25 : Kedua abangnya

411 63 9
                                    


"Kak Yohan, hari ini aku gak masak. Jadi makan bubur aja yaaaaa?" ucap Ciya ketika dirinya telah menduduki sofa dalam kamar kos Yohan. Yohan mengangguk lalu mulai makan bubur yang Ciya belikan.

Jujur, Yohan sebenernya gak enak terus, karena Ciya rutin memberikannya makanan. Iya-- dia tau sih, kalo kosan Pandu itu gudang dari segala gudang makanan. Tapi, ya tetep enggak enak lah. 

Lagian, Ciya juga kenapa rajin banget sih nih anak? Yohan tuh bingung harus kayak gimana.


"Besok ke klinik yuk, liat pekembangan kaki kak Yohan? gimana kak?" ajak Ciya di sela - sela Yohan memakan buburnya. Lagi - lagi Yohan hanya terdiam tampa menjawab,

"Ci...bisa enggak sih gak usah belebihan gini..." Batin Yohan.


Ciya masih menunggu jawaban Yohan, dia juga bingung kenapa cowok itu enggak menjawab pertanyaannya sedari tadi. Apa dia melakukan hal yang salah? atau ada hal aneh pada dirinya malam ini?

"Ciya." Panggil Yohan, dengan suara rendah dan terdengar tegas.


Ciya yang sedang memikirkan hal - hal buruk mengenai Yohan yang terdiam sedari tadi, tubuhnya sedikit tersentak mendengar Yohan memanggil namanya. Takut sih ada...

"Ya, kak?" jawab Ciya kecil, tampa menoleh kearahnya.


"Gue bisa sendiri, Ci." Ucap Yohan singkat menatap lurus buburnya yang setengah habis.

Kali ini Ciya menoleh kearah Yohan, "ke- kenapa?" tanya Ciya hati - hati.


Gimana ya cara ngomongnya ke Ciya? Yohan gak bermaksud buat menyakiti perasaan Ciya. Enggak sama sekali. Tapi menurutnya, semua ini sudah lebih dari cukup. Dan Yohan hanya ingin Ciya berhenti menyalahkan dirinya kalau kaki patah Yohan ini karena ulahnya,

Yohan bingung cara menyampaikannya, takut perempuan itu malah sakit hati. 


Yohan ingin Ciya berhenti merasa bersalah, karena semua yang Ciya berikan ke Yohan karena atas dasar Ciya menebus kesalahannya. Yohan juga enggak beranggapan kalau Ciya salah. Dan di dalam kasus ini tak ada yang salah, ( kecuali malingnya. ). Yohan enggak mau Ciya harus terbebani untuk memberikan ini - itu kepada Yohan,

Yohan enggak buta untuk melihat Ciya yang selalu takut ketika melihat Yohan, Yohan juga bukan orang yang akan memanfaatkan keadaan. Yohan hanya mau Ciya, lebih percaya dengan dirinya sendiri dan lebih menyayangi dirinya sendiri.


"Ciya, makasih ya. Tapi gue udah baik - baik aja kok sekarang." kata Yohan kini memberanikan dirinya untuk menatap Ciya yang sedang menatapnya bingung.

"Gue bisa usaha sendiri, tenaga gue masih kuat kok. Gue aja udah bisa naik turun tangga..."


"Makasih ya, Ci." kata Yohan kini mulai tersenyum, dengan senyuman tulus sehingga Ciya reflek untuk mengulas senyum dibibirnya mengikuti Yohan.

Ciya tersadar dirinya reflek ikut tersenyum, dirinya kini kembali merunduk lalu berucap lirih, "Maaf kak..."

"Ssssttt."


"Ini maksud gue berhenti, bukan hanya lo harus berhenti ngasih makanan ke gue. Tapi lo harus berhenti nyalahin diri lo sendiri Ci." 

ANKOS ㅡ ANAK KOSTAN! ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang