Spektrum: Jingga

339 30 2
                                    

Akhir-akhir ini ada yang berbeda dari Youngmin.

Semenjak terungkap bahwa Donghyun hamil—sang direktur lebih protektif, sensitif. Pembawaannya yang ceria masihlah ada, meski semakin jarang ditunjukkan. Semua apapun yang menurutnya membahayakan sang sekretaris dan baby Daehwi, menjadi hal yang saklek untuk ditoleransi, menurutnya.

Hal itu jelas membuat heboh seisi perusahaan. Kehamilan Donghyun semakin besar dan perubahan Youngmin yang berbanding jelas terbalik dari imejnya, serta betapa ia protektif pada sang sekretaris ketika terlihat di luar ruangan kerjanya memberikan gosip-gosip kurang mengenakkan. Youngmin memang tidak menyadari, sebab jikalau di kantor, ia hanyalah keluar dari ruangan ketika ada pertemuan dan inspeksi. Tetapi Donghyun yang sebagai sekretaris, tangan kanan Youngmin yang memang mengharuskan wara-wiri ke banyak departemen, gosip ini sudah masuk ke telinganya hingga bosan. Mau menanggapi juga untuk apa—yang ada malah memperkeruh.

Dari awal juga sang sekretaris memang memiliki perjanjian dengan lelaki dua setengah dekade itu untuk merahasiakan pernikahan mereka. Donghyun ingin berkarir dengan tenang, tanpa bayang-bayang suaminya.

Affair dengan direktur, pregnant by accident, bayi gula, hingga pelacur pun menjadi julukannya tanpa ampun. Mungkin karena Donghyun juga berpikir itu adalah sesuatu yang harus ia tanggung sebab merahasiakan semuanya—akhirnya bungkam. Selama bayinya baik-baik saja, rasanya tidak ada yang perlu dirisaukan. Youngmin? Ah, memang banyak yang mengejar sang atasan, tapi untuk apa ia khawatir.

Youngmin itu budak cinta.

Donghyun rasa-rasanya menjelma menjadi orang paling sabar seantero Korea Selatan. Bulan kedelapan, bump ia makin terlihat dan memang seharusnya segera istirahat, mencari ketenangan. Tapi pada dasarnya, nyonya Im yang satu ini memang keras kepala, bersikeras bahwa semakin aktif bergerak, semakin mudah ia dalam proses persalinan mendatang. Masih hadir di setiap jadwal Youngmin, menjalankan tugasnya sebagai sekretaris dengan profesional. Meyakinkan diri sendiri bahwa fokus utamanya adalah baby dan pekerjaannya.

Sampai suatu saat, hal itu mematahkan prinsip wanita berumur dua puluh tiga tersebut. Ia juga harus memikirkan bagaimana semakin tampannya sang suami dimata lingkungan kerjanya semenjak berubahnya imej dari pemimpin mild-mannered dan lumayan sering tersenyum, menjadi cukup tempramen bila sudah dihadapkan dengan pekerjaan. Ngidam dan morning sickness berbanding lurus dengan tempramen lelaki berdarah Prancis-Korea tersebut. Pula juga dengan hormon yang meringsek ketenangan hidup.

Jemari lentiknya mendorong pintu ruangan kerja Youngmin perlahan. Ia memang biasa masuk tanpa mengetuk—terkecuali bila ada klien didalamnya. Hari ini ia sudah berencana untuk menyeret Youngmin menemaninya menjemput mama, yang rencananya akan menetap di Seoul hingga Donghyun melahirkan.

Hanya untuk mendapati salah satu staff junior departemen resourcing sedang berusaha untuk duduk dipangkuan sang pimpinan. Donghyun mendecak malas. Ia sedari dulu terbiasa melihat hal-hal ini, tetapi tetap saja, hormon sialannya berkuasa mutlak kali ini, menggerus kestabilan emosi. Hfft.

"Maaf, menganggu." Donghyun membuka pembicaraan ketika Youngmin sadar akan kehadirannya "Satu setengah jam lagi waktunya nyonya besar Im mendarat dan ini adalah jadwal sajangnim untuk menjemput."

Youngmin menghela nafas. Setengah lega karena bisa bebas dari staff menjengkelkan, setengah khawatir mengenai hormon meledak sang istri yang tak terkontrol.

"Ya, terimakasih atas remindernya." Sang direktur mengulum senyum, kejahilan jelas tercetak. "Tolong beritahu pada istri saya juga, kalau saya akan menjemputnya sehabis ini." Wajah keterkejutan jelas tercetak di raut sang staff yang hampir saja duduk dipangkuannya, tetapi Youngmin tidak peduli—kepalang tanggung. Masa bodoh bila nanti Donghyun meneriakkan, 'Hei bangsat, ingat perjanjiannya!' sembari menunjuk-nunjuk mukanya yang mirip alpaka.

Spektrum +YOUNGDONGDove le storie prendono vita. Scoprilo ora