Bagian 7

1.5K 126 4
                                    

"Kau benar ... " Hinata memandang dan memperhatikan setiap sudut rumahnya ia membayangkan Ayah, Ibu dan adiknya sedang berlalu lalang di dalam rumah "kau tahu hal apa yang paling aku sukai di dunia ini?" ucap nya melanjutkan lalu Naruto hanya memperhatikan wajah Hinata dengan serius tanpa bertanya atau menjawab ucapannya. "Aku suka sekali dengan kesibukan ... ketika aku sibuk aku merasa lupa bahwa aku hanya sendiri dan tidak memiliki siapapun didunia ini... tetapi ketika kesibukan itu berhenti aku akan teringat kembali akan kesunyian yang aku alami... selama 24 jam aku selalu berusaha untuk mencari pelarian agar tidak tenggelam dalam kesendirian apapun aku lakukan dari mulai bertemu teman-teman dan mencari kesibukan lain sampai akhirnya... di kala malam menjelang kesunyian itu tetap saja datang" ucap Hinata lirih dengan mata yang berkaca-kaca keheningan sangat terasa ketika hinata berhenti mengeluarkan suara ia tetap melanjutkan ucapannya walau naruto tidak mengeluarkan satu kata pun.

Naruto melihat ada kesedihan yang mendalam di mata Hinata, mata itu memancarkan kesedihan juga kehampaan yang tersirat.

"Apa yang terjadi dengan mereka?" Tanya Naruto pelan hinatapun kembali menatap mata biru Naruto

"Saat itu usia ku 15 tahun kami sekeluarga mengalami sebuah teragedi memilukan, mobil yang kami tumpangi mengalami kecelakaan hingga masuk ke jurang Ayah dan Ibuku tidak bisa diselamatkan bahkan mereka meregang nyawa ditempat kejadian, aku dan Hanabi adikku yang masih berusia 8 tahun selamat mulai saat itu aku dan Hanabi hidup berdua, kami saling mengasihi dan saling menyayangi karna memang hanya tinggal kami berdua tetapi..." hinata menundukan kepalanya ia menutupi matanya yang berkaca-kaca seketika setetes air mata turun membasahi pipi chuby nya "...tidak lama dari itu hanabi menyusul Ayah dan Ibu karna sakit yang ia alami"

Hening suasana saat itu benar-benar hening ketika hinata menghentikan suaranya, Naruto hanya bisa terdiam ia hanya tidak ingin membuat Hinata semakin sedih jika ia terlalu banyak bertanya, saat setetes air mata turun dari mata indah itu Naruto merasakan hal aneh kenapa dadanya begitu sesak ketika melihat wanita di depannya menangis entah Naruto pun tidak mengerti kenapa ia merasakan perasaan ini apa karna ia hanya merasa empati atau ada hal lain.

"Haha aku jadi menangis padahal kita sedang makan ya.." ucap Hinata, ia memaksakan untuk tersenyum bahkan suara tertawanya sangat jelas terdengar kalau itu sangat di buat-buat. Hinata hanya tidak ingin membuat suasana menjadi haru ia juga sebenarnya ragu untuk bercerita dengan Naruto apa lagi menceritakan masalah pribadinya.

"Aku jadi membuatmu tidak napsu makan.. aku memang bodoh" ucap Ninata pelan tapi ia lupa untuk menghapus air matanya hingga membuat Naruto mengulurkan tangannya untuk menghapus air mata di pipinya.

Di sentuhnya pipi chuby Hinata, ia menggunakan ibu jarinya untuk menghapus sisa-sisa air mata itu seketika tubuh hinata membeku ia tidak dapat berkata apa-apa seketika itu pipinya merona, ia merasakan kehangatan sentuhan Naruto begitu juga Naruto ia merasakan kelembutan wajah Hinata bukan hanya Hinata yang tubuhnya membeku narutopun sama, untuk sejenak mereka saling memandang satu sama lain bahkan terasa berat untuk berkedip sampai notif pesan di ponsel hinata membuat mereka tersadar akan posisi mereka sekarang.

Hinata langsung memalingkan wajahnya begitupun Naruto yang menjauhkan wajahnya dari posisi tadi terlihat semburat merah dipipi keduanya untuk sesaat keduanya sama-sama bungkam hingga naruto membuka suaranya untuk mencairkan suasana.

"Emmhh Hinata..." ucap Naruto dan di jawab gumaman oleh Hinata.

"Ini sudah malam aku pamit dulu" ucap Naruto lagi dan langsung berdiri.

Naruhina : The Cry Of The SunWhere stories live. Discover now