantuk, meski wajah khawatirnya masih terlihat jelas.

"Terus uangnya Andre gimana?"

"Zila udah janji bakal ganti, Andre  juga mau uangnya dicicil, bunda jangan khawatir ya"

"Yasudah, bunda lega kamu baik-baik saja, kamu bawa mereka semua istirahat ya nak, bunda akan telepon Ibu Hazna, hari ini kamu nggak perlu ke kampus  dulu, tinggal dirumah, istirahat" Bunda  Ami memerintah dengan suara penuh penekanan, tak ada celah untuk Zila bernegosiasi.

Zila mengangguk paham, dituntunnya semua anak-anak menuju kamar tamu, diruangan yang  cukup besar itulah mereka beristirahat, ada sebagian  yang tidur diatas kasur, sebagian lagi harus tidur dilantai beralaskan badcover dan berbagi selimut,mereka tidur  tanpa ketakutan serta beban. Sedang
Zila masuk kedalam kamarnya bersama Keke, ia shalat subuh terlebih dahulu, sebelum naik keatas tempat tidur.

"Keke?" Panggil Zila lirih, pakaiannya telah diganti dengan baju tidur motif panda lengan panjang.

"iya" terdengar suara serak, Zila menoleh dan mendapati Keke yang sedang manggut-manggut menahan kantuk.

"Nanti aja deh, sekarang kita tidur dulu ya" Keke tersenyum dan langsung berbaring disamping Zila, tak perlu waktu yang lama untuk ia terlelap ke alam mimpi.

☆☆☆

  Sudah pukul sembilan pagi, tapi tak ada tanda-tanda Zila akan bangun dari tidur lelapnya, Bunda Ami paham akan kondisi anak gadisnya yang kelelahan itu,  sampai terdengar suara ketukan dari luar, ternyata Andre yang datang bertamu.

"Nak Andre, mari masuk" sapa Bunda Ami ramah, Andre masuk mengikuti  dari belakang lalu duduk dengan canggung diruang tamu.

"Anak-anak gimana bunda?" Tanya Andre  membuka obrolan.

"Ada diruang makan, lagi sarapan, mereka lucu-lucu banget loh nak Andre, tadi bunda kenalan, ada yang namanya Dela, Desti, Nissa, Alika, duh siapa lagi ya? Bunda lupa" Andre tertawa berusaha merespon antusias  wanita paruh baya dihadapannya itu, dari situ ia bisa melihat ada banyak kesamaan antara bunda Amira Fatimah dengan anaknya Azila Amiranisya Fatimah.

"Zilanya ada bun?"

"Ooh, Zila ya?" Bunda Ami tertawa dengan nada yang dipaksakan, Andre bisa menebak apa yang disembunyakan oleh orangtua tunggal Zila tersebut, pastinya ia tidak mau orang lain tahu bahwa anak gadisnya masih tidur di jam sembilan pagi.

rahasia azilaWhere stories live. Discover now