1

738 148 364
                                    

Jika dirimu marah, akan cinta yang terluka. Justru Allah lebih marah karena hamba-Nya telah begitu dalam menaruh asa pada ciptaan-Nya yang di sebut dengan manusia.

_U S T A D Z I'm here!_

[Author pov]

Seorang gadis dengan kacamata yang bertengger pada hidungnya terlihat sedang duduk sembari menatap keramaian di depan sana lewat jendela besar dari dalam sebuah kamar. Sedangkan sesekali, kedua lengannya, terlihat mengetuk papan keyboard pada laptop hitam di hadapannya.

Gadis itu tersenyum, saat netranya mendapati sepasang kekasih yang sedang berjalan gontai sembari terus memegang tangan satu sama lain. Seakan, dunia luas ini hanyalah milik mereka berdua.

"Ada-ada saja," gumamnya dengan suara kecil.

Tak lama, ia kembali memfokuskan diri pada tulisan-tulisan yang tertera pada layar laptop yang masih menyala. Lengan lentiknya kembali mengetuk papan keyboard tanpa merasa bosan. Seulas lengkungan dari kedua sudut bibirnya kembali terangkat, saat gadis itu mulai membaca kalimat-kalimat yang baru saja ia buat.

Seketika, gadis itu terdiam. Kedua sudut bibirnya pun tak lagi mengulas senyuman. Ada satu hal yang mengganjal di dasar hatinya. Bak ada sebuah pasak besar yang tertancap disana. Namun, dengan cepat gadis itu menarik nafasnya dalam-dalam. Menghilangkan keganjalan yang membuatnya lagi dan lagi merasakan rasa sesak yang sudah bertahun-tahun coba ia hilangkan.

"Permisi," ucap seseorang di balik pintu kamarnya yang tertutup rapat, membuat gadis itu tersadar dari lamunan jauhnya.

"Siapa?" tanya gadis itu saat seseorang di balik pintu tadi menunjukkan jari jempolnya ke arah ruang tengah.

"Temui saja, Mbak," jawab sang lawan bicara, yang tak lain adalah adik kecilnya yang berumur empat belas tahun.

"Umi sama Abi, menunggu Mbak dari tadi," lanjutnya, kemudian berlalu pergi.

Sedangkan gadis yang sedari tadi di ajaknya berbicara masih berdiam diri, seakan gadis itu merasakan keraguan untuk melangkahkan kedua kaki.

Setelah dua menit berlalu, gadis itu akhirnya beranjak dengan terpaksa. Menjumpai kedua orang tuanya yang berada di ruang tamu, dan ... ada sebuah keluarga asing disana. Membuat gadis itu menghela nafasnya dalam-dalam.

"Assalamualaikum," ucapnya sembari tersenyum.

"Waalaikumussalam," jawab semuanya berbarengan, sembari menatap kedatangan gadis itu tanpa berkedip sedikitpun.

"Saliman dulu, Nak," pinta sang Umi pada anak gadisnya. Samar-samar, gadis itu mengangguk lalu meraih satu persatu lengan dua orang tua di hadapannya. Tepat di hadapan lelaki berkemeja hitam, gadis  itu hanya menempelkan kedua lengan di depan dada seraya bersalaman.

"Kemari Nak."

Gadis itu memilih bangku kosong di sebelah kiri wanita paruh baya, yang tak lain adalah Uminya. Tak lama, sebuah deheman berhasil membuat gadis berjilbab coklat itu sedikit mengangkat wajah dan membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit turun ke bawah.

Di sebrang tempat duduknya, lelaki berkemeja hitam tadi tersenyum kecil. Namun tidak dengan sang empu, ia hanya melirik sekilas lalu kembali menunduk. Membuat helaan nafas kasar terdengar dari bibir lelaki yang terbilang cukup tampan itu.

U S T A D Z  I'm here!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang