Part 3

21 1 0
                                    



Aku tidak percaya kini gadis itu berdiri tepat di depanku, jantungku selalu berdetak lebih cepat saat di dekatnya seperti ini, telapak tangan dan kakiku seketika menjadi dingin bagai es batu yang baru di keluarkan dari lemari es.

Kakak kelas yang bernama Melda tiba-tiba menghampiri Risya, tidak tahu apa yang dia bisikan kepada Risya namun dari raut wajahnya terlihat sangat membenci Risya.

"Kalian baris disini." Tiba-tiba Arka berteriak memanggil kami untuk menghampirinya yang cukup jauh dari kelompok lainnya.

Kami semua segera berlari menghampirinya dan berbaris tepat didepannya. Aku mencoba memperhatikan Risya secara diam-diam, wajahnya berubah seakan tidak nyaman berada di dekat kami. Tentu saja tidak nyaman hanya dia wanita satu-satunya dikelompok Kami.

"Siapa nama kamu?" Arka bertanya kepadaku dengan wajah yang sangat sinis, jujur aku tidak pernah suka dengan ekspresi wajahnya yang berlebihan seperti itu.

"Sigit," jawabku singkat dan menatap matanya, Arka memperhatikanku seakan dia tidak menyukaiku sama sekali.

Kemudian Arka berjalan sedikit dan bertanya kepada pria berkacamata tepat berada disampingku, "lalu kamu?"

"Saya Galuh Kak." Pria itu berkata dengan nada yang lemah lembut, lebih lembut dari seorang wanita. Cihh aku baru tahu jika ada pria semacam ini.

"SIAPA? Saya tidak mendengarnya, apa kamu dengar apa yang Dia ucapkan." Arka berteriak dengan lantang dan menunjuk kearah Risya seketika membuat pria berkacamata itu sedikit takut dan bergetar. Risya hanya menggelengkan kepalanya denga wajah yang ketakutan.

"GALUH KAK." Tidak disangka pria berkacamata itu mengeluarkan suara lantang meski dengan mata harus terpejam dan tangan mengepal.

"Bagus, jadi pria jangan lembek, lalu kamu?" ucap Arka sambil menepuk pundak Galuh dengan nada menyindir, Arka melanjutkan ke pria di samping Galuh.

"Rian Kak," ujar Rian yang tidak lain adalah musuhku saat di sekolah menengah pertama.

"Lalu kamu?"

"Kholis Kak," ucap pria di samping Rian, pria berkulit putih bersih dengan rambut pelontosnya.

"Dan kamu jangan karena kamu disini wanita satu–satunya kamu bisa bermanja-manja ya. Siapa nama kamu?" Arka bertanya kepada Risya dengan nada tinggi namun, dilihat ari tatapan matanya sepertinya Arka menyukai gadis itu.

Gadis itu menjawab dengan tegas, "Saya Risya Kak." Bola mata Mereka bertatapan sangat lama rasanya ingin aku mencongkel kedua bola mata Arka agar tidak bisa menatap gadis itu lagi.

"Ok kita akan membuat tenda disini, nanti kita akan tidur satu tenda." Arka melemparkan tenda kearah kami seperti memberi kode bahwa kalian harus mendirikannya.

"Tidur satu tenda Kak? Lalu bagaimana dengan saya?" Risya bertanya dengan wajah terkejut, bukan hanya dia, aku juga terkejut mendengar ucapan Arka. Yang benar saja kami ini pria semua sedangkan Risya wanita sendiri bagaimana mungkin dia harus tidur diantara Kami.

"Iya, jika kamu tidak mau atau keberatan kamu bisa tidur diluar," ucap Arka Sinis sambil berkaca pinggang membuat Risya langsung menundukan pandaangannya.

Akhirnya kami mencoba mendirikan tenda, ini bukan hal sulit bagiku seorang pendaki, tetapi tidak dengan Risya, dia terlihat sangan kebingungan dengan pekerjaannya. Aku menghampiri dia dan berniat membantunya namun aku tidak pandai untuk berbicara, aku bingung kata apa yang harus diucapkan kepada gadis itu. Sudahlah aku langsung mengambil alih tugasnya itu tanpa banyak bicara. Wajahnya seketika terlihat senang karena terlepas dari tugasnya yang membuatnya pusing.

Saat Cinta Tak Harus Memiliki ( Sigit Diary's)Where stories live. Discover now