°22

6.3K 353 12
                                    

"Gamau, kecepetan!"

Farrel mengerutkan keningnya. Kecepetan apanya? Bukankah lebih cepat lebih baik?

"Lebih cepat, lebih baik," kata Farrel.

"Apaan. Mau ngapain sih buru-buru nikah?" tanya Stella.

"Pengen punya dedek!!" pekik Farrel girang.

Sontak Stella yang mendengarnya langsung memberi Farrel tatapan tajamnya.

"Kan udah ada Andri, anggep aja kaya dedekmu sendiri," kata Stella dengan tatapan dibuat santai.

"Ishhh... Bukan adek yang kaya gitu, itu kan adek ipar. Kalau ini lain," kata Farrel.

"Minta sana sama Mama kamu," ujar Stella yang enggan menatap wajah Farrel.

"Maunya sama kamu," rengek Farrel.

Stella lama-lama bisa depresi jika terus-terusan meladeni sikap manja Farrel. Farrel semakin diladeni malah semakin menjadi.

"Kemaren, sewa gedung buat pernikahan. Kayaknya lagi ada diskon deh," ujar Farrel kembali.

"Terus?"

"Ya, lumayan tuh buat pernikahan kita. Dapet diskon gedung-nya. Eh tapi jangan deh," katanya.

"Kenapa?" tanya Stella ikut penasaran.

"Ya kali aku ngadain pernikahan kita, yang begitu spesial ini di gedung berdiskon," balasnya dengan nada sok tak terima.

"Aku pengennya kita nikah di luar kota. Biar kaya Kak Rara tuh, dilamar aja di Jepang," kata Farrel lagi.

"Terus, Rafa ngelamar Naya di suguhin sama pemandangan 1000 orang. Niat nggak tuh."

Romantis semua gitu ya, pantes si anak tengah juga sama. Walaupun rada gesrek otaknya- batin Stella.

"Jadi... Aku pengen lebih dan lebih dari mereka, aku ngelamar kamu-nya agak nantian aja ya? Persiapannya gede soalnya. Kamu nunggu dulu gapapa kan ya? Kalau nggak kuat, mau manggil Ayah sekarang juga gapapa. Buat latihan," ujar Farrel dengan polosnya.

"Rel, apaan sih? Mikirnya udah sampe mana," ketus Stella.

"Berpikir untuk masa depan. Nggak ada salahnya, kan?"

"Emang nggak ada, cuma kan ya gimana. Kita tu masih terlalu muda buat nikah. Umur juga baru mau 20an," kata Stella.

"Iya juga ya. La kamu maunya kita nikah di usia berapa?" tanya Farrel.

"Ya kan bisa gitu kalau kamu udah 24 atau 25, gitu," balas Stella. Dia sudah mulai menanggapi rupanya.

"Masih lama dong," kata Farrel.

"Ya gapapa," ujar Stella.

"Kalau kamu nggak keberatan buat nunggu aja sih, gapapa," kata Farrel.

Stella menggelengkan kepalanya.

Farrel tersenyum melihat respon itu, dalam hati ia berucap syukur. Betapa beruntungnya dia, bisa dipertemukan dengan sosok Stella. Gadis sederhana yang melamar sebagai sekretarisnya. Pertemuan pertama yang mampu membuat hati Farrel serasa terbang ke angkasa.

Dia benar-benar mencintai gadis yang ada dihadapannya saat ini.

"I love you," kata Farrel sembari menatap lekat manik mata Stella.

"I love you too."

"Ha? Apa tadi? Kamu juga cinta aku? Ih sumpah!? Nggak salah denger nih?" kejut Farrel tak percaya. Baru dari sini, Stella merasakan jika pipinya sudah merah padam.

Only You (Ending) Onde histórias criam vida. Descubra agora