Delapan

114 16 0
                                    

Keesokan harinya, Credible Mengajar menjadi trending topik dalam twitter dan berhasil menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh dalam satu malam. Namun keberhasilan promosi Credible Mengajar tidak hanya berdampak terhadap startup mereka, tapi juga kepopuleran Agni yang menjadi merupakan pengusaha muda yang masih duduk di bangku kuliah. Tidak hanya itu, latar belakang Agni juga terkuak oleh media.

"Founder: Credible Mengajar adalah perusahaan yang didukung oleh investor. Tidak ada bantuan dari keluarga secara finansial."

"Terkuak, pengusaha muda ini merupakan anak dari pemilik Allison Furniture."

"Anak konglomerat yang bekerja keras mendirikan startup-nya sendiri."

Agni tentunya tidak menyangka latar belakangnya akan disorot oleh media. Selama ini, ia tidak pernah memberitahu siapapun mengenai latar belakangnya sebagai anak perempuan dari pemilik Allison Furniture, perusahan furniture terbesar di Indonesia.

Hari ini, ia berhasil menjadi pusat perhatian ketika masuk ke dalam lingkungan kampus. Meskipun kebanyakan anak-anak yang berada di kampus ini berasal dari keluarga yang berada, tidak sedikit yang memperhatikan dirinya dengan berita yang menjadi trending topik sejak malam lalu.

"Agni, i am so proud of you." Ucap Sisi memeluk Agni yang membuka pintu kelas.

"Gue gak nyangka ternyata lo diam-diam berhadiah. Keren banget sih lo." Lanjutnya lagi menatap Agni yang canggung.

"Thanks."

Beberapa teman di kelas Agni juga memberikan selamat dengan tulus. Agni berada di kelas konsentrasi politik luar negeri dengan jumlah siswa paling sedikit, sehingga lima belas siswa yang ada di kelas ini dekat dengan satu sama lainnya.

"Pantesan belakangan ini gue merasa ada yang berubah," Tambah Sisi dengan semangat. Dia benar-benar merasa bangga terhadap teman sekelasnya yang selama ini selalu berdiam diri.

Agni tertawa kecil dengan sikap semangat Sisi yang lebih besar dari yang ia bayangkan. "Gak ada yang berubah kok. Gue cuma mulai mikir aja apa yang mau gue lakuin." Ucapnya jujur.

Karena mimpi itu, Agni akhirnya bisa berpikir untuk melakukan apapun yang ia mau. Dikatakan berubah, Agni merasa ia masih menjadi Agni yang sama. Hanya setiap keputusan yang ia lakukan membuat situasi juga berubah.

"Tapi lo masih kuliah kan?" Tanya Sisi khawatir.

Teman sekelasnya itu mengangguk, "Masihlah."

***

"Agni, sejak kapan kamu merintis startup itu?" Ucap Adam detik pertama Agni menjawab teleponnya. Ia mendengar suara anak perempuannya yang tertawa dari telepon genggam nya.

"Duh, dad. Belum juga nyapa udah ditanyain,"

"Ya kamu bikin dad kaget tau. Baru lihat koran dan berita hari ini tiba-tiba malah ada kamu disana. Kapan kamu rintisnya? Kok gak bilang-bilang?" Tanya Adam tidak sabar.

"Aku rintisnya belum lama kok. Co-founder ku Agam loh. Kita kerjain bareng. Kalau aku bilang nanti pasti dad mau bantu, aku gak mau orang lain pikirnya daddy yang bantu aku di Credible Mengajar." Jawab Agni dengan jujur. Dia bisa saja menggunakan nama ayahnya untuk mempromosikan usahanya, tapi itu bukan sesuatu yang ingin ia lakukan.

"Dua tahun ini kami tergila-gila jadi jurnalis. Kok tiba-tiba mau ke bisnis?"

"Kepikiran aja. Daddy tahu kan aku dari dulu juga ikut daddy kerja. Jadi kebayang aja tiba-tiba pengen buat startup ini,"

"Terus soal anak perusahaan yang kamu mau buat itu, gimana?" Tanyanya lagi.

