Chapter 20 - Benar-Benar Membaik

1.5K 238 23
                                    

Jeongin terkejut dengan pemandangan yang ia temukan saat membuka pintu apartementnya. Di depan sana, berdiri sesosok lelaki paruh baya juga seorang perempuan di sampingnya, yang tak lain merupakan kedua orang tua Jeongin.

"Ada apa?" tanya Jeongin dengan nada biasa, ia sama sekali tak membenci kedua orang tuanya meski mereka dulu sempat ikut menyudutkannya. Jeongin menganggap hal itu wajar, mengingat memang kesalahan terbesar berada padanya. Sudah Jeong, kau tak perlu mengingat hal itu lagi.

"Kami ingin berbicara denganmu." ucap ibu Jeongin sembari memandangan anaknya dengan pandangan sendu.

Jeongin mengangguk kemudian membuka pintunya dengan lebar, memberikan akses untuk kedua orang tuanya masuk. Jeongin tahu, mereka tak sepenuhnya membenci Jeongin, karena nyatanya, setiap bulan Jeongin selalu menerima transfer uang ke rekeningnya, Jeongin yakin kedua orang tuanya itu hanya belum bisa menerima keadaan yang ada.

Ayah dan ibu Jeongin kemudian duduk di sofa dengan Jeongin yang duduk di hadapan mereka.

"Jadi ada hal penting apa?" tanya Jeongin sembari menatap ayah dan ibunya secara bergantian.

Ayah dan ibu Jeongin terlihat saling berpandangan sebentar kemudian kembali mengalihkan perhatiannya ke Jeongin.

"Kami minta maaf Jeong."

Jeongin terdiam, ia sama sekali tak menyangka hal tersebut akan keluar dari bibir ayahnya. Pasalnya semenjak kejadian itu, ayahnya akan selalu bersikap dingin ke Jeongin, namun saat ini, setelah sekian lamanya, Jeongin kembali melihat gurat kelembutan dari mata sang ayah.

"Tunggu, kenapa kalian meminta maaf?" tanya Jeongin heran, oh ayolah, ia masih belum mengerti dengan situasi. Kenapa pula kedua orang tuanya mau repot-repot mengunjunginya kemudian meminta maaf tanpa alasan yang jelas seperti ini?

"Kami menyesal telah menyalahkanmu dulu."

"Kami benar-benar meminta maaf Jeong." ucap ibunya kemudian mulai terisak pelan. Beberapa hari yang lalu semenjak Seungmin siuman, lelaki manis tersebut selalu memaksa ingin bertemu dengan orang tua Jeongin. Mereka tentu mendatangi Seungmin dengan senang hati, merasa turut bahagia saat mengetahui kabar jika keponakan mereka sudah siuman.

Dan selama beberapa hari itu pula Seungmin selalu berdebat dengan mereka, Seungmin selalu dan terus membela Jeongin sampai pada akhirnya kedua orang tua Jeongin mengalah dan mulai membuang rasa gengsinya, memikirkan kejadian terdahulu dengan pikiran terbuka.

Itulah sebabnya kenapa mereka tengah berada di apartement Jeongin sekarang. Mereka sadar jika mereka salah selama ini.

Jeongin tak tega melihat ibunya menangis, oleh karena itu, Jeongin memutuskan untuk segera bangkit dan memeluk tubuh wanita yang telah melahirkannya itu.

"Tidak apa-apa, aku memaafkan kalian." ucap Jeongin lembut sembari mengusap air mata ibunya. Meski dulu sempat tersakiti, namun bagaimanapun Jeongin tak bisa membenci mereka, ia tak akan pernah bisa membenci kedua orang tuanya.

Mendengar ucapan Jeongin justru membuat mereka semakin merasa bersalah. Apa yang dulu mereka pikirkan sampai menyalahkan Jeongin atas kejadian yang anaknya tersebut.

"Jeongin, maukah kau pulang bersama kami?" tanya ayah Jeongin penuh harap, sudah cukup selama beberapa bulan ini Jeongin hidup secara terpisah, sekarang mereka ingin memperbaiki kesalahan yang telah mereka perbuat lalu membawa Jeongin pulang.

Tapi sayangnya, sebuah gelengan pelanlah yang mereka dapatkan.

