8

2K 283 0
                                    

***

Seunghyun berdiri, begitu juga dengan Lisa. Meja bundar diantara mereka menjadi pembatas agar kekerasan tidak terjadi disana dan empat orang lainnya berperan sebagai penonton. Lisa menangis, namun ia buru-buru menghapus air matanya. Sedang Seunghyun yang berdiri di depannya terlihat sangat kesal. Pria itu meremas jaket yang ia bawa untuk menyalurkan emosinya.

"Untuk apa aku menangis lagi?" kesal Lisa yang baru saja mengusap air matanya. "Bahkan walaupun aku mengeluarkan darah dari mataku, kau tidak akan memahami arti tangisanku!" kesal Lisa sembari melempar tatapan kesalnya pada Seunghyun.

Jiyong berusaha menyela, namun baru saja ia beranjak bangkit, Lisa sudah lebih dulu mengeluarkan suaranya. "Dengan alasan kalau kau sibuk, kau memperlakukanku seperti sampah. Aku bilang kalau aku lebih merasa kesepian disaat kita sedang bersama! Kau memintaku agar dapat memahamimu, tapi aku tidak bisa melakukannya! Kepercayaan kita telah robek seperti plastik, dan aku muak dengan keragu-raguanmu!"

"Kau terus mengatakan kata-kata kejam, menggoresku seakan kau takkan pernah melihatku lagi. Jika kau ingin mengakhiri ini, setidaknya cobalah untuk menjadi benar-benar jahat!" balas Lisa membuat Jiyong yang hampir berdiri tegak, kembali duduk di kursinya. Jiyong merasa ia tidak boleh menyela sekarang. Mungkin dengan keributan ini, hubungan Lisa dan Seunghyun akan jadi lebih baik. Mungkin dengan keluarnya semua rasa sesak mereka, keduanya bisa kembali saling mencintai.

Namun anggapan Jiyong berbeda dengan Hyorin dan Yongbae. Kedua orang itu justru bangkit, Hyorin menyentuh bahu Lisa, hendak mengajak Lisa pergi sedang Yongbae berjalan memutar untuk mendekati Seunghyun.

"Aku tidak mabuk," ucap Lisa, menyingkirkan pegangan Hyorin pada tubuhnya. "Tolong kembalilah-"

"Seseorang harus mengakhiri ini," potong Seunghyun. Ia terdengar marah– mungkin karena Lisa membuatnya malu dengan berteriak disana, di depan teman-temannya. "Seseorang harus mengucapkan selamat tinggal. Maaf, aku tak mencintaimu lagi,"

"Benarkah?"

"Aku tak mencintaimu lagi. Benarkah? Ya, aku tidak bisa menyentuh cinta itu, aku tak dapat melihatnya, aku tak dapat merasakannya. Sikapmu membuat hatiku sakit, kau seperti awan mendung yang sangat gelap. Kita hanya membuang waktu dengan membicarakan perasaan kita seperti ini. Kau selalu mencoba yang terbaik dan aku selalu jadi yang terburuk, bukan begitu? Aku tahu kau lebih sering menahannya, kau lebih sering menangis, kau lebih kesepian. Bahkan jika kita putus, tetap akulah yang jahat dan aku tidak bisa merangkulmu sampai akhir," jawab Seunghyun, membuat Lisa meraih tas serta blazernya, gadis itu menepis tangan Hyorin dari bahunya dan melangkah keluar tanpa mengatakan apapun. "Bisakah kau membantuku untuk mengejarnya?" pinta Seunghyun dan Jiyong lantas meraih b1arang-barangnya untuk pergi menyusul Lisa seperti permintaan Seunghyun.

"Maaf aku merusak makan malam kalian," gumam Seunghyun, sementara Jiyong melangkah pergi setelah memberikan kartu debitnya pada Daesung dan meminta pria itu untuk membayar makanan mereka dengan kartunya.

Daesung menawarkan diri untuk menemani Seunghyun, sedang Yongbae dan Hyorin berpamitan untuk pulang lebih dulu setelah Seunghyun memintanya. "Pulanglah, wanita hamil tidak boleh terlalu lelah," suruh Seunghyun yang bersedia di temani oleh Daesung.

"Menurutmu apa yang terjadi pada mereka?" tanya Hyorin, dalam perjalanannya pulang bersama sang suami.

"Seunghyun hyung merasa tidak lagi terhubung dan Lisa merasa tidak dihargai," jawab Yongbae sembari mengemudi.

