4. Just a Game

2.4K 146 2
                                    

Warning: JenLisa gxg and 18+!!!
😂✌🏻

Enjoy and Happy Reading!!!
.
.
.
.

Jennie melotot. Lembaran terakhir kertas karton kecil milik wanita yang duduk didepannya jatuh ke tengah kasur bersprei putih.

Wanita berambut pendek sebahu itu mengangkat tangan tinggi-tinggi. Karena tak bisa berteriak ia hanya meringis bangga penuh kemenangan. "Yoshaa!" Teriakan yang malah pantas disebut bisikan volume tinggi memenuhi kamar tidur.

Jennie merubah raut wajahnya yang jelita jadi terlihat kusut. Dengan sedikit malas ia menata kembali puluhan kartu yang bercecer dan menjadikannya satu tumpukan utuh.

Tatapan matanya yang biasanya lembug terlihat menggelap. Karena dendam, barangkali?

"Berhenti menyeringai seperti itu. Apa maumu Lisa?"

"Hee,,,, kau lupa atau pura-pura lupa?" Suara serak seduktif mengalun dari bibir wanita eksotis dihadapannya. Wanita bernama Lisa itu bergerak maju. Memotong jarak yang memisahkan tempat mereka mendudukan diri diatas kasur. Wajahnya yang pertama maju. Mendekati wajah Jennie yang mulai bersemu.

Kelopak perempuan itu terkatup erat dengan belahan bibirnya terbuka kecil. Bersiap menerima apa yang akan si wanita lakukan padanya.

Lisa baru menyentuh dagu lancip perempuan berkulit putih itu. Alisnya mengernyit bingung saat bibir yang jadi pusat perhatianya nampak megap-megap kecil sambil bergerak maju. Ia terkekeh dalam hati. 'Ada yang sudah tak sabar rupanya, tapi...'

Lisa melabuhkan bibirnya dibibir peach si wanita. Menyesap dalam-dalam rasa manis dan kenyal itu. Bagai candu yang harus ia dapat detik ini juga guna bertahan hidup. Ia menyapu bibir itu dengan lidahnya. Si perempuan dari raut wajahnya terlihat pasrah, mati-matian menahan. Saat stimulasi menggoda itu ia tak diijinkan untuk membalas, bahkan merespon. Sesuai peraturan dan karena itulah jadi semacam siksaan baginya. Mati-matian memendam hasrat untuk mencumbu balik.

Akh! Terkutuklah permainan kartu ini! Terkutuklah kesepakatan yang mereka buat untuk taruhan! Dan terkutuklah kemampuan mencium Lisa yang kelewat hebat!

Setelah beberapa detik yang menurut Lisa. Wanita itu memundurkan wajahnya.

Jennie mendengus penuh benci. Membuang wajahnya yang tertinggal jejak rona merah pekat.

"Jangan merengut. Kesepakatan tetap kesepakan, kan?" Lisa menyeringai lebar. Dan bagi Jennie, seringai itu seperti seriangan licik dari seekor siluman rubah.

"Berikutnya aku yang akan menang!"

"Hoo hoo hoo kau sudah mengatakan itu delapan kali, tapi sejak tadi aku terus yang mendapatkan hadiahnya. Lihat saja bibir dan lehermu itu." Jennie dengan raut tegas men-shuffle tumpukan kartu ditangannya. Sambil melakukan kegiatan itu ia mengajukan satu kata. "Bibir!"

"Leher," timpal Lisa santai.

Tangan putih itu bergerak lincah membagi kartu hingga masing-masing mendapat sepuluh lembar. Satu kartu terbuka ditengah-tengah dan sisanya diletakan masih dengan tertumpuk.

Satu persatu pemain itu menjatuhkan kartu sesuai warna, atau angka yang tertera dari kartu yang baru dijatuhkan. Tak jarang juga mereka menambah jumlah kartu mereka dengan mengambil dari tumpukan yang tersedia hingga mendapat kartu yang sesuai.

Beberapa menit permainan itu hampir mencapai puncak. Masing pemain memegang dua kartu. Jennie menorehkan senyum kemenangan. Menjatuhkan salah satu dari dua kartunya. Ia makin girang saat mimik wajah Lisa terlihat agak panik.

Namun sedetik kemudian wanita itu menggeleng. Hah? Apa dia menyerah? Tentu saja tidak. Lisa tidak akan pernah menyerah.

Ia membuat cengiran lebar khasnya dan membuang dua kartu sama secara bersamaan. Berwarna hitam dengan angka 4+ disana.

OneShoot StoryWhere stories live. Discover now