"Maaf tapi aku tak bisa pulang ke rumah." ucap Jeongin yang penuh dengan nada bersalahnya.

Ibu dan ayah Jeongin sama-sama menatap anaknya heran.

"Tapi kenapa?"

"Aku tak bisa meninggalkan sekolah ini, lagipula, aku juga tak ingin meninggalkan seseorang yang kucintai."

"Hey Jeong ada apa dengan wajahmu?" tanya Hyunjin bingung saat melihat wajah berseri-seri Jeongin. Bukan masalah besar, Hyunjin justru bahagia melihat rubahnya tengah senang seperti ini. Hyunjin hanya bertanya-tanya penyebab yang menjadi sumber kebahagiaan Jeongin pagi ini.

"Hmm?" Jeongin menoleh kemudian tersenyum semakin lebar, baiklah Hyunjin mulai merasa takut.

"Serius Jeong, kau tak sedang mabuk angin pagi kan?" tanya Hyunjin sembari menempelkan punggung tangannya ke dahi Jeongin. Jeongin terkekeh kemudian menepis tangan Hyunjin pelan.

"Tentu saja tidak bodoh, aku hanya sedang bahagia."

"Memangnya apa yang membuatmu sebahagia ini?"

Jeongin sedikit memutar tubuhnya sampai menghadap Hyunjin yang pada awalnya duduk di sebelah. "Kau tahu, aku dan kedua orang tuaku sudah berbaikan. Mereka telah memaafkanku." ucap jeongin dengan senyum sumringanya.

Mendengar berita tersebut membuat Hyunjin turut bahagia, akhirnya sedikit demi sedikit penderitaan Jeongin berkurang dan Hyunjin sangat bersyukur akan hal itu.

"Benarkah? Aku turut bahagia Jeong." ucap Hyunjin sembari tersenyum hingga membuat matanya menghilang.

"Lalu kau tahu lanjutannya apa?"

"Memangnya apa?"

"Mereka memintaku untuk kembali ke rumah."

Nah, untuk yang satu ini Hyunjin justru terdiam, ia tak tahu harus meraskan apa saat ini. Hyunjin senang Jeongin sudah berbaikan dan akan pulang ke rumahnya, tapi bukankah itu artinya Jeongin akan berada jauh darinya?

Namun Hyunjin segera menepis pemikiran itu, ia sadar dan tak bisa egois di sini, kebahagiaan Jeongin lebih penting.

"Wah akhirnya kau pulang ke rumah. Selamat ya Jeong." ucap Hyunjin dengan senyum yang ketara sekali terlihat dipaksakan.

Jeongin yang menyadarinya kemudian terkekeh pelan, Hyunjin terlalu jelas dan mudah ditebak, lelaki Hwang tersebut pasti tidak rela jika Jeongin meninggalkannya.

"Hahaha...ada apa dengan senyummu itu Hwang?"

Hyunjin menyerngitkan dahinya. "Hah? Memangnya kenapa?"

"Apa kau tak rela aku pergi?"

"Ti-tidak juga, jika kau ingin pulang ke rumah, aku tidak akan melarang selama itu memang keinginanmu."

Jeongin tersenyum menyebalkan.

"Tak usah berbohong dan tenang saja, aku tidak akan pergi."

"Hah kenapa? Bukankah kau ingin pulang ke rumah?"

"Memang, namun aku juga tak ingin meninggalkan 'rumahku' yang berada di sini." ucap Jeongin sembari menepuk pundak Hyunjin.

"Hah?" Hyunjin terkejut dengan wajah melongonya, membuat Jeongin tertawa semakin keras.

"Sudahlah, ayo pergi ke kantin, aku sudah lapar."

Tanpa menunggu Hyunjin, Jeongin kemudian mulai melangkahkan kakinya menuju ke kantin. Tak lama Hyunjin segera tersadar lalu mulai mengejar Jeongin.

"Kau membuatku berdebar, tsk...dasar, aku akan membalasmu." gumam Hyunjin disertai dengan senyum kecilnya, berniat untuk membalas Jeongin nanti.

" gumam Hyunjin disertai dengan senyum kecilnya, berniat untuk membalas Jeongin nanti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

To Be Continue


Tertanda, 27/04/2020

Bee, gak asik ah 😩

Notebook [Hyunjeong] ✔Where stories live. Discover now