Tay sedang berada di parkiran dan mulai bersiap untuk mengendarai motornya, dia tidak sadar saat Pak dosen Wan memperhatikannya dari belakang, tay menancap gas motornya melaju dengan sangat cepat. Dari kejauhan Tay melihat truk kargo besar melaju melintasi jalanan di depannya dan segera dia menarik rem motornya untuk menunggu truk itu lewat. Namun sesuatu yg aneh terjadi, rem motornya tidak berfungsi dan motornya sama sekali tidak melambat. Saat jaraknya sudah mendekati truk tersebut, refleks tay memiringkan motor dan badannya 160 derajat agar dapat melewati bagian bawah truk tersebut, namun helmnya terpental karena terkena bagian bawah truk itu. Setelah melewati truk itu, tay dengan sigap mengembalikan posisi motornya mengepot kearah berlawanan dan motornya pun terhenti. Tay merasa bingung namun lega dalam satu waktu setelah kejadian tersebut, dia menghela nafas dan menghembuskannya pendek.
Tay POV
"Kau beruntung karena bereaksi cepat, jika tidak kau akan berakhir mati, atau koma jika dengan kecepatan normal. Kedua kabel rem mu sudah diputus. Apakah ada seseorang yg menyimpan dendam padamu?" p'boy bertanya padaku. P'boy adalah temanku, dia seorang montir dan bengkel motornya adalah langganan ku.
"Terlalu banyak untuk kuhitung" jawabku.
"Tsk, kau harus lebih berhati-hati. Oiya, apa kau masih ikut balapan?" Tanya p'boy lagi padaku.
"Motorku berada di luar jangkauanku dan aku tidak punya uang, bagaimana aku bisa ikut balapan?" jawabku sembari menarik kursi dan duduk di kursi itu.
"Apa kau bertengkar dengan ayahmu lagi?" Tanya p'boy masih berkutat dengan motorku.
"Begitulah" aku menjawab dengan singkat.
"Aku tidak pernah bisa sejalan dengannya, dia selalu melarangku untuk mengendarai motor" aku menjawab dengan senyum paksaan.
"Dia hanya mengkhawatirkan mu, kenapa tidak kembali ke rumah mu saja?" Tanya p'boy lagi.
"Pulang? Aku bisa gila jika aku pulang ke rumah" aku tersenyum kecut seraya menjawab.
"Bukankah kau memang sudah gila?" seru p'boy.
"Benar juga" jawabku sambil terkekeh.
*
*
3rd POV
Keesokan harinya pak dosen wan sedang berjalan dengan botol minumnya sembari menjawab sapaan para mahasiswa padanya.
"Selamat pagi pak, sepertinya kau memiliki lebih dari satu topeng dan orang-orang tidak tau itu" Tay datang dari belakangnya sambil merangkul, tangan kiri tay memegang bahu pak wan lalu menarik tubuh pak wan dengan paksa kearah tangga yg sepi dari lalu lalang.
"Apa yg kau bicarakan?" tanyanya pada tay.
"Jangan berpura-pura, aku hampir saja berakhir di rumah sakit" jawab tay Diatas tangga tay memposisikan dirinya dibelakang pak wan dengan kasar, sehingga posisi pak wan menghadap kearah turunan bawah tangga tersebut. Botol minum yg dipegang pak wan pun terlempar menuruni tangga itu.
"Beruntungnya, aku sangat menyukai sesuatu yg menantang yg dapat menguji adrenalin, tapi pak wan, jika kita sedang bermain kenapa tidak sampai selesai saja?" Tanya tay berbisik dari dibelakang pak wan, sambil bermain-main dengan tubuh pak wan, dia mendorong-menahan Pak wan dari belakang. Wajah pak wan terlihat takut dan tegang.
"Jika itu aku, aku pasti akan menyelesaikan permainan itu" tay masih bermain-main dengan tubuh pak wan, tiba-tiba dia memengeratkan tangannya pada kedua sisi bahu pak wan dan hendak mendorongnya kebawah, pak wan menahan sebisa mungkin agar dirinya tidak terjatuh, lalu tay pun melepaskan tangannya dari pundak itu. Setelah itu berjalan menuruni tangga, lalu berbalik dan mendongak menatap pak wan yg masih syok.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love within Tragedy [TayNew]
Fiksi PenggemarKisah seorang lelaki (Tay Tawan) yang tidak pernah memiliki keseriusan semasa hidupnya. Di pikirannya hanya ada balapan, taruhan, dan wanita. Lalu dia dipertemukan dengan seorang lelaki (New Thitiphoom) yang memiliki ketakutan bersosialisasi dengan...