Prologue

119 14 3
                                    

Racunnya menyebar ke seluruh tubuhku dengan cepat hingga semua tubuhku lumpuh. Kekalahan sudah di depan mata, begitupun dengan akhir hidupku. “Lost against me.” Ketika peluru itu menghunus kulitku, pupil melebar serta kesadaran terenggut dengan rasa sakit di dadaku.

Semua masa depanku telah ku serahkan, dengan kata lain aku tak bisa berjuang lagi. Tak ada yang bisa ku gapai, tak ada yang bisa ku lakukan. Semuanya sudah berakhir, waktuku untuk pergi sudah tiba.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kim Taehyung membuka matanya lebar-lebar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kim Taehyung membuka matanya lebar-lebar. Ia sadar tanpa rasa sedikitpun di sekujur tubuhnya. Apa aku sudah mati? Ketika penglihatannya menjelas, ia melihat banyak bintang berterbaran di langit malam yang suram. Ia masih bisa melihat bintang, apa tandanya dia masih berada di dunia? Bagaimana bisa ia bertahan hidup? Bukankah seharusnya tadi dia dibunuh Yoongi dengan pistolnya dan ajalnya menjemput?

Raganya terbangun, matanya meneliti sekitar. Hanya ada rumah tua dan beberapa mobil yang ia dapat. Masih di tempat yang sama. Kemudian tangannya meraba dada kirinya. Tak ada luka apapun disana, bersih tanpa goresan ataupun lubang mengerikan yang dibuat peluru.

"Apa yang terjadi?"

Taehyung bangkit berdiri. Matanya menerawang seluruh lokasi, tak melewatkan satu titik pun. Memang benar, tempat yang sama, dimana seharusnya ia mati.

Keningnya mengerut saat menangkap presensi seorang pria yang mendobrak pintu rumah tua itu dengan keras. Tungkainya tergerak dengan perlahan, semakin aneh karena ia merasa tubuhnya sangat ringan atau hanya perasaannya saja. "Jim—"

"Jimin!"

Teriakannya tertahan saat mendengar lengkingan lain dari dalam rumah. Seorang wanita keluar dengan langkah tertatih.

Taehyung memantung. Jimin menghampiri wanita itu, tak terdengar apa yang mereka bicarakan sebelum membawanya ke dalan tautan bibir yang kilas. Setelah itu, Jimin benar-benar pergi dengan mobilnya.

"Seunji! Kemana Jimin akan pergi?" Taehyung menghampiri wanita yang disebut Seunji, berdiri di hadapannya. Tapi yang ia dapat hanyalah rintikan air mata dari sang empu dan tubuhnya yang terjatuh berlutut di hadapannya. Melihatnya, Taehyung spontan merendahkan tubuhnya. "Seun-"

"Taehyung seonbae..."

Taehyung menghentikan gerakan tangannya yang hampir meraih pundak Seunji saat gadis itu melirih dengan putus asa. Isakan tangis itu membuat hatinya terasa dihujam ribuan pisau. Tangis pilunya seperti wajah asli dari balik topengnya.

"...Jimin, maaf... maaf. Penyesalanku takkan kuhapus karena membiarkan Taehyung seonbae pergi darimu, aku takkan pernah memaafkan diriku. Maaf... maaf..."

Taehyung semakin dibuat bingung. Kata maaf terus diucapkan dalam lirihannya. Ia membasahi bibirnya gugup sebelum kembali berbicara, "Seunji... aku ada disini, apa yang kau katakan?"

Seseorang menghampiri Eleanor yang sedari tadi berdampingan dengan Seunji. Ia berkata dengan hati-hati. "Astin mengirim pesan untuk segera membawa Taehyung ke rumah sakit, sementara tim Astin dan Mallon sudah sampai di Jeolla dan akan memeriksa tempat ini lebih lanjut."

Eleanor memiringkan kepalanya. "Apa maksudmu?"

Orang itu mengangguk tegas.

"Flows, tunggu disini sebentar." Ucap Eleanor sembari bangkit dan mengikuti orang itu ke dalam rumah tua.

"Kalian! Apa yang kalian bicarakan, hah?" Taehyung bangkit dan berlari mengekori Eleanor masuk. Ia benar-benar tak mengerti. Membawanya ke rumah sakit katanya? "Aku disini bodoh!" Ia bahkan tak merasa sakit sedikitpun.

Hingga sampai di lantai basement, Taehyung langsung memantung di tempat.

"Angkat Taehyung dengan hati-hati."

Matanya bergetar sempurna. Sebenarnya situasi apa ini? Tungkainya melangkah mundur. Sekarang konspirasi aneh muncul di benaknya. Seolah tahu kenapa sedari tadi orang-orang tak mendengarnya, tahu kenapa namanya disebut-sebut padahal ia tepat berada didepannya. Sebuah benang kusut di benaknya telah terurai rapi kembali saat mengetahui kenapa seluruh rasa sakitnya hilang.

Sulit dipercaya, sekarang Kim Taehyung melihat tubuhnya sendiri, dengan kondisi yang sedari tadi ia pikirkan seharusnya. Tubuhnya disana bersimbah darah dan tentunya dengan lubang mengerikan di dadanya akibat hunusan peluru.

Apa... Apa yang terjadi?

Nightmares begin: June 26, 2020

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nightmares begin: June 26, 2020

GWTN II; Phantom ✔Where stories live. Discover now