Terbongkar

9K 382 12
                                    

Part ini khusus tentang Fakhri dan Rara. Jangan lupa vote nya ya!
Kalau ada typo kasih tau


Fakhri terdiam menatap rumah yang dulu ia tempati bersama Alya. Sudah cukup lama ia tidak menginjakkan kaki di rumah itu, setelah hari dimana Alya memutuskan untuk berpisah, Fakhri pergi dari rumah itu. Dan sekarang ia kembali ke rumah itu lagi bersama keluarga barunya. Baru sekarang Fakhri mengajak anak dan istrinya ke rumahnya, sebelumnya mereka tinggal di rumah orang tua Fakhri.

"Mas, kenapa bengong?" ucap Rara membuyarkan lamunan Fakhri.

"Gapapa. Ayo kita masuk," ajaknya.

Mereka memasuki rumah itu. Rumah yang mempunyai banyak kenangan terindah bagi Fakhri, itu sebabnya ia tidak ingin menjual rumah itu dan memilih membawa keluarga kecilnya untuk tinggal di rumah itu.

Meski sudah lama tidak pulang, rumah itu terlihat bersih dan rapi, karena ada asisten rumah tangga yang mengurusnya.

"Rumahnya besar sekali, Yah!" ucap Ayana takjub.

"Kamu suka?" tanya Fakhri.

"Suka! Aya suka banget."

Fakhri tersenyum lalu mengacak-acak rambut anaknya itu. "Ayo kita ke lantai atas," ucapnya sambil menyeret koper besar.

Rara dan Ayana mengikuti Fakhri menuju lantai atas. Sesampainya di lantai atas, Fakhri langsung mengarahkan mereka masuk ke kamar, kamar yang berbeda dengan kamar yang ia tempati bersama Alya dulu.

"Aya tidur bareng kalian?"

"Iya, kamu akan tidur bareng mama sama ayah. Biar kami mudah memantau kondisi kamu," ucap Rara mengusap lembut pipi sang anak.

"Padahal Aya mau tidur sendiri."

"Nanti saja okay? Ayah sudah nyiapin kamar untuk Ayana kok, tapi untuk sementara Ayana tidur bareng ayah sama mama," sahut Fakhri.

"Sekarang Ayana istirahat ya? Mama mau beres-beres pakaian kita dulu."

"Dan ayah mau ke bawah, cek kondisi lantai bawah." Setelah mengatakan itu, Fakhri keluar dari kamar mereka. Bukannya langsung turun ke lantai bawah, ia malah masuk ke kamar yang ada di ujung, kamarnya bersama dengan Alya dulu.

Isi kamar masih sama, hanya saja sudah tidak ada lagi barang-barang Alya. Masuk ke kamar itu mengingatkan Fakhri tentang Alya. Apa yang telah terjadi kini hanya tinggal kenangan, semua sudah berubah.

Fakhri mengambil foto yang ada di atas nakas, foto pernikahan mereka. Ia memeluk foto itu lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Maafkan aku Alya ... Maafkan aku. Aku sangat merindukanmu," lirihnya meringkuk dengan memeluk foto pernikahan mereka.

Menyesal? Tentu saja pria itu menyesal. Bahkan sampai saat ini ia diselimuti oleh penyesalan. Kadang hati kecilnya tidak menerima dengan apa yang terjadi, terkadang ia merasa tidak ikhlas dengan kepergian Alya. Namun, apa boleh buat? Semua sudah terjadi dan itu semua karena ulahnya yang membuat Alya memilih pergi.

Fakhri mengusap kasar wajahnya, lalu menaruh bingkai foto itu kembali, setelah itu ia beranjak pergi meninggalkan kamar itu tidak lupa untuk menguncinya.

Kamu Bukan JodohkuWhere stories live. Discover now