Chapter 2 : Kebetulan atau Takdir ?

25 2 0
                                    

Chapter 2 : Kebetulan atau Takdir ?

Pagi hari yang sangat cerah. Seakan memberikan sebuah tanda akan datangnya perkara baik. Harum bunga di jalanan bisa kucium dengan baik. Entah kenapa hari ini sepertinya akan berjalan lancar untukku. Pagi ini aku datang tepat waktu, tidak telat seperti kemarin sehingga kali ini bisa sampai ke sekolah tanpa harus terburu-buru.

Kubuka pintu kelas secara perlahan-lahan. Kelihatan di dalam sudah lumayan ramai dengan teman-teman sekelas yang lain. Ada yang sarapan, ada yang ngobrol, bahkan ada yang mengerjakan PR yang seharusnya dikumpulkan pagi ini. Benar-benar pagi sangat normal.

"Selamat pagi, Rio!" Teriak seseorang di kelas.

Kepalaku langsung mencari arah datangnya suara. Dan ternyata itu suara Erik dan Lala, teman baikku di kelas. Entah kenapa kita selalu sekelas, bahkan dari SMP. Hal itu masih menjadi tanda tanya besar. Mungkin kenyataan bahwa orangtua Erik merupakan kepala sekolah adalah jawabannya. Tapi katanya dia agak merasa awkward saat bertemu dengan ayahnya tiap hari di sekolah.

"Bapak tua itu pergi duluan. Masa anaknya sendiri ditinggal pergi duluan," gerutu Erik

"Pasti gegara lu kelamaan mandi ya?" Kata Lala.

"Yaaa, mungkin sih," balas Erik

"Hahahahahhhah." Kami bertiga pun tertawa bersama-sama

Terlepas dari itu, Erik Kurniawan, merupakan teman yang sangat baik. Sama halnya dengan Lala. Wanita bernama asli Lala Karmela ini merupakan cewek yang setia kawan. Meskipun orangtua nya kaya raya, ia tetap tidak pilih-pilih dalam berteman sampai akhirnya kita bertiga bisa berteman baik. Sungguh orang-orang yang sangat berharga bagiku. Mereka selalu ada disaat susah maupun susah sekali. Begitulah.

Pagi itu, dimulai dengan pelajaran matematika, pelajaran berlangsung cukup kondusif, hanya ada beberapa siswa bandel yang tertidur di kelas. Masalah klasik di SMA. Aku memang mengerjakan apa yang ada di papan dengan cepat, namun agak kurang fokus. Alasannya, tentu saja kejadian yang kemarin kualami, tapi sebenarnya belum ada orang yang tau. Bahkan dua sahabatku. Hal itu membuatku sering senyam-senyum sendiri di kelas, namun tetap tidak ada yang memperhatikan. Atau aku salah?

*bunyi bel istirahat*

Semua siswa bersiap-siap, menaruh buku dan pergi keluar kelas untuk membeli makanan, ataupun sekedar ngobrol di taman sekolah. Aku termasuk siswa yang kurang suka jika harus berdesak-desakan untuk membeli makan, bekal makanan yang kubawa setiap hari menjadi buktinya. Aku bahkan tidak peduli jika memang harus dipanggil anak mama.

Kulihat suasana kelas agak sepi, hanya ada beberapa murid yang tidur dan memainkan gawai mereka. Erik dan Lala juga sedang keluar, mungkin juga membeli makanan. Toh mereka juga sepertinya punya sesuatu hal penting yang harus mereka kerjakan dan aku tahu betul apa itu. Pasti ke kelas pacar mereka. Herannya kali ini mereka tidak makan bersamaku dahulu. Kemungkinan karena mereka buru-buru.

Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan untuk makan disana sendiri. Kupikir tidak akan ada orang disana dan aku bisa menikmati kesunyian itu.

Segera ku ambil kotak makan di ransel dan membawanya menuju ke perpustakaan. Kebetulan jalan ke perpustakaan cukup sunyi juga, karena harus melewati beberapa ruangan khusus untuk ekskul musik, sastra, tari, dsb.

Aku pun berjalan menuju perpustakaan, akan tetapi . . .

*Suara gitar dimainkan diiringi suara lembut dari seorang wanita*

"Eh, tunggu dulu. Sepertinya aku tahu suara ini."

Aku mengintip lewat celah pintu yang agak terbuka di ruangan ekskul musik. seperti dugaanku. Aku kenal suara ini, suara yang mengisi ruang UKS saat bersih-bersih kemarin. Wanita itu, yang belum aku tau namanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Beautiful LieWhere stories live. Discover now