05

5.3K 493 43
                                    

05 - Sorry?



Mew  sudah tidak sabar lagi untuk bisa pergi ke sekolah setelah hampir dua pekan menginap di rumah sakit. Mew pasti sudah melewatkan banyak hal, yah tentu saja. Kaow, partnernya dalam organisasi kesiswaan kerap mengirimkan pesan pada Mew dan mengeluhkan betapa pusingnya dia menghadapi rapat-rapat kesiswaan dan masalah-masalah tidak jelas lainnya.

'Ya gusti. Mew, kamu harus segera masuk dan kita hancurkan Mawin. Semua orang serius rapat Mawin sibuk chating dengan Pak Run. Pusing. Ketua organisasi kita kelakuannya seperti cabecabean :('

'Mew? Bagaimana aku bisa mendapatkan tanda tangan ketua yayasan? Ketua yayasan itu siapa? Aku siapa? Aku dimana? Mew help!

Mew terkekeh membaca pesan yang Kaow kirim. Bisa dia bayangkan wajah gusar Kaow saat dia menghadapi saat-saat menyebalkan seperti itu.

Dan hari yang Mew tunggu tiba. Pukul enam pagi Mew sudah siap dengan seragam sekolahnya yang rapi lain dengan Gulf yang mendatangi kamar Phi nya dalam keadaan acak-acakan. Rambut yang masih basah setelah kerasmas dan kancing-kancing bajunya masih terbuma. Kedua tangan Gulf sibuk menarik celana yang nampak mulai sempit. Gulf terus menggerutu tidak jelas membuat Mew terkekeh.

"Kenapa sangat repot sih, Nong?" Mew bertanya.

"Gulf terlambat, Phi Mew!" jawab Gulf kesal.

"Itu salah Nong bermain games sampai larut," sambar Mew. "Kenapa Gulf tidak kancingkan bajunya?" Tangan Mew terulur untuk membantu Gulf mengancingkan baju seragam yang Gulf pakai. Gulf hanya diam memaku melihat tangan Mew dengan telaten mengancing bajunya. Lalu pada kancing terakhir di depan dadanya Gulf meraih kedua tangan Mew agar bertahan dengan posisi itu. Mew mengangkat kepalanya, pandangannya beradu dengan manik coklat Gulf.

"Phi, meskipun Phi lebih tua tapi tinggi kita sama hehe. Phi tahu kenapa?" tanya Gulf pelan.

"Karena Phi tidak suka minum susu penambah tinggi seperti yang Gulf mimum," jawab Mew.

Gulf tersenyum lalu tangan kanannya terulur meraih bagian belakang tubuh Mew dan membuat Mew bergerak maju.

"Karena kalau Phi lebih tinggi dari Gulf nanti Gulf sulit peluknya hehe," ujar Gulf sambil memeluk Mew akrab.

"Hehe, iya Nong."

"Phi Mew,"

"Hm?"

"Gulf menyayangi Phi Mew. Phi tahu itu kan?"

"Iya Phi tahu." Mew menarik dirinya dari pelukan dekapan Gulf lalu menatap Gulf lekat-lekat untuk beberpa detik. "Ayo berangkat. Kita kesiangan." 

Mew mengalihkan pandangannya ke arah ransel miliknya yang sudah disiapkan di atas meja lalu meraih ransel itu.

"Phi, kalau Gulf mempunyai kesalahan pada Phi Mew apakah Phi akan membenci Gulf?"

"Mungkin Phi kecewa atau marah, tapi tidak akan membenci. Karena tidak ada saudara yang membenci saudaranya, kan?" jawab Mew lugas.

Gulf mengangguk, "Err, Phi.. apakah Phi memiliki rencana meninggalkan Gulf?" tanya Gulf lagi.

"Yah, itu mungkin. Mungkin Phi harus kuliah di luar kota sehingga kita harus berjauhan."

"Berjauhan?"

"Hehe kenapa, Nong? Jarak tidak akan membuat Phi lupa mempunyai Nong nakal sepertimu. Gulf sudah besar, jangan manja lagi."

"Euh, Phi... bisa kita lebih dari ini?"

Dahi Mew mengernyit, "Huh?"

Gulf mendekarkan wajahnya Mew yang masih mematung bingung. Mata Mew mengerjap saat bibir Gulf mengecup singkat pipi Mew. Reflek Mew mendorong tubuh Gulf membuat pemuda tinggi itu terhuyung ke belakang.

𝒮𝓉𝒶𝓃𝒹 ℬ𝓎 𝒴ℴ𝓊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang