04. Epilogue

492 61 5
                                    

EPILOGUE

.

McM

.

HAPPY READING

.

AUTHOR'S POV

.

.

Huang Renjun mengatakan pada Shin Ryujin, ia telah mempertaruhkan semuanya pada takdir untuk memenangkan hati sang gadis pujaan. Bagi dia yang pernah kecewa, tentu pernyataan berlebihan itu takkan membuatnya tersenyum dan bersemu merah. Melainkan ketakutan yang lama disimpan, datang kembali tanpa diminta.

Tapi waktu berlalu, Renjun buktikan perkataannya. Pria itu tak pernah bermain dengan tanggung jawab yang dia miliki. Ryujin tak ingin menempatkan diri sebagai tanggung jawab, tapi Renjun selalu menekankan hal itu padanya. Jika kepercayaan dan perasaan Ryujin adalah tanggung jawabnya.

Ryujin bukan gadis manja yang bergantung pada jalan permainan hidup seseorang. Perlahan ia letakkan ragu itu untuk percaya pada Renjun. Membuka diri dan menerima Renjun untuk masuk dalam dunianya. Bahkan kini dia berbaur dengan cukup baik pada dunia pria itu.

"Halo Nona Shin!" sapaan hangat dari Lee Haechan disambut Ryujin dengan senyum manis.

"dr. Lee Haechan. Halo." Sapaan itu bersamaan dengan dirinya yang beranjak dari duduk.

"Tak perlu berdiri. Kenapa mau saja datang malam hari seperti ini?"

Ryujin hanya meringis mendengarnya. "Tak apa. Lagipula dia belum makan malam."

Haechan berdecak kagum. "Itulah hal paling menyenangkan memiliki kekasih. Aku pamit, Nona Shin, dr. Huang akan selesai sebentar lagi." Kepalanya menunduk sekilas sebagai salam.

Ryujin balas dengan sopan pula dan kembali duduk. Membunuh bosan, Ryujin memilih bermain game dengan ponselnya.

Langkah kaki yang didengarnya tampak diabaikan. Hingga Huang Renjun mendekat dan berada tepat di depannya, masih dia abaikan. Usapan pada puncak kepalalah yang membuat Ryujin mengangkat pandangan.

"Sudah selesai?" tanya Ryujin.

Renjun menunduk untuk menjatuhkan satu kecupan di surai merah jambu itu. "Sudah. Ayo makan." Tangannya terulur.

Waktu tiga bulan dapat membuat Ryujin terbiasa membalas genggaman tangan Renjun. "Aku ini perempuan." Ryujin tampak ingin membuka percakapan.

"Yang mengatakan kau laki-laki siapa?" Renjun lepas tawa kecilnya.

Ryujin berdecih, sebelah tangan lainnya mencubit pinggang Renjun. "Seharusnya tidak membawa seorang perempuan makan malam. Bagaimana jika nanti aku menjadi bengkak? Tubuhku penuh dengan timbunan lemak."

Renjun bawa punggung tangan Ryujin untuk diusap di pipi. "Makan malam, lalu olahraga malam." Tatap itu kini tertuju pada manik Ryujin. "Sepertinya menyenangkan."

"Mesum." Balas Ryujin cepat.

Renjun terbiasa dengan perkataan itu. Hanya kepalanya yang sedikit menunduk untuk mengecup pipi Ryujin. "Aku merindukanmu."

"Siapa yang menyuruhmu terlalu sibuk, hm?"

"Keadaan." Keluh Renjun manja.

"Izinmu berapa lama?" keduanya sudah keluar dari rumah sakit. Renjun mengatakan ingin memakan hot pot yang berada di dekat rumah sakit saja.

Point of ViewWhere stories live. Discover now