"Apa menurutmu mereka tidak lagi saling mencintai?" tanya Hyorin sekali lagi dan Yongbae hanya menaikan bahunya. Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana perasaan keduanya. Tadi, keduanya terlihat mabuk, namun pembicaraan mereka jauh lebih serius daripada ocehan asal seorang yang mabuk.

Sementara Seunghyun kembali minum-minum bersama Daesung dan Yongbae pulang bersama istrinya, Jiyong melangkah ke tempat parkir dimana Lisa memarkir mobilnya. Pria itu berjalan menghampiri Lisa dan mengetuk jendela mobil si gadis yang sekarang menutup wajahnya dengan blazer di kursi pengemudi.

Lisa menarik turun blazernya, melirik Jiyong yang mengetuk jendela mobilnya kemudian membuka kunci pintu mobil tersebut dan bergerak pindah ke kursi penumpang di sebelahnya. Dengan tenang, Jiyong membuka pintu mobil tersebut, ia mengambil sepatu hak tinggi yang Lisa tinggalkan di dekat pedal rem mobil kemudian memindahkannya ke kursi belakang, sementara Lisa masih merapikan roknya yang sedikit tersingkap karena gerakannya saat pindah kursi tadi. Tidak ada satu pun yang bicara sampai Jiyong masuk dan menyalakan mobil tersebut.

Jiyong mengemudi dan Lisa menatap keluar jendela setelah menyalakan GPS di mobilnya. GPS itu yang sekarang bertugas mengantar mereka pulang ke rumah Lisa, sedang si gadis hanya menatap keluar jendela dengan wajah tertekuk lesu.

"Oppa, kau tahu apa yang membuatku kesal?" tanya Lisa, sembari memperhatikan bayangan wajahnya melalui pantulan cahaya di jendela mobilnya.

"Apa?"

"Dia mengatakan hal yang sama seperti waktu itu, saat kami putus. Seolah kami baru saja putus sekali lagi,"

"Seunghyun hyung hanya mabuk, dia menyesali ucapannya-"

"Dia tidak mabuk. Dia memang banyak minum malam ini, tapi tidak cukup mabuk untuk bisa bicara sejelas itu. Dia hanya bisa menggumam saat mabuk," potong Lisa. "Aku juga tidak cukup mabuk saat mengatainya berengsek. Aku hanya... Kurasa aku marah? Karena dia tidak bertanya bagaimana hidupku, karena dia sudah tidak lagi penasaran akan pagiku, akan hariku, siangku, malamku, dia tidak lagi ingin tahu mengenaiku. Penyakit yang seperti itu tidak bisa lagi disembuhkan."

Jiyong terdiam, mencoba mencerna apa yang tengah Lisa bicarakan sebenarnya. Namun pria itu berfikir terlalu lama, ia menduga terlalu jauh.

"Apapun yang kau rencanakan mengenai hubungan kami, jangan melakukannya lagi," lanjut Lisa, memotong semua dugaan yang sudah Jiyong pikirkan. "Hubungan kami, sudah jadi penyakit yang tidak bisa di sembuhkan. Dia tidak lagi penasaran dengan apa yang ku lakukan. Aku bahkan ragu, kami bisa berteman seperti tidak terjadi apapun sebelumnya. Dia mencintaiku, tapi dia tidak lagi mencintaiku sekarang. Itu wajar-wajar saja. Mungkin sebenarnya sudah lama dia berhenti mencintaiku, sudah lama dia membuat rencana untuk pergi dariku, pelan-pelan seolah dia tidak pernah masuk sebelumnya. Hanya aku yang masih berharap ia akan kembali ke masa dimana ia masih mencintaiku, jadi bisakah kau menolongku? Untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi. Hatiku tidak cukup besar untuk duduk bersama dan menatap mata mantan kekasihku seperti malam ini,"

"Tapi sebenarnya Seunghyun hyung-"

"Tidak bisakah kau membiarkanku melepaskannya saja? Aku tidak ingin cerita cinta pertamaku berubah jadi obsesi mengerikan," potong Lisa. "Sepertinya aku tidak meminta banyak hal darimu, aku hanya memintamu untuk berhenti mempedulikan masalah pribadiku," ucapnya, membuat Jiyong tidak punya pilihan lain mengatakan iya.

Apa yang dapat Jiyong perbuat kalau sekarang baik Seunghyun maupun Lisa telah memintanya untuk berhenti menjadi jembatan penghubung diantara mereka? Ada beberapa hal yang tidak bisa Jiyong selamatkan meski pria itu ingin, hubungan baik antara Lisa dengan Seunghyun misalnya.

**"

Give Your Story A TitleWhere stories live. Discover now