49

3.1K 203 280
                                    

[fine - Taeyeon]

Some clues : lagu ini jadi salah satu sumber inspirasi cerita ini dibangun, baca liriknya biar tahu gimana lanjutannya, my ex boyfriend selesai di wattpad karena lagu ini.

***

Detik demi detik berlalu, musim mengembus angin berbeda setiap berganti, dan aku yang masih menjadi diriku sendiri usai satu tahun berlalu.

Waktu kujalani dengan biasa. Tidak ada yang spesial. Aku tidak mengubah diriku. Juga in- gatanku semenjak dia pergi.

Aku tidak bohong kalau sosok Kim Taehyung masih melekat dalam diriku. Menempel begitu sempurna layaknya tak memberi kuasa agar aku melupakannya.

Jadi di sinilah aku. Masih berdiri di tempat yang sama, dengan perasaan yang sama, menunggu waktu kami tiba kembali seperti keajaiban. Tempat dimana saat pertemuan kami pertama kali.

Mataku mengedar ke seluruh kafetaria. Aku duduk di bangku yang sama persis Taehyung tem- pati kala itu. Tempat ini sama sekali tak ada perubahan. Entah apa yang membuatku melakukannya hingga selama setahun aku selalu memilih bangku ini jika kemari.

Kami sudah putus namun lucunya aku tidak bisa berpaling darinya. Sampai teman-temanku sela- lu menjodohkanku dengan teman prianya, dan apa yang kulakukan adalah hanya menyakiti hati mereka.

Rasanya makin jenaka kalau mengingat dia menyuruhku mencari pria lain namun aku masih memberontak enggan.

Situasi berbalik. Terkadang aku ingin menertawai diri sendiri. Karena kini aku yang menduduki posisi Taehyung. Aku yang menunggunya.

Tapi apa Taehyung juga melakukan hal yang sama atau dia sudah menemukan orang lain meng- gantikan sosokku?

Sebab semenjak hari itu semuanya hilang. Taehyung hilang, nomornya tidak digunakan lagi, so- sial medianya lenyap.

Anggapanku adalah, dia telah memulai hidup baru sebagai orang baru dengan sesuatu yang baru juga tentunya sosok baru untuk berada di sisinya sepanjang hidup.

Jika benar itu terjadi, maka aku akan benar-benar berhenti. Berhenti menunggunya, berhenti mencarinya, merindukannya dan melenyapkan rasa cintaku. Sebab aku harus sadar bahwa kami sudah tidak berhubungan apapun lagi.

Melepasnya adalah yang terbaik sembari memperbaiki hidup meninggalkan angan-angan saat kami masih bersama.

Juga perlu diketahui kalau aku pun berusaha melupakannya karena anggapan tersebut. Berkali- kali menyerah. Banyak kali lelah. Dan pernah satu kali memutuskan membencinya.

Katakan saja aku egois. Dia—Taehyung mencariku bertahun-tahun sementara aku baru rasakan setahun.

Nyatanya, menunggu memang tidak pernah menyenangkan. Apalagi menunggu dia kembali. Rasanya mustahil. Tapi harapanku masih memegang teguh bahwa kita akan bertemu suatu hari.

Jika dia bilang dia bukan orang baik, maka aku pun sama, aku orang jahat.

Aku ingin melepasnya. Aku ingin melupakannya dan memulai hidup baru. Dan niatanku tersebut selalu kucoba. Meski kenyataannya tidak semudah itu. Aku belum bisa.

Selalu seperti itu. Sulit.

Sesaat kemudian irisku berpaling pada gedung-gedung di depanku.

Di tempat ini banyak sekali menorehkan cerita. Dari pertemuan pertama, kedua, hingga malam menyesakkan itu. Bangunan rusak itu pun sudah berdiri kokoh, terawat dan dipakai.

Aku beranjak dari kursi mengemas minumanku dan tas tentengku sebelum aku berderap meninggalkan tempat ini.

Satu tepukan membuatku menjengit tatkala mendarat di pundakku.
“Hai,” sapanya.

Aku membalas, “hai…” sembari merapikan poni yang tersingkap angin.

Kemudian ia mengelus rambutku yang telah kupotong sebahu baru-baru ini. “Aku baru tahu kau potong rambut.”

“Bagaimana? Bagus? Apa aku terlihat cantik?”

“Hmm. Kau cocok dengan ini, cantik sekali.” Seongwoo tersenyum manis sembari jari-jarinya memainkan ujung rambutku.

“Eiy…” Aku mendorong dadanya tersipu. “Jangan begitu. Nanti kalau aku terbawa perasaan bagaimana? Hatiku ini terlalu lemah, Oppa,” kataku dramatis, memegangi dada kiri. “Nanti aku makin suka padamu.”

Alih-alih merespon baik, Seongwoo malah menjauhkan diri. “Jihyun, aku tahu kau gagal move on, tapi tidakkah kau pikir tindakanmu jadi aneh? Kau… mengerikan,” ucapnya.

Wajahku sontak menekuk. Aku mengusap ujung mata seolah-olah sudah menitikkan air mata. “Yaaa, setidaknya hiburlah aku. Tidakkah kau pikir hidupku menyedihkan sejak hari itu? Diting- galkan oleh orang yang kucintai.”

Seongwoo mendesah jengkel. “Makanya berusahalah cari dia.”

“Oppa, kau tidak tahu aku nyaris stres karena berusaha untuk itu,” potongku lebih lantang darinya.

“Kau kurang berdoa. Karena usaha harus dibarengi doa,” ujarnya, jangan lupakan gerakan tan- gan sok bijaknya. “Kau pikir saja usahamu bagaimana. Sedikit-sedikit mengeluh, ngomel- ngomel, nangis, marah, kapan mau ketemu. Coba jadikan Taehyung panutanmu, dia malah menunggumu lebih dari setahun. Harusnya kalau kau cinta dia, lakukan hal yang sama,” ocehnya terdengar seperti gemuruh.

Aku makin tersudut. Bibirku jadi melengkung sedih.

Seongwoo melirik dan memelankan suaranya. “Ya ampun, Jihyun, aku memahami ini menyed- ihkan, sekali. Jadi selalu semangati dirimu sendiri. Menunggu memang tidak pernah me- nyenangkan.”

“Oppa…” isi kepalaku tiba-tiba mengeluarkan pemikiran ini, “kalau aku berhenti bagaimana?”

Ia mendelik, “Eiy, kenapa?”

𝘔𝘺 𝘌𝘹 𝘉𝘰𝘺𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥 (✔) [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now