Level 1

1K 171 19
                                    

Shin Wonho. Di tengah tengah waktu kala ia sedang bertugas, lelaki berusia nyaris menginjak 28 tahun itu justru sibuk memikirkan perkataan teman teman kerjanya.

Cuitan cuitan usil mengapa ia tak kunjung mempunyai kekasih acap kali menusuk indera pendengaran lelaki berbadan kekar tersebut.

Padahal jika ditelaah secara fisik, Wonho jelas terlihat tampan, dengan kulit seputih salju dan mata yang ikut membentuk bulan sabit saat ia tersenyum, belum lagi hidung mancungnya juga mampu menambah daya tarik.

Lihat, dia cukup lumayan bukan untuk memenuhi standar ketampanan lelaki di dunia?

Masalah pekerjaan? Oh jangan khawatir! Shin Wonho adalah seorang kapten divisi dek laguna di kapal pesiar Sea Dream.

Gajinya sebulan cukup untuk membeli satu buah mobil, tidak perlu dijabarakan sudah berapa banyak nominal dalam tabungannya, yang jelas Wonho sudah mampu menghidupi keluarganya sendiri kelak. 

Lee Minhyuk –salah satu anak buahnya- sering kali membual tentang kisah cinta ala ala film Titanic, dan lelaki seputih salju itu sungguh terganggu.

Tak hentinya Minhyuk mengatakan, siapa tau kau akan bertemu jodohmu di pelayaran kali ini, seperti Jack bertemu Rose. Wonho tidak peduli, baginya Titanic hanyalah sebuah film, kecil kemungkinan untuk memiliki kisah cinta semirip Jack dan Rose.

Lagi pula hubungan Jack dan Rose hanya bersama tidak sampai seminggu, kemudian Jack meninggal karna kapal yang mereka tumpangi terbelah. Memangnya Wonho mau punya kisah cinta tragis seperti itu? Jawabannya tentu—

Tidak!

Terima kasih!

Son Hyunwoo –Kapten utama sekaligus nahkoda kapal- juga sering menjodoh jodohkannya dengan beberapa awak kapal, tak terlewat juga lelaki lelaki manis pelayan cafe, beberapa orang dari bagian service room, atau penumpang yang di pilih secara random. Jujur saja, telinga Wonho sudah tidak tahan mendengarnya.

Kalau saja Hyunwoo bukan kapten utama kapal ini, mungkin Wonho tak segan segan melemparkannya ke laut!

Sampai akhirnya Wonho membulatkan tekad untuk mencari seorang kekasih demi menyelamatkan telinga. Ya, Shin Wonho harus segera punya kekasih secepatnya!

Cuaca malam ini sangat cerah, kecepatan angin dan ombak juga cukup stabil, para awak kapal bisa tidur nyenyak –setidaknya beberapa jam- kalau suasanannya tenang begini.

Pekat langit malam berhias ribuan bintang dan temaram cahaya bulan purnama, membuat lelaki berseragam serba putih khas seorang awak kapal itu menyunggingkan senyum samar.

Wonho selalu mencintai lautan, meskipun tak selamanya ombak akan menggulung tenang, dan angin tak berhembus lembut.

Lelaki Shin itu percaya, jika kita memperlakukan alam dengan baik, maka alam juga akan berlaku demikian.

Seperti biasa, sebelum jam kerjanya habis dan kembali ke kamar yang berada di dek empat, Wonho selalu menyempatkan untuk berpatroli. Berbekal sebuah senter dan walkie talkie, ia mulai menyusuri bagian sayap kiri dek.

Belasan orang masih terjaga, sekedar menikmati angin malam lautan sembari bercengkerama. Selayaknya anak buah kapal yang baik, Wonho melempar senyuman ramah pada penumpang.

Si kapten menuntun langkah semakin ke dalam, menuju bagian sayap belakang kapal. Saat malam hari tiba, tempat itu memang seharusnya sepi karna sayap belakang adalah area hall pertunjukan terbuka, sedangkan pertunjukan sudah berakhir sejak pukul 22.00 tadi. Wonho melirik jam tangan sekilas, tertera angka 00.30 di layar digital itu.

Pandangan lelaki kekar tersebut bergulir ke segala arah, dan tubuhnya seketika menengang kala menemukan sesosok manusia sedang berdiri diujung pembatas.

Wonho bisa melihat, tubuh sosok itu bergetar hebat saat salah satu kaki telanjangnya mulai mencoba memanjat tralis aluminium pembatas kapal.

Tanpa pikir panjang, Wonho berlari menghampiri sosok tersebut, mengabaikan suara gaduh antara beradunya senter dan lantai kabin.

Dengan gerakan cepat Wonho meraih tubuh yang nyaris saja melompat dari atas kapal, merengkuhnya erat dari belakang disertai nafas memburu.

Secara otomatis degup jantung Wonho berpacu cepat. Jika tadi dia terlambat sedikit saja, maka sudah bisa dipastikan makhluk bertubuh kurus dalam dekapannya ini hanya tinggal nama.

Belum selesai Wonho mengatur pernafasan dan degup jantung, lelaki dalam dekapannya mulai memberontak.

“Lepaskan aku tuan!” si lelaki kurus meronta, suaranya terdengar parau akibat menangis.

Wonho tentu tidak akan serta merta mengabulkan permintaannya, tanpa berkata kata ia tetap memeluk erat lelaki kurus itu, menyatukan kedua pergelangan tangan si kurus dan mencengkramnya erat menggunakan satu tangan. Sebisa mungkin Wonho menahan pergerakan orang asing ini.

“Hey! Lihat aku sebentar” Wonho salah karna sempat meremehkan tenaga si mungil, ia butuh sedikit usaha untuk mebalikkan badannya.

“Tidak tuan! Lepaskan aku, biarkan aku mati” kukuh si pelaku percobaan bunuh diri tersebut, ia meronta tak terkendali, bahkan beberapa kali menyikut perut Wonho.

Wonho terdiam sejenak. Mendadak rasa kecewa melingkupi relungnya. bukan hanya kecewa, tapi Wonho ingin marah begitu mendengar lontaran kalimat lelaki manis ini. Kapalnya adalah tempat untuk bersenang senang, bukan arena untuk bunuh diri! 

Sang kapten berdecak kesal, “Dasar bodoh! orang orang naik kapalku untuk bersenang senang, mengapa kau malah memilih bunuh diri?”

TBC

Iseng aja dalam rangka ultah om wonho. Kalo ada yang baca ya syukur, kalo ngga ada yauda.

Capitaine | MONSTA X hyungwonhoWhere stories live. Discover now