3. B

26 2 0
                                    

06.30 WIB
Kamis, 30 Agustus 2019

*Lyn POV

30 menit lagi bel masuk berbunyi dan aku masih belum melihat Jesi masuk kelas.

Oh ya, sudah seminggu aku dan Farrel dekat. Memang masih terhitung waktu tapi ini benar-benar menyenangkan.

Aku tidak merasa aneh sama sekali sejauh ini, entah belum ataupun tidak. Aku berharap tidak.

Aku masih menunggu Jesi dikelas. Padahal bel masuk sebentar lagi berbunyi.

10 menit kemudian...

Jesi tiba di kelas dan disusul Farrel dibelakang yang juga menuju kelasnya.

Entah apa yang aku rasa, tapi hatiku tiba-tiba sakit. Dadaku sesak. Sampai-sampai aku tidak jadi menyapa Jesi.

Jesi duduk di kursinya, ya dia duduk disebelah ku. Kita sebangku.

"Eh, sapa kek diem mulu." Ucap Jesi, padaku.

"Oh, Hi!" Sapa ku tiba-tiba.

"Dih gitu." Katanya.

"Hehe." Tawaku, paksa.

Jesi hanya melihat wajahku, dia pasti langsung mengerti aku kenapa.

Tapi dia diam, dia dari tadi diam.

Kringggg kringggg...

Bel masuk berbunyi, Jesi masih diam.

Guru masuk ke kelas, dan kelas pun dimulai.

Jesi masih diam, tak menanyakan apapun dan berbicara apapun.

Saat disuruh mencatat, dia bergerak gusar. Entah mencari apa dia.

Ternyata dia mencari pulpennya dan tak kunjung ditemukan.

"Nih." Kataku seraya memberikan pulpen ku padanya.

"Ha?" Tanyanya.

"Aku punya dua." Kataku.

"Ah, thank's." Katanya.

"Hm."

Setelah jam pelajaran berakhir dan guru pun keluar kelas.

Aku mengajak Jesi untuk pergi ke kantin.

"Kantin gak?" Tanyaku.

"Eh iya, ntar nyusul ya." Katanya.

"Ah oke, aku duluan. Bye." Pamit ku.

Aku pergi sendiri ke kantin.

Aku membeli makanan pun sendiri.

Oiya, 2 hari kebelakang aku selalu merasa sendiri.

Entah memang aku yang terlalu perasa, atau memang aku selalu sendiri.

Jesi tak pernah mau lagi pergi ke kantin bersamaku.

Entah why.
.
.
.
Setelah membeli makanan, aku berniat mencari tempat duduk. Dan ya, terpaksa aku duduk bersama orang lain.

"Boleh ikut duduk?" Kataku pada beberapa orang di bangku itu.

"Ah tentu saja." Kata salah satu orang tersebut.

"Terimakasih." Ucapku pada mereka.

Aku meletakan makananku dimeja dan mulai duduk.

Aku memakan makanan tersebut tanpa berbicara apapun.

Aku hanya mendengarkan mereka bicara saja. Alias menyimak.

"Eh eh, tau gak? Kakak kelas kita yang ganteng itu. Siapa namanya eeee.." kata salah satu dari mereka.

"Kak Farrel?" Tanya salah satunya lagi.

Aku sedikit terkejut dan pura-pura tak peduli.

"Katanya dia deket sama adik kelas, maksudku seangkatan kita."

"Hah? Iya? Kirain gakan suka sama cewe haha. Cuek sii.."

"Nah iya haha."

"Kemaren juga mereka pulang bareng, gila sih romantis banget."

Pulang bareng? Kapan?

"Siapa sih namanya? Lyn? Eh?"

Mataku membulat sempurna, benar-benar terkejut. Aku tak merasa bahwa aku dan Farrel mengumbar kedekatan kita dan aku tak merasa kita pernah pulang bersama.

"Lyn Lyn? Oh Jesilyn ya?"

"Uhukk..Uhukk.." Aku tersedak makanan yang baru saja akan aku telan.

"Eh? Eh? Kenapa?" Kata perempuan di sampingku.

"Ahahah gapapa kok." Kataku padanya.

"Ah baiklah." Katanya.

Oh? Seriosly? Jesilyn? Bukan aku? Oh ayo lah. Aku tak bisa berpikir. Ini tak masuk akal.

"Mungkin ini hanya salah paham, mungkin mereka salah orang. Berpikir positif Lyn." Kataku dalam hati.

Aku benar-benar mencoba untuk berfikir positif.

Kringgg kringgg. .

Bel tanda masuk berbunyi. Aku bergegas menuju ruang kelas.

Dibalik itu, aku masih memikirkan perkataan orang-orang tadi.

"Oh ayolah, itu semua pasti tidak benar." Kataku pada diriku.

Aku mempercepat jalanku.

Setelah beberapa detik, aku sampai dikelas dan bergegas untuk duduk di bangkuku.

Di sana ada Jesi, malas sekali aku melihat mukanya.

"Hng no no!" Kataku sambil menggelengkan kepalaku cepat.

Setelah duduk, aku mengambil buku pelajaran ku.

Aku tak berniat sama sekali untuk berbicara dengan Jesi. Haha.

Sampai akhirnya Jesi bertanya padaku.

"Lyn? Fine?" Tanyanya.

"Fine." Jawabku, singkat.

"Really?" Tanyanya, lagi.

"Hm." Aku hanya meng-hm saja.

"Ahh, oke." Katanya.

Selang beberapa detik, aku berbicara padanya.

Tak banyak, hanya beberapa kata.

"Sepertinya kita harus bicara." Kataku padanya, seraya melihat lurus ke papan tulis.

"Tentang?" Tanyanya.

"Intinya kita harus bicara!"


******

____________________________
Gimana?
Jangan lupa voment♡
Voment itu gratis, asal ada kuota dan niat!😂

BELIVE ✔️Where stories live. Discover now