8. 𝓜𝓪𝓫𝓸𝓴 𝓐𝓷𝓰𝓲𝓷

335 63 5
                                    


"KIRI dikit Ron"
"Demi apa coba lu dua kerokan dikapal!"

"RONA diatas yuk?", ajak Hawa saat aku membereskan tumpukkan barang kami yang sepertinya membeludak di perut kapal.

"Iya bentar ini masih nyusun.", ujarku ikut memindahkan barang. Ia pun naik tanpa bertanya lagi.

Mahdi dan Randy pun naik kebagian mesin dan membuka tikar disana.

"Kalian ngapain disitu?", tanya ku yang masih buta pengalaman ini.

"Kita malam ini tidur sini, Ron. Udah tinggal aja itu ntar kita susunin." Mahdi berujar sambil mengambil alih kotakku yang berisi kipas angin dan karpet.

"Beneran nggapapa?", tanyaku lagi kini ikut naik ke mesin dan duduk di alas tidur mereka. Hangat.

"Ternyata disini nyaman yah?", kata ku menggosok alas itu. Kebetulan kapal sudah meninggalkan pelabuhan 5 menit lalu.

"Makannya kita pilih disini."kini Randy sudah menyusun bantal lalu meluruskan kakinya.
Sepertinya nyaman jika malam ini tidur disini.

"Rona?", panggil seseorang dari arah tangga dimana Hawa meninggalkan ku tadi. Aku pun menoleh dan mendapati Aron bersender pada pegangan tangga.

Mahdi dan Randy pun memandangiku sambil berbicara melalui pandangan, 'gih datengin'. Padahal aku masih mau hangat-hangatan diatas mesin kapal.

"Rona!", panggilnya lagi lebih keras karena aku tidak menjawab.

"Iya bentar," aku pun beranjak dan turun dari mesin, "sabar napa!", lanjutku kemudian mendatanginya.

"Ngapain disana?", tanya Aron setelah aku berjalan mendahuluinya naik.

"Duduk-duduk aja hang-."belum selesai aku memeberi jawaban, perintahnya sudah melayang.

"Ini tiket lu simpen yah, tadi sudah diperiksa sama petugasnya." Aron berkata sambil merogoh kantong almamaternya dan memberikanku lembaran biru yang setengahnya sudah sobek.

"Oke. Yang lain kemana?", tanyaku karena melihat tempat duduk yang sebelumnya diisi oleh mereka kini sudah kosong hanya tersisa siva, wina, dan niki yang kini mencharge handphonenya.

"Semua diatas, katanya disini sumpek. Mau ikut?", tanyanya kini mengambil arah berbeda dengan ku. Karena pintu dek menuju kursi penumpang berbeda dengan yang menuju geladak.

Kulihat niki kini sudah dadah padaku, jarak kami 5 meter jauhnya. Disampingnya ada Siva, wina, dan beberapa anggota KKN 49 yang tidak ku kenal namanya.

"Duluan aja, aku nemenin niki disini.", kataku membalas dadahan niki.
"Ya udah" katanya sambil berlalu menaiki tangga yang masih satu ruangan dengan tangga ke perut kapal tadi.

Aku pun mendatangi niki yang masih asik dengan earphonenya. Dia kini menonton melalui laptop. Drama korea tahun ini. Fight for my way.

"Wih udah episode berapa?", tanyaku antusias karena kebetulan aku juga mengikuti drama yang dibintangi 2 pemain utama favoritku.

"Udah sampe 8 nih, mau ikutan nonton?" Niki meleps satu earphonenya dan memberikannya kepadaku.

"Gak deh gue baru ampe 5, ntaran aja kalo udah gue kejar.", kataku lalu memainkan handphone. Membuka instagram tentunya. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan aku jadi teringat sesuatu.

"Kalian udah makan belum?", tanyaku pada wina dan siva. Kemudian dijawab oleh gelengan keduanya. Niki pun kini melepas earphonenya karena sadar aku sedang berbicara pada mereka.

"Kita makan malam dulu yah?",ujarku lalu mengambil keresek besar berwarna hitam, salah satu titipan mama sebelum aku berangkat tadi. Sedangkan mereka hanya saling tatap.

PINDAH TIDUR| Lokal WENYEOLOnde histórias criam vida. Descubra agora