Lembar 15

755 79 29
                                    

    1451, Joseon.

    Satu tahun setelah kematian Raja Sejong sekaligus menandai satu tahun pemerintahan dari Raja Munjong, putra sulung Raja Sejong yang mengambil takhta setelah kematian sang ayah.

    Joseon tanpa Sejong. Sekilas tak ada yang berbeda, hanya kursi Kekaisaran yang telah berpindah tangan. Joseon yang masih terlihat sangat damai pada kenyataan sangat berbeda dengan apa yang kini tengah terjadi di dalam istana Gyeongbok sendiri yang tengah melawan para pemberontak yang berniat menggulingkan Raja Munjong dari takhta yang bisa di katakan baru seumur jagung.

    Menjauh dari dari Ibukota, menepi pada pedesaan dengan aktivitas-aktivias kecil yang di lakukan oleh rakyat dari kalangan bawahan. Berhenti pada sebuah Kuil yang berdiri kokoh di tengah hutan yang berada di perbukitan bagian selatan.

    Pagi yang begitu damai, memberikan ketenangan pada siapapun yang memilih untuk bernaung pagi itu. Burung-burung kecil yang melompat-lompat di halaman seakan tengah mencoba menarik perhatian dari sang Tuan Muda yang saat itu berdiri di pinggir halaman Kuil. Membiarkan dedaunan yang menempel pada ranting menunjukkan kesetiaan mereka yang mencoba untuk melindunginya dari cahaya matahari yang mencoba menerobos dari celah yang tercipta.

    Wajah tenang dengan rahang yang tegas yang mampu menampilkan kesan dingin dan arogan. Dialah Putra Mahkota Lee Sung, putra sulung dari Raja Munjong yang kini tengah melakukan kunjungannya pada sebuah Kuil yang jauh dari Ibukota bersama sang istri, Park Hwagoon. Wanita muda yang ia persunting ketika ia berusia tiga belas tahun dan telah menemaninya hingga kini ia yang berusia tujuh belas tahun.

    Waktu yang terus berlalu, menjadikan bocah kecil di hari yang lalu kini telah menjadi sosok yang lebih dewasa dan semakin rupawan. Dan jangan lupakan kebijaksaannya yang membuat orang-orang yang bertemu dengannya merasa segan. Namun sikapnya yang begitu dingin sering kali membuat orang-orang mengira bahwa dia adalah orang yang kejam.

    Semilir angin menyapa pendengarannya, membawa sepasang kaki datang mendekat dengan pandangan yang lebih tertarik dengan apa yang berada pada ujung sepatunya. Seorang Kasim datang menghadap, berdiri di balik punggungnya dengan kepala yang tertunduk dalam.

    "Putra Mahkota."

    Lee Sung berbalik, menatap tanpa perasaan ke arah pria paruh baya yang telah melayaninya dalam waktu yang cukup lama, Kasim Seo.

    Kasim Seo kembali berucap, "tandu sudah siap, kita bisa memulai perjalan sekarang."

    "Panggilkan Putri Mahkota."

    "Ye, Putra Mahkota."

    Kasim Seo undur diri, meninggalkan sang Putra Mahkota untuk bergegas memanggil sang Putri Mahkota yang kini masih berada di dalam Kuil. Sedangkan Lee Sung, dia berjalan menghampiri para prajurit yang sudah siap dengan tandu dan juga beberapa kuda.

    Lee Sung mendekati salah satu kuda dan saat itu juga Hwagoon keluar dari dalam Kuil bersama dengan Kasim Seo dan juga beberapa Dayang yang turut berjalan di belakang wanita cantik tersebut. Setiap langkah kecil yang di ambil oleh Hwagoon untuk menuruni anak tangga tak pernah sedikitpun luput dari tatapan dingin Lee Sung, hingga wanita cantik itu sampai di hadapannya dengan kepala yang sekilas tertunduk sebelum tatapan teduh itu di pertemukan dengan tatapan dingin sang suami.

    "Kita pulang sekarang." sebuah kalimat terucap tanpa ada basa-basi.

    Sekali lagi, wanita muda itu menundukkan kepalanya sebelum memasuki tandu yang telah di siapkan bersamaan dengan Lee Sung yang manaiki kudanya. Sekilas menoleh ke belakang untuk memastikan bahwa Hwagoon telah masuk ke dalam tandu, Lee Sung lantas menjalankan kudanya. Membimbing semua langkah untuk mengikutinya.

[Daily Update Fizzo] LOST IN THE DYNASTY : THE LOST SOULWhere stories live. Discover now