Satu

6.9K 83 3
                                    

Cerita ini gak akan panjang, mungkin 15/20 part sudah tamat, dan kemungkinan tidak ada sequel.

••••••

"Jadi kalian sudah menentukan tanggal yg tepat untuk pernikahan kalian?"

"Belum, Kami masih bingung mau ditanggal berapa"

"Ah gini saja, Kan sebentar lagi qiana ulang tahun. Jadi pernikahan kalian dihari ulang tahun qiana, gimana?"

"Sebulan lagi"

"Iya"

"Boleh, Qiana gimana?"

"Aku ikut kak Arion, kak Arion setuju, aku setuju"

"Oke, tanggal pernikahan sudah, tinggal gaun, gedung dan undangan?"

"Iya"

"Ya sudah biar itu urusan mama dan papa"

Qiana mengangguk setuju dan menatap Arion yg berada disampingnya.

"Kak, aku mau bicara sama Kakak berdua" Arion menoleh ke Qiana dan setelah itu mengangguk meng-iyakan.

Mereka berdua berjalan kearah taman belakang rumah Qiana, mereka berdua duduk di ayunan yg berada di sana.

"Mau bicara apa?"

"Kakak tunggu sebentar, Aku mau kekamar sebentar" Arion mengangguk, Qiana langsung pergi menuju kamarnya.

5 menit kemudian.

"Kak" Arion menoleh dan menatap Qiana yg sedang memegang sesuatu ditangannya.

"Kenapa qi?" Qiana menyodorkan benda tersebut, dan ternyata itu surat.

"Ini apa?" Arion menatap kertas tersebut bingung.

"Kakak baca aja" Arion mengambil dan membuka surat tersebut.

Qiana menatap Arion takut-takut.

"Maksud kamu, kamu dapat beasiswa S2 di Harvard university?" Arion menatap Qiana tak percaya.

"Qiana dapet itu dari dua Minggu yg lalu, cuma qiana takut kasih tau kakak. Takut kakak ga izinin qiana lanjut S2 ke Harvard" Qiana menundukkan kepalanya takut, dia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara tangisannya.

Arion menghela nafasnya, dan memandang kedepan. Qiana menatap Arion yg sedang memandang kedepan.

"Kalo kakak gak izinin qiana juga, qiana gapapa. Qiana juga gak mau jauh dari kakak, tapi..."

"Tapi itu universitas impian kamu kan?" Arion melanjutkan ucapan Qiana, Qiana menundukkan kepalanya lagi, dan tak menjawab ucapan Arion.

"Sini" Arion menepuk kan pangkuannya, Mengisyaratkan untuk Qiana duduk di pangkuannya.

Tanpa ragu Qiana duduk di pangkuan Arion dan mengalungkan tangannya ke leher Arion.

"Kakak izinin kamu" Qiana menatap Arion terkejut.

"K-kakak serius?" . Tanya Qiana tak percaya kemudian Arion mengangguk, sembari memeluk pinggang ramping Qiana.

"Gak mungkin kakak ga izinin kamu sayang, masuk Harvard university itu kan impian kamu. Dan sekarang impian kamu sudah terkabul gak mungkin kan kakak ga izinin kamu"

"Tapi kak, nanti kita akan jauh" . Qiana menatap sendu Arion, Arion tersenyum dan mengusap pipi Qiana.

"Gapapa, 4 tahun mungkin kakak bisa nunggu" Arion berusaha meyakinkan Qiana untuk tetap melanjutkan S2 nya di Harvard university.

Qiana mengangguk dan memeluk leher Arion, Arion mengelus punggung qiana lembut.

"Kakak pulang yah" Arion melepaskan pelukan Qiana, Qiana mengangguk dan berdiri dari pangkuan Arion.

"Qiana antar kedepan" Arion tersenyum dan mengangguk.

Mereka pergi dari taman dan menghampiri mama Qiana yg sedang sibuk menulis sesuatu.

"Mah" Qianti, mamah Qiana menoleh ke arah Qiana dan Arion.

"Ada apa?"

"Arion mau pulang"

"Ouhhh" Qianti berdiri dan berjalan kearah mereka.

"Arion hati-hati dijalan, salam buat mama kamu" Arion mengangguk dan menyalami tangan Qianti.

"Iya Tante, Arion pamit Tante" Qianti tersenyum maklum karena Arion belom terbiasa memanggil dirinya mama.

"Ayo kak" Arion mengangguk dan meninggalkan qianti di ruang keluarga sendirian.

"Kakak pulang dulu yah" Qiana mengangguk dan tersenyum.

Arion memasuki mobilnya dan keluar dari pekarangan rumah Qiana.

Setelah itu Qiana masuk kedalam rumah, dan melihat mamah nya yg masih sibuk dengan urusannya.
Qiana tidak peduli dan melanjutkan tujuannya ke kamar.









•••••••••

TBC. Jan bnyk" ntar gumoh

My perfect Family [END]Where stories live. Discover now