"Itu tetap jalan dong. Aku akan siapkan branding, design dan marketingnya. Produksi akan aku serahkan ke daddy. Gimana?" Tawar Agni.

"Memangnya kamu ada waktu?"

"Tenang, dad. Jangan sangsi deh sama aku. I can do more than you think I am." Kata Agni dengan tenang.

"Dad bukannya sangsi, tapi khawatir, nak."

"Iya, iya. Tenang, aku bisa handle. Headquarter cabang ini akan aku buat dibawah kantorku biar lebih mudah. Aku udah ketemu designer yang tepat. Satu minggu lagi aku kasih proposalnya ke dad. Okay?"

"Okay, ingat ya kamu jangan sampai kecapekan."  Tuntut Adam lagi.

"Iya, siap bos."

Setelah menutup telepon dari ayahnya, ia kembali ke dalam ruangan meeting dimana seluruh staf nya berkumpul.

"Terima kasih sekali lagi dengan semuanya yang sudah bekerja keras. Aplikasi kita sudah diunduh oleh satu juta orang dalam waktu satu malam. Tanpa kerja keras semuanya, Credible Mengajar tidak akan terwujud." Ucap Agni tersenyum tulus kepada seluruh karyawan di Credible Mengajar. Ia sangat senang dengan hasil yang telah ia terima.

"Untuk kedepannya, kita akan kasih potongan pendaftaran untuk subscription selama satu minggu ini. Saya juga berharap kita bisa bekerjasama dengan pemerintah daerah dan institusi. Saya tunggu kerjasama kita dengan mereka satu bulan ini. Game saya harapkan akan launching mulai depan. Kita harus bekerjasama dengan pusat perbelanjaan untuk membangun cabang vr tadi."

Ada lebih dari empat puluh karyawan yang ada di ruangan ini, termasuk tim virtual reality yang diberikan oleh Kor Corporation dalam kerja sama mereka.

"Kedepannya kita akan terus berkembang. Sebagai perayaan, bulan ini teman-teman akan mendapatkan bonus 100% gaji." Ucap Agni tersenyum yang disambut dengan sorakan di ruangan tersebut.

Meeting itu berakhir dengan seluruh karyawan Credible Mengajar yang senang dengan hasil kerja keras mereka. Ditambah lagi apresiasi yang diberikan oleh Agni. Walaupun beberapa orang ragu dengan kemampuan Agni diawal, perempuan muda itu telah membuktikan skill dan kompetensinya di dunia bisnis.

Agni kemudian memanggil Risa, sekretarisnya ke dalam ruangan.

"Mbak Risa, saya sudah sewa dua lantai diatas kita. Satu lantai akan saya arahkan untuk tim IT, sementara lantai lain akan saya gunakan untuk hal lain. Selain itu tolong arahkan tim HR untuk hiring marketing di seluruh Indonesia." Agni memberikan perintah dalam pekerjaan.

Risa yang merupakan sekretaris senior dan berpengalaman mengangguk, ia bisa menebak apa yang ada di pikiran atasannya.

"Saya percaya dengan mbak Risa. Saya berharap mbak tidak akan mengkhianati saya." Ucap Agni. Risa mengangguk, "Tentu saja."

Agni juga memiliki kepercayaan tinggi terhadap Risa. Ia telah melakukan background check dan melihat pekerjaan Risa sejak beberapa bulan lalu perusahaan ini dirintis. Ia melihat kerja keras Risa.

***


Hi, ingat sedikit curhat, aku belum sempat menulis cerita ini lagi sekitar seminggu. Ini adalah chapter yang sudah aku tulis sebelumnya. Pusing berat karena setiap hari menghabiskan 10 jam di perpustakaan/coffeeshop/fastfoodchain diluar jam kelas untuk reading dan menulis tugas akademik jurnal dan mini thesis yang bikin sakit kepala. Selain menghadapi dosen dan tugas-tugas mingguan yang makin kreatif, tetap harus pusing mikirin masa depan.

Honestly, last year in university is one hell of a ride, intriguing yet boring.

How's your life treat you?

Agni, pemeran utama [discontinue]Where stories live. Discover now