Aku Hujan dan Dia

3 0 0
                                    

Saat hujan, orang-orang selalu menanti pelangi indah saat hujan berhenti. Aku bukan orang-orang itu. Saat hujan yang aku nantikan, ya itu. Hujan... Hujan dan dia.

"Sedia payung sebelum hujan." Adalah frasa yang paling tidak digunakan mereka para penanti pelangi. Karena 'sebelum hujan'nya itu sangat sulit diketahui, yang sangat sulit dideterminasi. Sebelum hujan adalah jarak waktu antara hujan sebelumnya dan hujan selanjutnya, dan entah berapa lama jarak waktu sebelum hujan itu. Jadi solusi terbaikku adalah selalu membawa payung di waktu manapun. Seperti Nuh yang membuat bahtera tanpa tahu kapan air bah nya akan datang.

Dan harus dua. Maksudku payung yang aku bawah harus dua. Bagi yang merasa kalau ini aneh, okey mari dengar penjelasan kliseku.  Jadi begini... Sejauh yang aku ingat, aku seorang siswa SMA kelas dua, hidup sebagaimana siswa SMA seharusnya, tapi bukan aku yang menilai aku, orang-orang sekitarku,  mereka bilang sih begitu. Aku nggak mungkin bertanya ke mereka "Apa aku normal?" Karena dengan begitu aku secara instan menjelma menjadi Alien dari planet normalkahaku yang seharusnya bergaul dengan maskot kental manis yang jangan disebut lagi susu, Karena itu standar normal baru.

Sebagaimana aku bilang aku normal, itu secara instan membuat aku menjadi salah satu penanti pelangi, dulunya. Yang mana aku tidak pernah membawa payung sebelum hujan. Dan tentu saja membenci hujan, ketika dia menyombongkan kemampuannya secara tiba-tiba saat aku tengah berjalan santai. Lari cepatku adalah seperti kemampuan harian yang hanya dipakai sekali sehari, dan tadi pagi aku terlambat bangun. Aku hanya berjalan santai dan bertepi ke sebuah pondok kecil, hanya aku yang disana.

Padahal hujan adalah salah satu music terbaik untuk mengantar tidur, tapi aku memilih untuk mendengar lagu sendu lain untuk menemaniku. Aku membuat dunia musik saling melawan. Hujan, musik alami dan Mondo Grosso, musik electric modern yang bertujuan sama. Entah mereka beradu atau berpadu. Hujan x Mondo Grosso. Ehm... Dan ini bagian terbaiknya. 

Tak ada yang bisa menjawab bagaimana cinta bisa bermula, bagaimana rasa itu bisa timbul. Jika kau tanya aku, aku juga tak bisa. Tapi... setidaknya aku punya jawaban untukku sendiri, Hujan dan dia.

Seperti muncul dari horizon, dewi negeri dongeng. Negeri dimana dewinya berjalan perlahan memeluk tas anak SMA. dia muncul begitu saja seperti diciptakan oleh otoritas hujan itu sendiri. Dia bahkan berjalan jauh lebih santai dari aku, tidak angkuh, tanpa kebohongan, tanpa peduli, hanya ingin menegaskan kedewiannya. Dia tak salah. Hujan yang membawahnya dan biarkan dia bergerak bersamannya.

Saat posisi kami linier, dia  menghadapku. Aku terdiam, selayaknya seorang makhluk yang menatap dewinya, tak bisa berbuat apa-apa. Sedetik kemudian matanya berbicara kepadaku dengan tatapan yang bisa kuartikan: 'kau punya payung?'. Hanya terkagum yang bisa mataku balas sampai akhirnya waktu bertatap kita selesai dan waktu terbaikku sepanjang hidup selama 16 tahun yang bisa kuingat, berakhir. Terganti dengan suara hujan yang entah kenapa seperti keheningan kedap suara. Aku terjebak dalam ruangan tanpa bentuk kedap suara yang hanya ada aku dan penyesalan, bertiga dengan tulisan besar "KENAPA!? Kau tidak membawa payung?" yang menatap kami berganti-gantian.

Hanya ada dua masa, sebelum dia dan sesudah dia. Dia itu terang, dan sebelum dia itu kelam. Hanya dengan menatapnya, aku paham kenapa Tuhan pertama menciptakan terang.

Pertemuan itu mengubahku. Pertemuan itu membuat aku mempunyai tujuan hidup, bukan untuk menyelamatkan dunia dari serangan monster besar, tapi memayungi dia saat hujan datang. Aku putuskan untuk membawah dua payung kemanapun. Harus dua, karena aku anak laki-laki 16 tahun yang nggak mungkin sepayung berdua dengan dia, belum mampu dan tahu diri. Itu lah jawaban untuk kenapa? Klise, kan?

Aku menjadi alien. Selalu ada momen tertentu dalam hidup manusia yang mengubah mereka, bisa itu lolos dari bencana, menang lotre, pengalaman hampir meninggal dan aku... Ini. Membuatku bermetamorfosis menjadi aku yang lain.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

a little story about Me, Rain and Her.Where stories live. Discover now