Level 6

762 137 15
                                    

Demi apapun Wonho bersumpah, makhluk bernama Chae Hyungwon ini sungguh lucu dan menggemaskan. Kalau saja boleh, Wonho ingin mendekapnya seharian dalam pelukannya.

Hyungwon terlalu sayang untuk dibiarkan berkeliaran dan dinikmati keindahannya oleh khalayak ramai. Sebut saja Wonho posesif, tapi untuk makhluk seindah Hyungwon, mengapa tidak?

Omong omong Wonho tidak sekejam itu untuk tetap melanjutkan sesi interogasi, sedangkan perut si penumang gelap sudah terang terangan berteriak minta diisi. Interogasi terpaksa tertunda.

Jam digital di atas nakas menunjukkan pukul 01.27 kala mereka berdua meninggalkan kabin.

Sebagai orang yang sudah terbiasa dengan interior dan denah kapal, maka Wonho memimpin jalan, diikuti Hyungwon dibelakangnya.

Tak henti benak Wonho memperingatkan diri sendiri untuk tetap waspada agar tidak bertemu teman temannya.

Wonho belum sempat memikirkan scenario seperti apa nanti, ketika mereka bertanya ‘Siapa Hyungwon untuknya?’

Tanpa sadar kedua tangan Wonho saling menggesek didepan dada, seringai jahat turut menghiasi.

Karna ia baru saja membayangkan bagaimana bangganya dia ketika bisa memamerkan Hyungwon, si cantik dan lucu yang menjadi kekasihnya.

100% Wonho yakin, paras indah Hyungwon mampu membeli mulut jahat teman temannya.

DUG!

“Aduh” ringisan lirih Hyungwon, seketika membuyarkan khayalan sang kapten.

“Hey, kau tidak apa?” Wonho berbalik, menangkap lengan Hyungwon yang nyaris saja tersandung tangga.

“Tidak apa, aku keasyikan melihat interior ruangan dan pandanganku juga kurang jelas karna tidak memakai kaca mata. Bisakah kita kembali ke kamarmu sebentar untuk mengambil kaca mataku?” pinta Hyungwon, mata minus membuat jarak pandangnya terbatas.

Kemudian Wonho menimang nimang permintaan Hyungwon. Mereka sudah setengah jalan untuk sampai ke café tanpa ketahuan awak kapal lain sejauh ini.

Jika kembali ke kabin, Wonho tidak yakin keberuntungan masih memihaknya.

Lagi pula Wonho juga tidak mau wajah Hyungwon jadi tidak indah lagi gara gara kaca mata jelek dengan perekat di bagian tengah itu.

Keindahan Hyungwon jadi turun beberapa persen, dan Wonho tak akan membiarkannya.

“Tidak perlu kembali ke kamar, ayo pegang tanganku saja kalau kau tidak kelihatan” jawab Wonho datar sembari mengulurkan tangan kanannya di hadapan Hyungwon. 

Pengedalian ekspresi wajah sang kapten patut diacungi jempol, jiwanya sedang melomat lompat tak karuan, dan raganya tetap bereaksi sewajarnya.

“Maaf merepotkanmu lagi” dan Hyungwon serta merta meraih telapak tangan Wonho.

Tabung confetti raksasa seolah meledak dalam hati si dominan. Kenapa rasanya bisa semenyenangkan ini saat tangan Hyungwon bertaut jadi satu bersama tangannya? Apa karna Hyungwon cantik? Apa karna Hyungwon tipe idealnya?

Genggaman tangan besar Wonho terasa hangat membingkai protektif telapak tangan Hyungwon.

Enggan mengakui, namun Hyungwon sebenarnya menyukai bagaimana rasa hangat genggaman tangan si kapten.

Bagian terdalam sudut hatinya seketika merasa aman, berbanding lurus dengan wajah berseri seri milik Wonho.

Mungkin ini merupakan salah satu pertanda baik untuk hubungan mereka ke depannya.

Tidak munafik, Wonho mengakui ia jadi tidak ingin cepat cepat sampai di café.   

Lewat tengah malam begini restoran kapal sudah tidak beroperasi, mengingat batas jatah makan malam paling lambat adalah pukul Sembilan tepat.

Lagi pula restoran juga selalu beroperasi tepat waktu, mulai pukul 07.00 sampai 22.00 waktu setempat.

Satu satunya yang bisa diandalkan saat seperti ini hanyalah café 24 jam. Maka si kapten membawa si menggemaskan ke sana. Setidaknya satu cup ramen instant atau sepiring burger mampu mengganjal perut Hyungwon hingga jam sarapan tiba.

Seperti dugaan, suasana café agak lengang mengingat ini adalah tengah malam. Hanya ada tujuh sampai sepuluh orang pengunjung tersebar di seluruh penjuru café.

Wonho mulai menurunkan tingkat kewaspadaannya.

“Selamat malam kapten Shin” seorang lelaki manis berambut hitam menyapa ramah kedatangan Wonho dan Hyungwon dari balik mesin kasir.

“Selamat malam Changkyun” balas Wonho, “Astaga matamu kelihatan mengantuk dan kantung matamu buruk sekali” timpalnya mengomentari mata kemerahan Changkyun.

Lelaki manis bername tag Im Changkyun bertengger di apron coklat itu memang tampak mengantuk, dan senyumannya barusan tampak sekali dipaksakan.

“Tidak! Tidak! Aku tidak boleh mengantuk” Changkyun menepuk nepuk pipinya beberapa kali, berharap kesadaran kembali menguasai “Jadi, mau pesan apa?”

Wonho menggoyang tautan tangan mereka, “Hey, mau makan apa?”

Kegiatan Hyungwon sejak keluar dari kabin memang hanya melihat lihat interior kapal pesiar mewah ini tanpa banyak berkata kata, ia hanya menyimpan kekagumannya dalam hati. Mengingat ia tak bisa sebebas dua hari lalu.

“Hey, siapa dia kapten Shin?” pertanyaan bernada menggoda mendadak terlontar dari mulut si kasir, akibat mengantuk Changkyun baru menyadari kehadiaran menusia lain di samping Wonho. Kaki Changkyun berjinjit sedikit mengintip –untuk memastikan- tautan tangan Wonho bersama lelaki berparas cantik itu, “Kekasihmu ya?” lanjutnya seraya menaik turunkan alis jahil.

Sial! Wonho masih belum memikirkan skenario dan mengajak Hyungwon bekerja sama. 

PLAK!

Belum sempat Wonho menjawab, Hyungwon kemudian memekik, “Aduh!”

“Wah, jadi selera Wonho ternyata  submisif berbokong tepos begini” sambar suara lain dari belakang Hyungwon.

Ugh, double sial!


TBC

Karna ini udah masuk bulan ramadhan sebelummnya aku mau minta maaf sama kalian kalo selama ini ada salah 🙏 trus buat silent reader juga ku tunggu ya permintaan maaf kalian biar pahala puasanya ngga berkurang akwkwkwkkw
Selamat berpuasa buat temen temen yang menjalankan 💕

Stay safe semua, dan jaga kesehatan 🌈

Capitaine | MONSTA X hyungwonhoWhere stories live. Discover now